by

Saya Orang Indonesia yang Beragama Islam

Waktu PIN ( Pekan Imunisasi Nasional ) kita bekerja saat kebakaran hutan. Kita bekerja menembus kebakaran utk mencapai target. Pernah kami kemalaman. Sehingga pulang hari sudah gelap, saat itu kami menembus danau menggunakan perahu kecil, atau ces dan sukses kami tersesat. Terpaksa kami tidur di gosong2 pasir menunggu pagi. Kali lain kami harus mengejar penduduk menggunakan jalan perusahaan. Waktu itu awal beroperasi perusahaan sawit. Kami diangkut menggunakan Pick Up bak terbuka. Dan sampai tempat, muka baju dan rambut kami menguning kena debu. Rambut lengket susah disisir. Dan kami tetap melakukan imunisasi pada targer yang ada. Tidak pakai mandi atau pakai wangi2an.

Ada ribuan dokter yang bertugas di pedalaman seperti saya. Dan mereka baik2 saja. Tetapi ada juga yang gugur karena sakit, misal kena malaria. Terkait logistik saat bertugas bagaimana? Janga ditanya ttg air bersih, saya pernah minum langsung air sungai tanpa direbus, minum air dari batang tanaman yg dipotong, bahkan air genangan setelah kita singgkirkan kotoran seadanya. Dokter, Bidan, Perawat, sanitarian dan banyak petugas didaerah sangat terpencil melakukan itu dengan semangat pengabdian. Pernah jenuh? Tentu pernah hiburan kami hanyalah listrik yg berasal dati solar cell. Atau kulkas vaksin dengan bahan bakar minyak tanah, yg kadang saat nakal timbul kami titipi ikan hasil tangkapan. Apakah hanya ikan? Pernah kami menangkap kijang yang sedang menyeberang sungai. 

Selesai PTT saya kembali kekota. Medio tahun 1999 saat awal reformasi. Disitu saya membaca banyak relawan2 medis/ kemanusiaan yang bertugas di luar negeri, mereka berjuang sbg relawan kemanusiaan. Decak kagum saya tak henti untuk mereka. Hebat mereka berani berjuang ditengah2 desingan peluru membantu kemanusiaan. Sebagai orang kampung tentu saya pantas kagum dengan mereka.

——‘xxxxxxx—‘

Sekarang saat Pilpres beberapa kali, tibalah kita pada era agama menjadi sesuatu yg asing bagi saya. Banyak negara hancur karena pertentangan agama. Dulu saya bertugas hanya melihat profesi mereka. Tanpa memandang agama.Semua demi Negara yang kuta cintai ini. 

Tetiba mereka mereka para relawan kemanusiaan itu baik atas nama DD, Mer C, ACT mengambil posisi yg berbeda. Mengambil sikap politik terhadap negara yang asing bagi saya. Saya tidak tahu apakah dengan telah berjuang sebagai relawan kemanusiaan di sana di luar, sehingga mereka merasa lebih berhak dari kami. Kami lebih memilih dalam alur komando negara. Pustu, Puskesmas RS. Kalau negara memerintah kami bergerak. Ditempatkan dimana kami siap. Saya yakin andai negara memerintah banyak sejawat yang siap terjun dalam demo kemarin. Dengan uniform yang jelas, dengan atribut yang jelas dengan kendaraan sesuai standar yang jelas juga. Dan kita terbiasa bergerak dalam tim lintas sektor. Pasti kita dibekali surat tugas melapor pada komandan lapangan saat itu. Ada hirarki yang jelas untuk mengurangi risiko yang terjadi dilapangan.

Ketika mereka berpoltik, saat itu juga runtuhlah kekaguman saya pada mereka. Saya orang Indonesia yang beragama Islam dan saya memilih memiliki dan memperjuangkan negara yang aman adil dan makmur.
Miris ketika banyak sejawat yang bahkan seorang ASN bangga menjadi bagian demo yang rusuh kemarin. Jihad katanya. Lo yang kami lakukan selama ini bukan jihad? Ya sudah kalau begitu, semoga kalian tenang dijalan Prabowo…..

Palangkaraya, 25 Mei 2019
(Sumber: facebook Sigit Nurfianto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed