by

Riwayat Pendek Penghancuran NU

Silahkan anda ketik nama “Said Aqil Siroj” di youtube, yang muncul adalah Said aqil Syiah, Said Aqil liberal, Said Aqil Jenggot dan lainnya. Lalu anda putar secara bebas. Anda akan melihat video propaganda yang sudah dipotong, diberi nama, diberi efek dan kesan jelek. Mau contoh?

Ketika KYAI SAID (KETUM PBNU) melontarkan pernyataan tentang “jenggot” hampir dipastikan video yang muncul teratas di youtube itu dipotong sedemikian rupa, lalu di”cut” dan diteruskan dengan video ceramah ustad-ustad jenggot yang baru saja memulai karir dengan “menggunakan” hadits.

Anda bayangkan, penonton video ditampilkan dua rekaman berbeda seakan-akan KYAI SAID (KETUM PBNU) sedang dihakimi oleh ustad newbie tersebut. Lalu kemudian ustad anyar tersebut memaki-maki dan menjatuhkan “salah!” “Dosa!” “Bid’ah” kepada beliau. Lalu video 5 menit itu selesai, seakan-akan KYAI SAID (KETUM PBNU) berhasil dihakimi. Berani bertemu? TIDAK!

Setelah itu tampilah ustad itu “seakan-akan berhasil mengkritik KYAI SAID (KETUM PBNU)” yang belum pernah ia temui. Maka wajar kalau dalam setiap ceramah KYAI SAID (KETUM PBNU) selalu mengatakan ia terbuka untuk kritik, kantor PBNU terbuka. Karena sangat jarang ada yang berani mendebatnya. Kecuali kalangan NU sendiri yang terbiasa tabayyun.

Ini baru satu video, sedangkan dalam 1 isu saja tentang pernyataan KYAI SAID (KETUM PBNU), bisa menampilkan hingga 20-40 video. Pertanyaannya, jenis makhluk apakah orang-orang yang melakukan editing video seperti ini? Apa mereka mengangap fitnah terencana ini sebagai jihad? maukah mereka diuji secara terbuka dan ilmiah?

Anda bayangkan, seorang Felix siau yang tidak pernah diuji secara ilmiah dan akademis pengetahuannya tentang Timur Tengah mengklaim sebagai orang yang paling tahu tentang Turki Utsmani cukup dengan membuat NOVEL tentang ‘Muhammad Al-Fatih’(dan liburan ke Turki beberapa kali)–mempermalukan puluhan lulusan Jurusan Timur Tengah dalam negeri yang bertahun-tahun berdarah-darah membuat skripsi-thesis-disertasi. Jangan bandingkan dengan Disertasi Kyai Said yang dipuji Gusdur karena memakai 1000 referensi teruji.

Kita boleh jujur, bahwa kadangkala yang melakukan semua ini adalah orang Islam sendiri. Orang yang mengaku paling Islami namun mereka adalah Orang yang tidak betah hidup di negeri Pancasila. Mereka anti pada banyak hal. Sehingga akan mudah berseteru dengan kelompok sendiri. Itulah yang membuat Timur Tengah retak-retak tanpa jiwa kebangsaan yang kokoh.

Gayung bersambut, pemerintahan Jokowi memiliki kekhawatiran bersama bahwa pihak-pihak yang menggerogoti NU dari dalam adalah sel-sel yang akan menjadi penghancur konsep negara-bangsa. Hal ini sangat mengancam ideologi Negara. Tak ada pilihan. 10 tahun pemerintahan SBY tak pernah sedikitpun mampu membubarkan HTI secara nyata dan terbuka. Padahal kampanye HTI dalam menolak ideologi Negara begitu gencar dan terbuka (deklarasi khilafah di GBK!). Hanya di pemerintahan Jokowi, mampu segera membubarkan Organsasi transnasional tersebut. Dalam hal ini pemerintah telah menunjukan komitmen yang jelas atas kelompok-kelompok anti-kebangsaan. NU melihat hal tersebut sebagai komitmen yang nyata.

Sebenarnya NU adalah wajah Islam Indonesia sendiri, dan mencoba mempertahankan apa yang sudah diajarkan para ulama, yang ajaran tersebut bisa ditarik tanpa putus hingga pada Nabi Muhammad Saw. Sementara para veteran konflik Timur Tengah mencoba menghancurkan keharmonisan ulama Islam di Indonesia dengan wajah islami. Memang dibutuhkan kekuataan intelektual yang teruji untuk mengenali infiltrasi mereka yang rajin mengimpor konflik dan mengobral kebencian. Momentum Pilpres adalah saat yang paling tepat untuk menentukan keberpihakan antara pihak yang membela kebangsaan dan para kontraktor konflik.

Namun, mesin hoak telah disebar merusak tatanan keluarga dan membinasakan kebudayaan negri loh jinawi. Mereka bersepakat berkumpul dikubu Prabowo. PKS, eks-HTI, FPI, dan para alumni non-universitas. Tak lupa Amin Rais, tokoh sentral ketua MPR yang menjatuhkan Gusdur melalui isu bulogate dan bruneigate, tanpa PEMBUKTIAN dan tanpa peradilan. Kubu sebelah sudah mempersiapkan kekalahan mereka dengan menebar isu KPU curang guna mempersiapkan kondisi kacau setelah Pilpres, memelihara kelompok anti-kebangsaan, memasukan Rocky Gerung kedalam masjid, semuanya halal demi ambisi politik.

HARAPAN

NUonline telah menyalip semua web Islam (garis keras/fundamentalis) dengan rating tertinggi. Para intelektual hijau sudah merapatkan barisan. Akademis NU diberbagai Negara menghimpun keahlian mereka melawan Hoax dengan keilmuan. Berkumpulnya kaum muslimat menghijaukan GBK adalah sinyalemen bahwa NU mulai siap muncul kepermukaan. Cukup Muslimat NU saja untuk membuat ramai suatu kawasan tanpa berebut klaim juta-jutaan.

Kemudian, Harlah NU 31/1/2019 dibuka dengan dengan harapan masa depan. Industri 5.0 dibahas tanpa melupakan UKM lemah ditengah himpitan global (lihat pidato Kyai Said pada Harlah 31/1/2019). Keberpihakan NU cukup jelas pada rakyat jelata. Melihat beban yang di emban NU, jelas NU adalah ormas dengan wawasan Internasional dan menghadapi persoalan-persoalan global. NU Bukan ormas recehan yang memperebutkan jatah sektoral dan mencakar saudara sendiri demi ambisi.

Statemen sudah dibunyikan. NU mulai berhitung. Ketika ambisi Politik menghancurkan hubungan keluarga, ambisi politiknya yang dihancurkan, bukan keluarganya. Komitmen NU dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan jelas merupakan keberpihakan terhadap keluarga besar Bangsa Indonesia. Semoga kita TIDAK berada pada pihak yang ingin menghancurkannya. Sebagaimana mereka mencobanya jutaan kali.

Intaha

Sumber : Status Facebook 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed