by

Sejak 2010, Polisi Menjadi Target Serangan Teroris

Menurut Ridwan, serangan terhadap aparat pemerintah makin semarak ketika juru bicara ISIS Abu Muhammad al-Adnani mengeluarkan fatwa yang menyerukan serangan kepada kaum thoghut.

“Tentara thoghut itu mereka definisikan sebagai polisi. Maka serangan terhadap polisi makin masif karena didukung fatwa,” tuturnya.

Solahudin dari Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial, Fakultas Psikologi UI, dalam penelitian menggambarkan pergeseran sasaran teroris. Selain itu, pola penyerangan terhadap polisi dimulai sejak 2010. Sebelumnya sasaran teror adalah simbol-simbol yang dianggap punya asosiasi dengan “Barat” seperti pub, hotel, atau kedutaan.

Pergeseran serangan teroris ini seiring apa yang disebut paham jihad fardiyah atau jihad perorangan menguat. Ia dilakukan oleh satu orang atau beberapa orang yang tidak selalu terkait struktur komando yang rapi hingga ke jaringan internasional. Mereka ngotot bahwa pemerintah adalah thoghut alias musuh utama. Polisi dituding sebagai ansharut thoghut atau tentara pemerintah thoghut.

Selain itu, akar masalah munculnya sentimen terhadap aparat pemerintahan ialah keterlibatan kuat polisi, terutama Densus 88, dalam pemberantasan terorisme. Solahudin menegaskan, dalam kasus Aceh pada 2010, polisi telah menangkap lebih dari 100 orang, serta menembak mati lebih dari 30 orang. Tentu hal itu memantik hasrat untuk balas dendam.

Kebencian kepada polisi itu diartikulasikan lewat propaganda dalam satu artikel berjudul, “Wahai Bidadari Surga. Kupinang Engkau dengan Kepala Densus”. Artikel ini memuat kesiapan untuk mati demi membalas dendam jika salah satu dari kelompoknya dibunuh oleh aparat. Ia juga menegaskan keyakinan mutlak untuk bersolidaritas demi menghabisi thoghut.

Untuk diketahui, pelaku serangan di Masjid Falatehan juga meneriakkan kata “thoghut” sebelum melakukan penyerangan kepada dua personel polisi yang baru saja menyelesaikan salat Isya.

 

Kasus-Kasus Serangan Teror terhadap Polisi

Solahudin mencatat, para juru dakwah seperti Halawi Makmun, mantan anggota Majelis Syuro Jamaah Ansharut Tauhid (organisasi pecahan Majelis Mujahidin Indonesia), gencar mempromosikan bahwa personel polisi adalah target utama.

Pengajian Halawi Makmun menarik pengikut, termasuk Muhammad Syarif dan Arif Budiman yang melancarkan teror bom bunuh diri di Masjid Adz Zikro, Kompleks Markas Polresta Cirebon, 15 April 2011. Mereka divonis penjara 7 tahun. Arif baru saja dibebaskan dari Lapas Pasir Putih, Pulau Nusakambangan, 6 Mei lalu.

Solahudin memaparkan, sebelum bom bunuh diri di Cirebon itu, Yuli Harsono pernah menghimpun orang-orang JAT Bandung untuk meluapkan dendam pada polisi pada 2010. Pada Maret 2010, mereka menembak mati polisi di Polsek Prembun Kebumen, Jawa Tengah. Sebulan setelahnya, mereka menembak mati dua anggota Polsek Kenteng Rejo, Purwakerto. Sedangkan kelompok Toni Togar menyerang Polsek Hamparan Perak. Saat itu tiga polisi dibunuh dan kantornya dibakar.

Pada Mei 2011, beberapa anggota JAT Poso menembak mati dua polisi yang berjaga di BCA Palu dan merampas senjatanya. Aksi penembakan itu sebagai ajang balas dendam atas penangkapan Abu Bakar Ba’asyir yang dituding terlibat kasus Aceh.

Tim riset Tirto juga mencatat bahwa pada 2013 terjadi tiga kali penyerangan pada polisi. Beberapa di antaranya berlokasi di Tasikmalaya, Semarang, dan Poso.

Pada 2014, kasus serangan teror pada Polri menurun, hanya terjadi dua kali (Semarang dan Ciputat). Tahun selanjutnya, pada 2015, serangan “hanya” satu percobaan teror terhadap polisi di Solo. Aparat berhasil mengendus rencana tersebut dan menangkap tiga pelaku pada Agustus 2015. 

Setahun berikutnya, pada 2016, jumlah serangan teroris yang menyasar polisi meningkat tajam, sebanyak tujuh kasus. Bentuknya dari rencana penyerangan Pos Polisi Serpong hingga bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta menjelang Idulfitri 2016. Serangan tahun lalu juga termasuk bom di Sarinah, Jakarta Pusat, yang menyasar pos polisi.

=====

Naskah ini kali pertama tayang pada 25 Mei 2017 sehari setelah serangan bom di Kampung Melayu. Naskah diperbarui pada 1 Juli 2017 menyusul serangan teroris di Masjid Falatehan, Blok M, dekat Mabes Polri.**

Sumber : tirto

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed