Bapernya yang gak ketulungan benar-benar fatal untukmu, Gus. Rangkaian curhatnya di Twitter bukan membuat orang simpati malah jadi bahan ketawaan. Apalagi ditambah memomu yang galak di Intagram, dan istrimu yang emosian di Path. Orang gak rela punya gubernur yang seluruh keluarganya hobi menyemprot orang di media social.
Namun di atas semua itu, yang paling fatal dan mengantar kekalahanmu adalah melibatkan Rizieq Shihab sebagai pendukung. Entah ide siapa yang memasukkan dia dan gerbong FPI ke deretan tim suksesmu. Kau mengira Rizieq tulus membantumu? Dia melakukan semua itu bukan untuk kamu, tapi untuk dirinya sendiri untuk hidup dan menghidupi organisasi dan agar posisi tawarnya naik setelah pemerintah menghentikan bantuan dana sosial ke ormasnya.
Mungkin kau juga mengira bangsa Indonesia akan mudah terhasut oleh isu SARA, hantu komunis, anti Cina serta anti NKRI (dalihnya sih mau menjadikan NKRI Bersyariah) yang dijual Rizieq dkk. Tidak, Gus. Bangsa ini sudah dewasa. Rizieq blunder sendiri dengan terus menjual isu itu melalui buzzer-buzzer yang dibayar mahal dari kantongmu.
Bangsa ini bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku dan sudah mulai melek teknologi. Isu-isu yang memecah belah persatuan akan kalah oleh isu menggelorakan persatuan itu sendiri. Sebab sejarah telah mencatat bangsa ini tetap berdiri karena putera-putera bangsa di masa lalu pilih persatuan dan kesatuan. Paham, Gus?
Nah… Akhir kata semua telah terjadi. Kau tak lagi harus moshing dan dan menghapal naskah yang banyak untuk debat publik, serta tak perlu nongkrong di warung kopi yang kumuh untuk mencitrakan dirimu dekat dengan rakyat. Jadilah dirimu sendiri, tak usah lagi berpura-pura. Semoga kau belajar dari semua ini, Gus.
Comment