by

Saya Menghina Ulama Sekaliber Ustad Yusuf Mansyur?

 

Oleh : Denny Siregar

Salah saya apa ya ?

Wong saya sedang menangis seperti ustad Yusuf Mansyur melihat situasi negeri ini, kok disangka menghina, mengejek ulama ?

Ustad Yusuf Mansur itu ulama besar, santrinya banyak, kaya dan rajin sedekah. Pantas menyandang gelar ulama. Dan sudah pasti banyak yang mendoakan supaya masuk surga, sehat dunia dan selamat di akhirat..

Saya mah apalah apalah.. motor gede aja gak punya. Masak saya berani menghina ustad Yusuf Mansyur ? Gak beranilahhh..

Kalau kemudian tangisan saya ditertawakan banyak orang, itu karena muka saya jelek kalo menangis, jadi orang banyak yang merasa lucu. Lha memang tampangnya gini, mau gimana lagi ? Jangan dong dituduh saya menghina ulama…

Sama seperti mas Nusron Wahid yang dituduh melotot2 sama ulama, kami memang begini adanya.. Mukanya rusak, kurang ganteng maksimal.

Saya menangis mengingatkan ustad Yusuf Mansyur supaya jangan ikut bermain politik dengan selalu membawa surat Al Maidah dan ayat2 Alquran.

Bahaya..

Saya menangis membayangkan negara ini pecah, karena masing2 umat beragama nanti membawa kitab sucinya. Dan kalau semua merasa benar, apa akibatnya buat Indonesia ?

Apa mau seperti Lebanon yang pecah perang saudara 15 tahun antar agama ? Apa kita harus kehilangan dulu saudara, orangtua, keluarga, anak, sahabat seperti mereka disana baru kita belajar menghargai sesama ?

Saya menangis melihat ulama2 disini sudah tidak berada pada jalurnya mencerdaskan bangsa, tapi sibuk memainkan kata “penggal, bunuh, potong kaki” dan diucapkan di media nasional. Apalagi itu ulama yang menjabat di lembaga yang mengatas-namakan Majelis Ulama.

Saya menangis mengingatkan kepada para ulama yang baru-baru ini saja menjabat itu, bahwa negara ini berdiri atas jasa para ulama, pendeta dan pemuka agama lainnya. Semua agama punya peran besar, jadi mereka punya hak yang sama sebagai warga negara.

Agustinus Adisucipto itu Kristen. WR Supratman, Pattimura, Yos Sudarso, Wolter Monginsidi itu Kristen semua. Tanpa perjuangan mereka, belum tentu kita ini merdeka.

Pernah dengar Puputan ? Gusti Ngurah Karangasem ke 12 bersama 400 pengikutnya memilih perang sampai mati untuk menjaga benteng Jagaraga Buleleng. Mereka Hindu. Tanpa jasa mereka, Indonesia berdiri tanpa Bali.

Mereka semua kurang apa sampai keturunannya tidak punya hak untuk menjadi pemimpin negeri ini ?

Yang mengaku ulama dan menjabat sekarang, dulu pada belon lahir atau masih netek, ingusan dan korengan ketika para pahlawan yang tidak beragama Islam itu sedang berperang sampai titik darah penghabisan.

Saya menangis mengingatkan para ulama, supaya jangan sombong karena merasa beragama mayoritas. Baca sejarah Indonesia, jangan cuman sibuk baca kitab suci aja.

Dan saya menangis mengajak ustad Yusuf Mansyur sang ulama besar untuk bersama2 menjaga Indonesia ini.

Jadi salah saya apa ?

Mau tahu salah saya apa ? Salah saya malam ini rokok tinggal satu, kopi banyak tapi gulanya gak ada, warkop tutup karena si mbok pulang kampung. Ini salah saya kenapa tidak beli tadi siang…

Ayo siapa yang mau nuding saya menghina ulama lagi ? Tak sumpel entek2an lambene sampe manyun koyok ketek kegiles ban sepur.. Mumpung sek anget awakku iki…

Ngombe sek ndang waras… Seruputt..**

Sumber : facebook Denny Siregar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed