by

Rp 243 Triliun Transaksi Gelap Petral…

Oleh: Tomi Lebang

Di zaman (mantan Presiden) Soeharto, Pertamina pernah diguncang mega skandal. Sekitar tahun 1975, Pertamina dipimpin Ibnu Sutowo. Salah satu pejabatnya adalah Haji Thahir, Asisten Umum Direktur Utama.

Pada 23 Juli 1976, Haji Thahir meninggal dunia. Dan tanah air geger karena ia ternyata memiliki simpanan uang di Bank Sumitomo Singapura sebesar Rp 153 Milyar, jumlah yang benar-benar tak terbayangkan saat itu.

Pemerintah Indonesia mengendus rekening ini setelah istri keempat Haji Tahir, Kartika Tahir, berseteru dengan keluarga suaminya yang lain.

Anda tahu duit itu dari mana? Dari komisi perusahaan-perusahaan kontraktor yang tidak disetor ke keuangan Pertamina. Perusahaan-perusahaan itu yaitu Siemens, Klockner, dan Ferrosthal. Indonesia lalu mengirim tim yang dipimpin Jenderal LB Moerdani.

Dan berhasil. Akhir 1992, pengadilan Singapura menyatakan uang ini milik pemerintah Indonesia.

Sodara-sodara sebangsa dan setanah air. Mega skandal Pertamina kembali di ambang pemberitaan. Audit investigasi yang dilakukan untuk Petral di Singapura mengungkap satu fakta besar: dalam tiga tahun di sebuah periode masa lalu, ada transaksi gelap di Petral senilai Rp 243 Triliun.

Transaksi yang melibatkan pihak ketiga. Siapa pihak ketiga itu? Aha… kita tunggu situs-situs abal-abal yang sering menebar fitnah, apakah mereka kali ini berani menyebut nama, berani mengungkap kebenaran.

Petral sudah dibubarkan Presiden Jokowi seperti janjinya. Tindakan yang tentu ditangisi para pialang minyak yang selama ini bergelimang dolar dari legitnya bisnis bermodal air liur: terampil merayu penguasa.

Mungkin itu sebabnya, banyak orang kini diam, hening, seperti tikus yang mengkeret nyali di lubang got: ada kucing besar dan gila yang sedang mengasah taring di pintunya. Tak mempan disuap amis tulang ikan.

Selamat pagi rakyat anti-mafia…!!

(Artikel diambil dari Facebook)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed