by

Raja dan Khalifah

Ketika Abu Bakar wafat, anaknya tidak otomatis jadi khalifah. Begitu juga ketika Umar, Ustman dan Ali wafat, anak-anak mereka tidak otomatis jadi khalifah berikutnya.

Namun masuk ke zaman khilafah berikutnya, ketika Muawiyah bin Abi Sufyan wafat, yang jadi khalifah berikutnya Yazid bin Muawiyah. Lalu Yazid punya anak yang diberi nama Muayiwah juga dan naik jadi khalifah menggantikan ayahnya. Dan begitulah seterusnya sampai khalifah terakhir Bani Utsmaniyah di Turki.

Kecuali tegas menyebut khilafah rasyidah, sekedar menyebut ‘khilafah’ saja berkonotasi kepada masa khilafah yang sebenarnya kerajaan dan monarkhi. Di masa kini negara yang masih 100% monarki secara de facto dan de Jure diantaranya Kerajaan Saudi Arabia.

Raja-raja di Saudi Arabia itu 100% berkuasa secara resmi, bukan hanya sekedar simbol macam Inggris dan beberapa sisa kerajaan lainnya di Eropa. Dan mereka naik tahta karena faktor keturunan, yaitu sama-sama anak raja Abdul Aziz.
Yang pernah umrah atau haji pasti tidak asing dengan nama King Abdul Aziz. Ya, itu nama bandara di Jeddah.

Jadi kalau ada cita-cita mendirikan khilafah, ketahuilah sebenarnya yang mau dibangun itu kerajaan yang sistemnya monarki. Kita mundur lagi ke zaman dulu kala. Anak khalifah nantinya dipastikan jadi khalifah. Sebuah trah atau keluarga besar akan jadi penguasanya.

Nama khilafahnya biasanya menggunakan nama kakek moyang keluarga besar itu. Misalnya nama kakek moyangnya Paimin atau Paijo, maka nama khilafahnya Khilafah Bani Paiminiyah atau Khilafah Bani Paijoiyah.

Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat Lc MA

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed