by

Secara Fisik, Perempuan Lebih Layak Berpoligami

Kemudian juga dari segi postur tubuh pun perempuan lebih kuat ketimbang lelaki. Bayangkan: setiap hari mereka sendirian harus membawa kemana-mana atau “ngewer-ngewer” dua bukit bahkan ada yang mirip gunung. Sementara laki-laki membawa dua buah telur mini saja masih minta bantuan burung.

Mau bukti lagi kalau perempuan itu lebih kuat? Itu Nyonya Meneer (bukan Tuan Meneer) berdiri sejak 1919?

Hanya saja, sialnya (bagi perempuan) wacana kebudayaan dan keagamaan itu dibuat oleh kaum lelaki. Teks ditulis oleh kaum lelaki. Norma dan etika dibuat oleh kaum lelaki. Hukum dibuat oleh kaum lelaki. Segala “titit-bengek” aturan dibuat oleh kaum lelaki. 

Karena banyak produk keagamaan-kebudayaan yang membuat kaum lelaki, maka merekalah yang banyak diuntungkan karena menjadi “subyek” bukan “obyek”, menjadi “pemain” bukan “penonton”. 

Karena itu jangan heran, misalnya dalam hal bab pernikahan & rumah-tangga yang diubek-ubek soal kewajiban istri kepada suami, ketaatan mutlak istri pada suami termasuk dalam urusan “pernggeblehan”, kecelakaan istri di akhirat yang tidak taat suami, begitu seterusnya. Suami melulu yang diomongin. Laki boleh poligami, kalau perempuan dilarang. Di syurgah nanti banyak bidadari (bukan “bidadaro”), dlsb. Perempuan disuruh rapat-rapat menutup tubuh, laki gak perlu. Jadi, porsi untuk perempuan & istri dikit sekali. 

Lucunya, banyak perempuan Muslimah yang unyu-unyu yang ikhlas dan merelakan diri menjadi “obyek” lelaki (dipoligami, disuruh taat suami melakukan ini-itu, diancam neraka kalau nggak taat, dlsb) dengan harapan kelak bisa bahagia di akhirat dan masuk syurgah. Kalau perempuan masuk syurgah terus dapat bidadari juga? LGBT dong broh. Dengkul mana dengkul…

 

Jabal Dhahran, Jazirah Arabia

 

(Sumber: facebook Sumanto AQ)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed