by

SAS Effect

 

Perbedaan itu sunatullah, taqdir Allah yang pasti terjadi, makanya kita harus iman pada taqdir. Para ulama dahulu arif dan bijaksana dalam berdakwah seperti Wali Songo yang datang dari Arab masuk Indonesia.

Dalam pada itu, seperti yang dikatakan Gus Sholah, bahwa dalam berdakwah hendaknya memiliki misi persatuan umat, bukan mencari celah perbedaan yang menjadikan perpecahan umat.

Abdul Somad mengiyakan semuanya. Dia menangis terharu dirangkul tulus oleh para Kiyai mumpuni. Kini dia bukan ustad lagi tapi bergelar Syaikh. Gelar kehormatan hingga panggilan akrabnya bukan UAS tapi SAS.

SAS kini berdiri sejajar kiyai ternama di bumi Pertiwi ini : Mbah Moen, Habib Lutfi, KH Ma’ruf Amin, KH Mustapha Bisri, KH Quraish Shihab dan ulama-lama kondang lainnya. Yang selalu memberikan jalan tengah sebagai guru bangsa.

Masyarakat akan memandang SAS pada posisi terhormat dan tidak lagi disamakan posisinya dengan Tengku Dengkul Main dan penceramah dobol lainnya.

Mendekatnya SAS ke ” wilayah Islam moderat”- Islam yang dianut oleh orang Indonesia kebanyakan, menimbulkan ke guncangan hebat di kalangan yang mencoba mempergunakan SAS sebagai cantolan politik untuk menyerang lawan.

Juga mengecewakan banyak orang yang mencoba menggunakan nama besar SAS untuk mengobarkan intoleransi dan radikalisme.

Mereka makin kehilangan arah.

Berbagai nada hujatan dan cacian sudah mulai muncul terkait lawatan SAS. Mulai dari tuduhan cari kekuasaan dan sebagainya.

Sementara kalangan awam dan pendukung SAS akan semakin sadar betapa selama ini mereka ditunggangi. Dan semakin orang-orang itu menghujat, semakin tinggi posisi SAS. Mereka akan tengelam oleh kedengkian dan kemunafikan mereka sendiri.

Masyarakat juga akan semakin dipahamkan bahwa langkah penting SAS mendekat ke NU dengan Islam Nusantara nya akan membuka tabir kemunafikan mereka-mereka yang selama ini terlihat mati-matian membelanya.

Efek SAS ini sudah cukup bagi Jokowi karena pekerjaan dia merangkul pemilih Islam makin mudah serta memadamkan gerakan intoleran dan radikalisme. Tanpa perlu SAS menyatakan dukungannya kepada Jokowi. Karena memang tidak perlu.

Terima kasih Syaikh Abdul Shomad dalam melestarikan Islam yang Rahmatan lil alamin dalam semangat NKRI yang berbhineka. 

 

(Sumber: Facebook Budi Setiawan)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed