by

Salafisme Tak Hanya Ada di Agama Islam

 

Ada berbagai macam kelompok salafi ini: dari yang fleksibel sampai yang kaku-njeku alias ekstrim semua ada, dari yang lunak kayak bakpao sampai yang keras kayak batu yang direndem di kulkas semua ada.

Tentu saja, sejatinya, kelompok salafi ini adalah “kaum imajiner” karena sesungguhnya tidak ada yang tahu persis seperti apa situasi dan kondisi iklim keislaman pada tahun-tahun awal saat Islam lahir lima belasan abad silam.

Sebagaimana Muslim salafi, Yahudi salafi atau Kristen salafi pun demikian. Mereka mengklaim keyahudian atau kekristenan yang mereka praktikkan seperti yang dipraktikkan oleh leluhur atau generasi awal Yahudi dan Kristen.

Menariknya, ada sejumlah kesamaan praktik di antara kaum salafi Yahudi, Kristen, dan si bungsu Muslim. Misalnya, tentu saja mereka sama-sama konservatif. Hal lain: kaum lelakinya sama-sama berjenggot lebat dan menjuntai. Mereka memelihara jenggot karena dianggap “sunah”, maksudnya mengikuti tradisi atau kebiasaan para leluhur agama mereka masing-masing.

Tata busana kaum perempuan salafi dari ketiga kelompok agama ini juga kurang lebih sama: membalut sekujur tubuh mereka dengan kain-kain sederhana. Lihat saja penampilan kaum perempuan Amish, Old Order Mennonites, Hutterites, Yahudi Heredi Burqa, Yaudi Lev Tahor, dlsb. Sangat sederhana. Kalau ada kaum perempuan agama mengklaim sebagai salafi tetapi memakai pakaian glamor sejatinya mereka bukan salafi.

Meskipun ada sejumlah persamaan mendasar, saya perhatikan ada sejumlah perbedaan mendasar di antara kaum salafi ini. Misalnya, konservatisme di kalangan salafi Yahudi dan Kristen lebih bersifat internal. Maksudnya, mereka mempraktikkan konservatisme itu untuk kalangan mereka sendiri, tidak memaksakan kepada orang lain.

Sedangkan kelompok salafi Muslim tampak sangat agresif. Mereka ingin “mengeksternalkan” konservatisme itu kepada orang lain. Mereka mendakwahkan konservatisme itu kepada umat agama lain atau bahkan umat Islam diluar mereka. Bukan hanya itu saja, mereka sering memaksakan orang lain agar “berperilaku konservatif” seperti mereka.

Siang makan berutu malam makan sop buntut; jadi orang itu jangan suka begitu karena hidup ini cuma mampir kentut

 

(Sumber: Facebook Sumanto A)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed