Oleh: Denis Guritno
Pagi ini, saya sedikit terhenyak dengan foto di atas. Foto itu terpampang di handphone saya. Sebabnya, sengaja saya memakai laman Facebook untuk wallpaper gawai saya ini. Saya pikir memang foto di atas ini editan, tapi nyatanya bukan. Itu bukan editan photoshop, tapi emang beneran begitu. Dengan tangan ndepaplang, berbaret biru. Wow banget kan?
Akhirnya saya pun membuka laman berita yang ditawarkan. Kurang lebih isinya memang intern partai Demokrat. Untuk itu, saya pikir ngapain juga saya nulis soal partai itu ya. Saya pikir sudah banyak ulasan, yang positif dan negatif. Belum lagi, pikirku, itu urusan intern partai… urusen dhewe lah.
Malang memang nasib pak SBY. Sekalipun, tak sedikit pun bermaksud mengumbar keluar. Tapi yang namanya gadget, semua orang sekarang sudah memakainya dan paling tidak bisa foto “cekrek” lalu nyebar lewat akun sosial media yang ada. Jadilah berita itu dari sudut pandang masing-masing. Nah, hal yang sama juga terjadi pada pak SBY. Mau tak mau, beliaunya tak lepas dari sorotan mata kamera dan pena penulis.
Pelatihan Kader PD dan Keberhasilan Pemerintahan SBY
Apa yang bikin saya gatal pengen nulis adalah ini. Tajuk pertemuan adalah pelatihan kader PD di Novotel Hotel, Bogor, Jawa Barat, Senin, 28 Maret 2016. Inilah sebabnya, saya pikir tak ada relevansinya saya menulis tentang pertemuan ini. Namun ketika memberi pelatihan dan mulai bercerita bahwa begitu dilantik menjadi presiden, bapak kita yang satu ini langsung gerak cepat, segera melantik Kabinet Indonesia Bersatu lalu mengumpulkan para kepala daerah. “20 Oktober 2004 saya dilantik, hari berikutnya kabinet saya lantik, hari berikutnya sidang kabinet pertama. Kalau dibilang lambat kebangetan. 5 hari kemudian gubernur saya kumpulkan, bersama menteri-menteri,” ujar SBY.
Saya jadi kepikiran, apa ini maksudnya mau balas pantun lagi ya? Lha mengapa demikian to? Tahu sendiri tentunya, setelah blusukan ke hambalang, suka atau tidak banyak yang menafsirkan bahwa itu adalah tanggapan Presiden Jokowi. Termasuk saya tentunya yang memikirkan bahwa itu tak ubahnya pasemon. Nah, apa ya sekarang mau melontarkan kritik dengan cantik lagi pada presiden saat ini. Singkatnya, presiden yang sekarang itu tak cukup tanggap karena melantik kabinetnya baru setelah 7 hari? Siapa yang tahu.
Tapi ini terus terang bikin saya geli sendiri. Saya sendiri berpikir kalau pak Jokowi mau menyeleksi menterinya, teliti, tak gegabah, dan mau menyelaraskan visi misinya dengan para calon menterinya, sah-sah saja kalau perlu waktu untuk menyeleksi. Tak berarti saya mau bilang pak SBY gegabah, tetapi apa pentingnya mengatakan itu? Lagi, jangan-jangan malah kena bully lagi lho pak, entah soal kemampuan mengakomodasi keinginan partai koalisi atau soal bagi-bagi jabatan.
Belum lagi kalau bicara soal 20% yang disinggung mbak Anggie… Nanti ngambek lagi, minta investigasi lagi. Nanya siapa yang bikin meme lagi. Kan gaduh lagi…. kapan ya bapak yang satu ini sehat? Mbok ya sadar to pak-pak…. hadehhh…. ZBL Di hadapan kader, tak lupa pak SBY menampilkan film dokumenter keberhasilan pemerintahannya selama dua periode.
Ia pun juga membocorkan slide presentasinya dalam rapat kabinet pertama kali yang dilakukan pada 22 Oktober 2004. “Film ini kita tayangkan dengan tujuan rakyat Indonesia ingat bahwa pemerintahan yang didukung penuh oleh PD telah melakukan banyak hal. Barangkali belum semua hal, tapi many things,” kata SBY. Lalu jenderal purnawirawan TNI tersebut bercerita bahwa ketika mengambil alih pemerintahan, dia menuntaskan apa-apa saja yang belum diselesaikan oleh Megawati dan Gus Dur.
Apa yang dia lakukan saat ini, disebutnya kini dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. “Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, baik pemerintahan Gus Dur ataupun Ibu Mega. Kalau ada kekurangan saya ada di situ. Semua sudah berbuat pada zamannya. Ada yang dicapai, meski ada yang belum bisa kita wujudkan,” ungkap SBY. “Dari era Gus Dur dan Ibu Megawati, apa yang belum selesai, saya selesaikan. Tunjukkan pada saya yang tidak tercapai. Daya beli rakyat ditingkatkan, infrastruktur dibangun. Hak dasar dan pendidikan ditingkatkan. Kelak Presiden Jokowi juga begitu. Itu hakekat kesinambungan,” sambungnya.
Nah, untuk yang saya cetak tebal itu saya jadi bingung. Sangat bingung. Mengapa demikian? Karena banyak hal itu menurut saya, cukup bias. Menyebut 14 program yang pro rakyat? Boleh. Tapi apa di situ kalau mau jujur sudah tepat sasaran atau memanjakan sebagian orang. BOS? Raskin? Konversi minyak? Suramadu? DOM Aceh? Bukankah itu ada nama pak JK? Lalu apa lagi? PNPM? BLT? apa ya itu benar-benar tepat sasaran?
Sedikit contoh kasus yang saya ingat di benak saya adalah Ade Meliyati Tameno, guru honorer di Oefafi, Kupang. Lha, masakan BOS bisa tak cair tiga tahun karena ada kendala teknis pencairan. Hari gini? Rekening bermasalah tak diurus selama tiga tahun? Kalau dijumlah (seperti tulisan saya sebelumnya) ada 210 juta lho. Sepemahaman saya, kalau itu tidak terpakai/kelebihannya dan dipertanggungjawabkan, kembali ke kas negara.
Lha, ndilalah… LPJ-nya ketahuan Bawas abal-abal. Belum lagi soal Suramadu. Itu jembatan setelah macam-macam usaha yang dibuat oleh pak JK, eh… dengan mudahnya diakui sebagai keberhasilan. Tak heran, tentunya, banyak yang mencibir. Ohya, tak lupa, si Kumis RS, bilangnya tol Sumo dimulai pada pemerintahan bosnya. Lha nyatanya dari tahun 1995, padahal tahap 1 saja ndak sampai 2km.
Sampai ada meme memecahkan rekor pembangunan tol terpendek saja tak bisa. Ini banyak hal ini maksudnya bagaimana dan yang mana? Saya kok tidak bisa menangkap dengan mata awam saya. Belum yang cetak tebal yang kedua. Saya mikir jadi kayak anak-anak. Saya dengan adik saya ya begitu. Kalau disalahkan bikin adik saya menangis ya “tunjuk hidung” dengan bilang, lha aku nggak nyalahke kok. Tapi, mata sambil melotot ke adik saya.
Tapi untuk yang ini saya sangat subjektif. Untuk yang kedua, saya malah nggak respeknya adalah ketika harus jumawa menunjukkan keberhasilan dan menantang pihak lain menyebut mana yang tak terselesaikan. “Tunjukkan pada saya yang tidak tercapai.” Maka bolehlah disebut PLTU Jateng, Rel KA Batubara Puruk Cahu-Bangkuang, Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo, Bali, Tol Serpong-Balaraja, PLTU Sumatra Selatan, Pembangunan kota urban, Banda Aceh, belum bendungan Jati Gede, jembatan Soekarno, Lapindo dan Tol Cipali. Kalau tak kunjung selesai, mau disebut apa proyek semacam ini? Tapi itu ya terserah ding…. nanti ngambek lagi, baper lagi. Dari beberapa slide yang ditunjukkan, SBY jelas mengutarakan secara runtut dan rinci bahwa apa yang dia kerjakan sudah sesuai dengan janji-janjinya ketika berkampanye, yakni Indonesia yang lebih aman dan damai (peace), adil (justice), demokratis (democracy), dan sejahtera (prosperity). Tak ketinggalan, beliau sampaikan pula data-data pendukungnya. “Ini sekali lagi data, fakta, tidak mengada-ada,” ungkap SBY sambil memperlihatkan infografis tentang pencapaian pemerintahannya.
Kerennya, infografis yang ditampilkan ini diberi pula backsound lagu Bon Jovi berjudul Saturday Night. Dramatis kan? Haha… Berikut ringkasannya:
1. Ekonomi: ada peningkatan produk domestik bruto dan cadangan devisa Indonesia menjadi 15 besar ekonomi dunia. Era Presiden Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri pada 1999-2004, nilainya Rp 2.3 T. Dalam 10 tahun masa SBY, menjadi Rp 10.063T. Rasio utang pemerintah terhadap PDB: turun + 55%.
2. Rasio utang ini paling rendah di antara negara-negara G-20. Sementara rasio utang luar negeri dari 2004 hingga 2014 menurun lebih dari 70% dari 27,8% hingga tersisa 7,8%.
3. Pendapatan per kapita: naik 4 kali lipat. Untuk tahun 1999-2004 hanya Rp 10,55 juta per tahun, pada era pemerintahannya menjadi Rp 36,5 juta per tahun. Tahun 2004, di kisaran US$ 1.188 hingga di tahun 2013 berada di kisaran US$ 3.000. Untuk pertumbuhan ekonomi (GDP Growth), sejak 2009 disebut SBY tertinggi nomor 2 di antara negara-negara G-20. Termasuk 4 kali lipat APBN. Turunnya jumlah pengangguran, perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), nilai ekspor, dan ketahanan pangan.
4. Ketahanan pangan: Produksi ikan nasional. Untuk yang ini, saya juga bingung. Wong nyatanya di tangan bu Susi, terbongkar beragam hal yang bikin hati miris.
5. Infrastruktur: dibangun 293 waduk, 1.221 embung, dan 7,29 juta hektar irigasi. Belum lagi, peningkatan kapasitas listrik di Indonesia. Belum lagi, berkat 8 kali lipat anggaran untuk transportasi, pembangunan jalan, jalur kereta api, dan penambahan armada transportasi laut, termasuk pembangunan pelabuhan-pelabuhan serta dermaga, semakin terkoneksilah Indonesia.
6.Pengentasan kemiskinan: 8,6 juta orang berhasil dientaskan dari kemiskinan atau sekitar 5,54% dari jumlah penduduk.
7. Kesehatan: pembangunan 837 rumah sakit, 2.083 puskesmas, dan penambahan ribuan jumlah dokter.
8. Pendidikan: peningkatan anggaran pendidikan hingga lebih dari 20% dan kesinambungan pembangunan sarananya.
9. Perumahan Rakyat: dibangun 868.685 unit. Sosial: pemberian raskin dan BLSM, bantuan penyandang cacat, dan bantuan untuk lansia terlantar.
10. Lingkungan Hidup: adanya target 1 miliar pohon per tahun dalam rangka mengurangi emisi karbon.
11. Ketahanan negara: penambahan kekuatan personel TNI hingga hampir 100.000 orang dan peningkatan anggaran hampir 400%, peremajaan alutsista TNI. Hal yang sama juga untuk Polri dan bidang Kamtibmas lainnya. Infografis juga memaparkan tentang kerja sama internasional dalam 10 tahun terakhir, yaitu telah dikembangkan 9 strategic partnership dan 7 comprehensive partnership. Juga kerja sama peningkatan misi perdamaian dunia secara signifikan dengan mengirimkan pasukan Garuda. Kini Indonesia berada di urutan 17 dalam kontribusi perdamaian dunia.
12. Terorisme: ditangkap 549 tersangka terorisme dan 92 orang di antaranya meninggal dunia. Lalu untuk pemberantasan narkoba, sebanyak 238.815 kasus telah ditangani.
Catatan Pribadi Saya
Nah, dari tiga belas ringkasan itu, ketika soal korupsi, beliaunya menjelaskan bahwa dalam kampanye, tidak pernah dikatakan berantas korupsi hingga 0. Itu danger katanya. Tapi dikatakanlah akan berantas dan 10 tahun dan tentunya tidak ragu melakukan pemberantasan korupsi. Hal ini didukung dengan data bahwa pada era pemerintahan SBY ada peningkatan indeks persepsi korupsi (IPK) dari tahun 2004 sebesar 2,0 menjadi 3,2 di 2014.
Sementara untuk indeks perilaku anti korupsi dari 2012 sebesar 3,5 menjadi 3,63 di 2014. Dengan demikian, Kabinet Indonesia Bersatu mengklaim telah berhasil menyelamatkan uang negara sebesar Rp 1,96 T dari KPK, Rp 2,09 T dari Polri, dan Rp 13,33 T serta USD 19,06 juta dari Kejagung. Untuk data-data seperti itu, beliau jagonya, makanya saya berpikir. Ya monggolah kalau itu mau disebut sebagai keberhasilan, apalagi itu intern partai.
Saya berpikir juga sah-sah saja mau sharing keberhasilan itu di dalam partai sendiri. Sadar akan hal itu, salut juga ketika beliaunya mengaku belum sempurna. Dan bisa saya pahami juga ketika beliaunya ini menyebut bahwa pemerintahannya telah berbuat banyak untuk rakyat. Tak heran pula ketika beliau ini menyampaikan kekecewaannya dengan adanya pergunjingan yang menyatakan pemerintahannya tidak berbuat apa-apa.
Bahwa belum ada yang sempurna, kata SBY, itu adalah suatu keniscyaan. Tapi ya monggo, dari 1-13 ringkasan saya dicermati lagi, mana yang realistis? Versi ringkasan saya lho ya… “Saya masih mendengar kata-kata yang berlebihan, tidak fair, katanya pemerintahan SBY itu tidak berbuat apa-apa. Mungkin pemerintahan yang saya pimpin ada yang belum ok, ada yang sudah ok. Ada yang sudah tercapai, dan belum tercapai. Tapi too much kalau dibilang tidak berbuat apa-apa, atau gagal total,” ucap SBY agak kesal.
Salah satu contoh yang dia berikan adalah soal kenaikan harga BBM. SBY membandingkan bahwa ketika memimpin sebagai presiden, dia justru lebih berani mengambil risiko dibanding pemerintahan Presiden Joko Widodo. “2005 Kita naikkan BBM berapa? 140 persen. Pak Jokowi menaikkan 30 persen, itu bagus. Maka tidak perlu ada kata-kata SBY tidak berani karena takut tidak popular,” beber SBY.
SBY berharap bahwa ke depan tidak lagi ada bully-membully dan justifikasi antara satu pihak dan pihak yang lain. Dia juga mengajak Jokowi bersama pemerintahannya untuk saling berkesinambungan dalam membangun bangsa dan negara. Dari contoh ini, saya pikir kekesalan yang beralasan itu malah lagi-lagi menunjukkan bahwa pak SBY tak juga sadar. Pikiran saya, bukan soal menaikkannya, tatapi soal mencabut subsidi yang terlalu konsumtif yang diberikan. Itu yang tak berani dicabut. Lagi, bukan soal popular tidaknya. Menaikkan harga di saat harga minyak turun, alasan yang bisa saya tangkap adalah karena pencabutan subsidi. Ini yang dilakukan. Mohon koreksi kalau saya salah.
Lha kalau sekarang membandingkan lagi, katanya nggak boleh peer to peer seturut nasihat RS pak. Saya ya bingung, lagi-lagi banding-bandingkan ki lho. Pikir saya, kalau membandingkan dengan Jokowi yang hanya menaikkan 30%, alasan yang masuk di akal bagi saya adalah kala itu harga minyak dunia naik dari $35 (2003) jadi $47(2004). Setahun kemudian, diangka $60. Lha kok sampai 140%? Terserah yang mau menaikkanlah… tentunya punya pertimbangan tersendiri.
Sampai di sini, saya agak tersentak ketika pada tampilan slide terakhir, pak SBY bilang WARASKAH JIKA HINGGA HARI INI MASIH ADA YANG MENGATAKAN “SELAMA 10 TAHUN PEMERINTAHAN PRESIDEN SBY TIDAK BERBUAT APA-APA DAN SBY GAGAL?” Bagi saya, kesannya jadi malah tak yakin dengan data yang disampaikan sendiri. Belum lagi, dengan infograsi yang disampaikan dan data-data pendukung itu, pak SBY juga mengharapkan supaya pak Jokowi membuat hal yang sama.
Lha kalau sekarang, bapak kita yang satu ini juga tak yakin dengan datanya, ngapain juga disampaikan. Dalam permenungan saya, saya berpikir bapak kita yang satu ini cuma mau bilang. Ini lho saya sudah buat ini dan itu. Ini lho saya sudah bikin ini dan itu. Tolonglah saudara-saudara. Hargai itu. Hargai apa yang sudah saya dan pemerintahan saya buat. Jangan malah dicibir. Apa kamu gila bilang saya dan pemerintahan saya gagal?
Lha kalau membanding-bandingkan dengan pemerintahan sekarang atau sebelumnya, untuk bilang peer to peer itu wajar, karena tak mengikuti nasihat RS-lah, pertanyaannya jadi begini: WARASKAH KALAU SELAMA 10 TAHUN HASILNYA CUMA SEGITU? Kalau melihat beberapa kali tayangan di televisi, beritanya kasus Hambalang lanjut lagi. Duh… tak sedikit yang sensi, terutama orang-orang yang terindikasi terlibat seturut nyanyian Nazzarudin.
Tapi itulah politik. Dulunya kawan, sekarang bisa jadi lawan. Tak peduli. Saya sadar dan setuju dengan sekjen PD, Hinca Pandjaitan yang menyebut bahwa tak ada maksud apa-apa di balik pemaparan SBY ini. Apa yang disampaikan SBY hanya ditujukan agar kader-kader Demokrat bisa memiliki bekal menjadi calon pemimpin yang baik. “Hanya merefresh supaya tahu bahwa 10 tahun kita melakukan apa. Itu data dan fakta. Itu wajar. Dan tadi ajakan pak SBY agar pemimpin selanjutnya juga melakukan pemaparan yang sama sehingga dari presiden satu dengan satunya jadi satu kesatuan,” demikian ungkap Hinca.
Tapi ya itu tadi…. ketika masih juga membandingkan dan tak lepas dari mata kamera, jangan salahkan nantinya kalau ada saja yang komentar, termasuk catatan pribadi saya ini, apalagi dilansir pada detik.com yang dibaca khalayak ramai. Pastinya akan ada saja komentar seputar action bapak kita yang satu ini. Lihat saja pada laman detik.com yang saya sertakan di bawah ini. Sudah ada 120 komentar untuk masing-masing berita dan lebih dari 70% tak peduli soal berita ini… Hahaha….
Ah… sudahlah pak… Saya berpikir materi pelatihan kader kan banyak. Kalau mengakhiri presentasi dengan soal waras tidaknya… haduh haduh… jangan-jangan menepuk air di dulang, memercik ke muka sendiri. Semoga ke depan, makin sadar sajalah… mau bilang apa lagi?
Untuk yang terakhir, jangan sampai orang setuju pula dengan apa yang bapak kita yang satu ini bilang too much kalau dibilang tidak berbuat apa-apa, atau gagal total.Semoga janganlah…. Segera move on. Jangan mewek lagi. Kalau masih mewek, tanyalah mereka, warga Entikong untuk melihat perbedaannya, dua tahun belakangan.
Salam.
Comment