by

Saat FPI Mengintimidasi Dokter di Solok

8. Saya akhirnya mampir ke Masjid dekat RSUD Solok, sholat sebentar, sementara anak-anak saya masih terus menangis. Anak-anak saya takut pulang, karena anak-anak saya takut saat di rumah akan diserbu oleh orang-orang yang tidak dikenal. Saya akhirnya juga ikut menangis, lalu saya tenangkan anak-anak saya dan saya ajak pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya dan anak-anak ketakutan, saya telepon beberapa orang teman, mereka cemas dengan keberadaan saya, tetapi semua teman saya tak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Saat itu tidak ada siapapun di sekeliling saya yang men-support dan menemani saya. Tidak ada satupun orang yang berani membantu saya.

9. Setelah saya posting surat pernyataan dan permintaan maaf saya di Facebook, dalam waktu satu jam, laman facebook saya malah kembali dibongkar-bongkar oleh mereka. File-file album pribadi saya berupa foto-foto saya dan anak-anak saya dan posting-an lama saya mereka munculkan kembali dan disebar ke banyak group Facebook. Mereka mengambil foto saya dan mengedit dengan vulgar, tidak senonoh dan ditambahi dengan kata-kata jorok yang sangat tidak pantas bagi seorang perempuan.

Bukannya mereka menjadi reda dan tenang dengan adanya postingan surat pernyataan dan permintaan maaf yang saya buat tadi, tetapi mereka malah semakin menjadi-jadi dan tak terkendali. Akhirnya sore itu juga saya memutuskan untuk kembali menutup akun Facebook saya demi kenyamanan dan keamanan saya dan anak-anak saya.

Saat malam harinya saya dan anak-anak sulit tidur, karena mendengar anjing rumah menggonggong ribut dan seperti ada orang di sekitar rumah yang sedang mengintai. Kejadian tersebut berlangsung sampai jam 2 dini hari.

10. Keesokan harinya, selasa, 23 Mei 2017, anak-anak bersiap untuk pergi sekolah dan ujian. Saya mengantar mereka ke sekolah dan saya ke rumah sakit bekerja seperti biasa. Setelah mengantarkan anak-anak pulang dari sekolah, tiba-tiba, saya mendapat telepon pagi itu dari drg. Basir Busnia lagi, saya disuruh datang ke kantor RSUD Solok segera, tanpa penjelasan lebih lanjut. Ternyata sesampai di RSUD, sudah banyak orang berjubah di halaman rumah sakit serta ada beberapa mobil polisi. Saya mulai panik, banyak telepon masuk dari pegawai rumah sakit yang bertanya kepada saya, ada apa buk? kok banyak orang dan polisi mencari-cari ibu.

Saya tidak menjawab, dan buru buru masuk kedalam.

Saya langsung disuruh menemui wakil direktur rumah sakit, dr. Elfahmi. Saya diberitahu bahwa ada sekelompok pemimpin ormas termasuk ketua FPI mau bertemu dengan saya. Saya diminta tidak menjawab, harus patuh dengan keinginan mereka kalau ingin selamat dan kasus ini tidak berlanjut. Dan saat itu saya bersedia mengikuti saran tersebut. Kemudian dengan dikawal dua orang staf kantor, saya dibawa menemui direktur RSUD di ruangan khusus. Di sana, direktur RSUD Solok, drg. Epi marah besar dan melotot serta menunjuk-nunjuk saya. Beliau sangat kesal karena saya membawa masalah bagi rumah sakit serta minta saya jangan macam-macam. Itu diulangi dengan tegas dan saya diminta patuh dengan kemauan para ormas nantinya, supaya urusan cepat selesai dan saya diminta berjanji di depan direktur untuk patuh dan tidak macam-macam.

Saya diminta untuk tidak tersenyum dan harus menunjukkan wajah atau ekspresi bersalah dan menyesal saat nanti di pertemuan dengan para anggota FPI.

11. Akhirnya saya dibawa ke ruang pertemuan dengan para petinggi ormas FPI serta Kepala Polisi Kota Solok, Kompol Darto, Kasat Intel Ridwan berserta direktur dan jajaran direksi RSUD Kabupaten Solok. Saya diminta menyampaikan permintaan maaf, menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi. Saya mengucapkan hal tersebut dengan terbata-bata, menahan tangis dan perasaan yang campur aduk, karena saya dibawah tekanan dan posisi ketakutan. Saat pertemuan itu saya juga menyatakan berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi.

Setelah saya ucapkan, gantian para petinggi ormas FPI tersebut mengenalkan diri, membahas masalah ini dan meceramahi saya secara bergantian. Saat itu saya patuh dan mendengarkan semua ceramah sampai selesai. Pada intinya para petinggi FPI tidak terima dengan apa yang sudah saya perbuat melalui posting-an status di Facebook, menurut mereka semua kasus Habib Rizieq Shihab itu adalah fitnah dan rekayasa belaka. Menurut mereka saya sudah terpengaruh oleh berita di media massa yang sudah dikuasai oleh asing dan aseng yang bertujuan untuk menyudutkan Habib Rizieq Shihab dan Umat islam. Disertai kutipan ayat mereka terus menceramahi saya sampai selesai.

Saya diminta membuat surat pernyataan yang awalnya saya tulis tangan, terus diketik komputer, di-print dan ditandatangani oleh saya dan beberapa orang hadir dalam pertemuan tersebut. Kecuali Direktur rumah sakit dan Kasat Intel pak Ridwan tidak ikut bertandatangan. Pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai bukti telah diadakan pertemuan tersebut.

12. Saya berfikir dengan pertemuan tersebut semua masalah akan selesai, ternyata tidak sama sekali. Foto-foto pertemuan tersebut kembali menjadi viral di media sosial, mereka terus membicarakan dan menggunjingkan saya. Pertemuan harusnya menyelesaikan masalah dan membuat suasana menjadi damai, ternyata bagi mereka tidak cukup. Foto-foto pertemuan tersebut diviralkan dengan ditambahi kata-kata yang provokatif dan kata-kata penghinaan terhadap saya. Bahkan status-status facebook saya sebelumnya juga terus digulirkan di media sosial, sehingga masyarakat semakin menjadi benci kepada saya karena saya dituduh menghina Ulama dan menghina agama Islam.

Bagi mereka, surat pernyataan dan permintaan maaf yang bermaterai tidak cukup bagi penghina ulama dan penghina agama Islam. Mereka saling komentar untuk membunuh saya, merajam saya, membakar saya, menyumpal saya dengan gagang cangkul. Mereka menuduh saya sebagai pelacur penghina ulama, mereka menuduh saya komunis dan PKI, mereka menuduh saya murtad, semua caci maki dan ungkapan kebencian mereka tumpahkan kepada saya.

13. Hari ini saya hidup di Solok, Sumatera Barat, tempat dimana mayoritas adalah Muhammadiyah. Disini basisnya partai PKS dan juga basisnya ormas FPI. Masyarakat disini sangat memuja Rizieq Shihab, disaat yang sama masyarakat disini sangat membenci Ahok dan membenci Presiden Jokowi.

Sampai saat ini, saat malam hari masih ada orang yang berkeliaran di sekitar rumah saya seakan-akan terus membuntuti saya dan anak-anak saya. Intimidasi dan teror berupa telepon masih saya alami sampai saat ini, tidak jarang mereka menelpon saya berkali-kali saat larut malam sampai pukul 02.58. Masih ada beberapa pihak atau oknum yang sangat ingin mencari dan bertemu dengan saya serta ingin melampiaskan amarah dan sakit hati mereka kepada saya. Mereka juga masih sering menebar ancaman untuk terus menghukum saya. Kejadian ini membuat saya merasa sudah dipermalukan, dicemarkan nama baik saya bahkan telah dilakukan pembunuhan karakter yg begitu massif kepada saya.

Sementara tidak ada support atau dukungan nyata dari teman sejawat atau pun pihak lain yang berada di sekitar saya. Bahkan beberapa teman sejawat di kantor tempat saya bekerja lebih memilih aman dengan menjauhi saya.

Saya merasa tidak aman dan terancam akibat peristiwa ini, yang paling saya fikirkan adalah beban psikis dan psikologis anak-anak saya yang belum siap menghadapi kondisi ini. Subuh sekitar pukul 04.30 WIB tadi juga ada serombongan orang bermotor lewat depan rumah saya sambil berteriak-teriak dan bersorak-sorai tidak jelas. Peristiwa itu bukan hal yang biasa, karena rumah saya berada di komplek perumahan yang sepi.

14. Atas berbagai pertimbangan di atas yaitu keselamatan saya dan anak anak saya serta tidak adanya pihak yang akan melindungi saya di sini, ditambah suasana di lingkungan pekerjaan yang sudah tidak nyaman lagi, saya memutuskan untuk berkeinginan keluar dari Kota Solok, Sumatera Barat ini. Saya tidak mempunyai pilihan lain lagi, dan menurut beberapa pihak yang saya ajak berkonsultasi, pindah adalah solusi pilihan terbaik untuk situasi dan keadaan saya ini. Akan sangat berbahaya jika ditunda lebih lama demi keselamatan saya beserta kedua anak saya yang sekarang berumur 8 dan 9,5 tahun.

Sebagai informasi tambahan, saat ini saya sebatang kara, orang tua saya sudah meninggal dunia keduanya, mama tahun 2000, papa tahun 2008. Saya tidak mempunyai saudara di kota Solok ini, saya seorang ibu yang tinggal cuma bertiga saja dengan kedua anak anak saya. Untuk itu saya memohon kepada berbagi pihak untuk bisa membantu saya supaya bisa pindah ke tempat aman di luar Sumatera Barat.

Demikian kronologis kejadian yang menimpa saya beserta anak anak saya. Saya mohon kiranya ada pihak yang tersentuh hatinya dan mau melakukan tindakan nyata dalam menyelamatkan saya dan anak anak saya keluar dari Sumatera Barat.

Wassalam mua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hormat Saya,

dr. Fiera Lovita

 

____________

Saat ini menurut Anikko Adhiraja melalui media sosial menyampaikan bahwa dr. Fiera Livota sudah berada di Jakarta bersama anak-anaknya dengan selamat.

“Alhamdulillah dokter Fiera pagi ini (27/05/2017) sudah di Jakarta dengan anak-anaknya. Beliau sedang menenangkan diri. Semoga segera mendapat solusi.” (Anikko Adhiraja), demikian dituliskannya

Sumber : indonesiana.tempo.co

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed