by

Semoga Pak Anies Melunasi Bayaran Mas Pandji

Mas Pandji juga menggiring opini pembaca dengan sebuah kalimat tanya “memilih untuk diri sendiri atau memilih untuk seluruh warga Jakarta ?” Mas Pandji lupa, bahwa sebelum kasus Al-Maidah 51, menurut hasil survey yang dilakukan SMRC Oktober 2016 lalu, 75% warga Jakarta puas akan kinerja Gubernur Ahok. Dalam survey itu rata-rata 90% warga Jakarta menilai pelayanan Pemerintah DKI soal sarana dan prasanana baik/sangat baik.

Bahkan, dalam hasil survey yang sama, disebutkan empat sifat kepemimpinan yang paling penting dimiliki seorang Gubernur menurut masyarakat DKI, yaitu bisa dipercaya dan bersih dari korupsi, mampu memimpin, perhatian pada rakyat serta tegas dan berwibawa, Pak Basuki mengguli dua kandidat lainnya.

Memang, seperti diakui sendiri oleh Pak Basuki soal gaya komunikasinya yang apa adanya dan tak jarang terkesan arogan, kurang disukai bahkan akhirnya menjadi batu sandungan. Tapi ketegaran Pak Basuki untuk tetap bangkit berdiri, berbesar hati mengakui kesalahan, dan mulai memperbaiki kekurangan itu, bagi saya dan mungkin bagi Ahokers lainnya adalah sikap kesatria yang makin meyakinkan bahwa pilihan kami sudah tepat.

Soal reklamasi yang mas Pandji bahas, saya belum bisa berkomentar banyak. Dalam pandangan saya sebagai pecinta lingkungan saya setuju dengan pendapat mas Pandji dan para pakar lingkungan. Bagi saya yang juga pendukung Jokowi, lebih baik menghindari spekulasi sambil menunggu proses pembahasan yang sedang bergulir antara Pemerintah Pusat, Pemprov DKI, dan pihak-pihak lain yang lebih berkompeten, agar isu tersebut tidak menjadi bola liar.

Saya ingin memberi catatan terhadap pertanyaan yang sudah mas Pandji simpulkan sendiri. Sesungguhnya mas Pandji terlalu terburu-buru memberikan stigma kepada kami, bahwa kami memilih Pak Basuki semata-mata untuk kami sendiri. Tidak mas!

Kami memilih Pak Basuki sebagai Gubernur yang setia dan taat pada konstitusi, bukan pada konstituen seperti kebanyakan politikus negeri ini. Kami mempercayakan provinsi kami kepada orang baik yang meski babak belur dihatam terpaan isu, tapi tetap gigih bertahan pada prinsip keadilan sosial yang tak berpihak hingga saat ini.

Dari situ, saya sampai pada satu pendapat bahwa mereka yang heran terhadap pilihan mas Pandji berbanding lurus dengan banyaknya komentar negatif yang ditujukan kepada Pak Anies saat bertandanng ke Petamburan menghadiri undangan ayahanda Rizieq Shihab. Keheranan bagi mereka yang masih memandang Pak Anies sebagai seorang akademisi atau negarawan.

Sementara bagi saya, Pak Anies sesungguhnya telah meninggalkan perannya sebagai akademisi, apalagi negarawan sejak beliau memutuskan maju dalam Konvensi Capres Partai Demokrat pada Agustus 2013 lalu. Sejak saat itu saya memprediksi bahwa kalimat-kalimat motivasi dari seorang Pak Anies tak lebih dari sekadar ungkapan seorang oportunis.

Benar saja, pada Pilpres 2014 lalu Pak Anies sebagai Jubir Jokowi menghajar habis Prabowo, lalu di Pilgub DKI Jakarta 2017 ini berbalik mengelu-elukan Prabowo sebagai Negawaran. Serupa dengan kunjungan ke markas FPI dengan dalih persamaan hak sebagai warga negara, setelah sebelumnya mengatakan FPI sebagai organisasi ekstremis yang anti keberagaman.

Tak ada kawan dan lawan abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan. Dan Pak Anies sampai hari ini telah menujukkan kualitasnya sebagai Politikus.

Ada satu pesan penting dari Pak Anies agar kita menjaga tenun kebangsaan, buat kami adalah motivasi yang seharusnya terus diingat dan dijalankan. Sekalipun Pak Anies saat ini sedang tidak membutuhkannya. Kita semua termasuk mas Pandji harus terus bergerak seirama indahnya kalimat tersebut, Meski Pak Anies kali ini hanya butuh sebagian benangnya saja.

Saya harap mas Pandji menonton sebuah video iklan politik Turki, bagaimana jutaan rakyat Turki tergerak secara spontan bahu-membahu menaikkan kembali sang Ay Yıldız setelah ada pihak yang mencoba menurunkannya.

Kira-kira seperti itulah gambaran semangat kami semua yang bergerak secara spontan memberi dukungan kepada Pak Basuki. Kami memang berbeda dengan mas Pandji, yang ternyata butuh diundang secara pribadi oleh Pak Anies untuk membantunya.

Seperti halnya mas Pandji yang sudah memilih berada diseberang saya. Sayapun tidak akan menghalangi mas Pandji. Bahkan saya mendukung Mas Pandji dan berharap semoga kelak jika Pak Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta, Pak Anies benar-benar melunasi bayaran yang dijanjikan kepada mas Pandji juga kepada kami semua yang tidak memilihnya.

Kita ternyata sama-sama dibayar mas. Bedanya bayaran dengan DP 0% seperti yang Pak Anies janjikan kepada mas Pandji, serupa dengan DP 75% dari bayaran yang telah kami dapatkan dari Pak Basuki.

Terakhir saya ingin menyampaikan pesan dari juru bayar Pak Basuki, bahwa seluruh warga DKI harusnya sudah terima. Jika mas Pandji, pak Anies, dan om Sandiaga sebagai warga Jakarta merasa belum kebagian, silakan datang pagi-pagi ke kantor gubernur. Pak Basuki langsung yang akan melayani pengaduan seluruh warga Jakarta.**

Sumber : jakartaasoy

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed