by

Sains VS Penerawangan

Ketidak-pahaman terhadap penelitian menjadikan tidak mampu membedakan mana bukti ilmiah yang dapat dipegang dan mana yang hanya sebatas ‘penerawangan’ tanpa bisa ditelusuri kebenarannya.

Bandingkan dengan investasi negara untuk riset HIV yang sampai lebih dari $28 miliar per tahun (383 TRILYUN RUPIAH) [1]. Tolong dibold pengeluarannya setahun!

Dan riset ini sudah dikerjakan selama 30 tahun! Tapi belum berhasil!

Sampai sekarang belum ada vaksin HIV yang layak dipasarkan, karena efektifitasnya ga bisa lebih dari 31%.

Penelitian itu jujur. Kalau gagal ya harus dilaporkan gagal, bukan memberi harapan palsu bahkan sebelum diteliti (demi keuntungan jualan workshop).

Sejak 1987, lebih dari 30 kandidat HIV vaksin diuji melibatkan lebih dari 10.000 partisipan yang dibayar. Bukan dana yang sedikit untuk membuktikan!

Sebagian besar percobaan dilakukan di AS dan Eropa, tapi juga di Brasil, Cina, Kuba, Haiti, Kenya, Peru, Thailand, Trinidad, dan Uganda. Hasilnya berhasil mengkonfirmasi keamanan vaksin HIV, tapi tidak efektivitasnya.

Saat ini, hanya ada dua kandidat vaksin yang sedang dievaluasi dalam uji coba efikasi Fase III (tahap terakhir sebelum bisa dilepas di pasaran).

Uji coba pertama dimulai tahun 1998 di AS, melibatkan 5.400 partisipan, kebanyakan laki-laki penyuka sesama jenis karena mereka rentan rerinfeksi HIV. Percobaan Tahap III dimulai tahun 1999 di Thailand, tempat yang terkenal dengan seks bebas, mendaftarkan total 2.500 partisipan [2].

Uji pada gabungan kedua vaksin ini di Thailand melibatkan 16.000 orang, sample yang lebih besar lagi.

Namun tetap saja tidak membuktikan vaksin HIV mempengaruhi jumlah virus yang beredar dalam darah partisipan yang tertular HIV (karena prilaku hidup bebas) setelah pemberian vaksin HIV. Jadi tidak bisa mencegah infeksi berkurang.

Tapi paling tidak, vaksin HIV ini menunjukkan efek pencegahan. Individu yang divaksinasi 31% lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi. Infeksi terjadi pada 74 dari 8.198 orang yang menerima suntikan plasebo, tetapi hanya 51 dari 8.197 dalam kelompok yang divaksin HIV. 31% lebih sedikit.

Peneliti terpaksa mengakui bahwa vaksin ini belum layak untuk dipasarkan. “Tidak ada yang akan mempertimbangkan lisensi vaksin yang hanya 30% efektif.”

“Kami ingin setidaknya 70-80%.” Para peneliti harus kerja keras lagi untuk mengoptimalkan vaksin HIV untuk meningkatkan peluang perlindungan.

***

Beginilah sains bekerja. Jujur, tidak terfokus untung rugi, melaporkan dengan sangat detil, tidak bermudah-mudahan mengklaim sebelum diujikan. Dan tidak selesai hanya dengan hitungan singkat seperti tukang sulap!

1. https://www.hiv.gov/federal-response/funding/budget
2. https://www.who.int/hiv/topics/vaccines/Vaccines/en/
3. https://www.avac.org/…/resourc…/HIV_resourceTracking2017.pdf
4. https://www.nature.com/…/2009/090924/full/news.2009.947.html

Sumber : Status Facebook Mila Anasanti

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed