by

Saat Negara Diancam Begal

 

Ditengah proses pembentukan jati diri sbg bangsa, disana pula kita mendapat cobaan yg tak gampang, dikuasai Soeharto selama 32 thn, Indonesia bak hidup di sarang penyamun, semua diatur seragam, Golkar berkuasa warna kuning menjadi simbolnya, sampai kantor koramil dicat kuning, mungkin kalau agak lama bendera kita sudah kuning putih warnanya.

Pengelolaan negara lebih kacau dari pasar kaget, belanja negara dari hutang yg terus digalang. Sumber daya alam kita malah dijadikan bancaan para kroni, keluarga dan makanan para penjilat kelas dewa. Saat kita ditinggalnya, lengser terpaksa, dia mewariskan sistim dalam berkorupsi, saling menyuapi, bagi2, tipu sana sini. Kebiasaan akan menjadi tabiat kata orang tua, kalau kebiasaannya nipu dia akan jd maling, kalau kebiasaannya minta2, dia akan jadi calo saja, kalau kebiasaannya menyuap dia akan menggigit, dst. Ibarat mobil, chasisnya bengkok, bagaimana bisa lurus jalannya.

7 presiden sdh dan sedang ada, Soekarno mencari bentuk tapi di gebuk, Soeharto menikmati jabatan sampai lupa kalau presiden itu bukan owner atau share holder, dia adalah penjaga dan pembentuk sistim pengembangan dan penjagaan negara, yg terjadi dia lupa semua, yg dia urus cuma anak dan kroninya sampai akhirnya IMF mendiktenya. Estafet selanjutnya harusnya kita bahagia, sayang kita kemasukan manusia yg banyak alfa, sampai dia lupa presiden atau sinden, bayangkan ditengah sistim ketatanegaraan sdg kolaps ada presiden yg masih bisa rekaman dan jual CD, saya pernah berfikir apa rakyat Indonesia pernah salah makan obat sehingga bs memilih presiden yg begitu lucu, absurds.

Pak Jokowi hadir, manusia langka ini entah bgmn nongolnya, manusia dgn penampilan tenang namun berkarakter ini membawa perubahan nyata. Para pesaing dan sekaligus pembencinya begitu tersiksa mata batinnya, karena upaya dan kerja selama ini dgn cara berkroni dan berkoloni satu2 mati suri atau mati di bui. Segala cara dibuat agar tabiat lama bisa ditambat, aset negara main embat malingpun merasa bermartabat.

Pertunjukan sirkus politik makin menggelitik, mulut busuk makin menusuk. KPK diamuk, polisi diseruduk, hakim dan jaksa di tanduk atau diajak duduk bagaimana mengatur agar perkara bisa diatur dan diukur, maju mundur sampai bisa perkara atau orangnya yg kabur.

Zaman ini memang zaman jin makan burger. Ada partai anti pancasila hidup di Indonesia, dia bela ormas yg nafasnya sama, mendukung pemerintah sekaligus menjegalnya, mrk bukan lupa pancasila tapi jelas2 tidak mengakuinya, kenapa dibiarkan? , bukan tapi sedang dimabokkan, ibarat menebar air tuba, nanti akan kelihatan ikan yg naik kepermukaan. ini kepiwaian, bukan ketidaktahuan, secara perlahan begal2 senayan plus kelas jalanan akan makin muncul dalam kondisi setengah pingsan.

Biarkan mereka pede seadanya, karena sebentar lagi mati selamanya. Kita fokus saja bekerja agar para begal makin tak berdaya. # Indonesia Jaya.

 

(Sumber: Facebook Iyyas Subiakto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed