by

Pribumi

Orang pun biasa saja dengan organisasi yang sejak lama menyebut diri ‘Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia’. Dalam konteks historis, istilah ‘pribumi’ diintroduksi penjajah Belanda. Belanda menyebutnya inlander. Dalam strata masyarakat kolonial waktu itu, pribumi masuk golongan terendah, pendatang asal Timur Asing termasuk Tiongkok dan Arab golongan tengah, penduduk asal Eropa golongan tertinggi.
Jadilah pribumi istilah yang merendahkan. Sudahlah merendahkan istilah itu dipakai kolonialis untuk memecah belah. Dalam konteks genetika, penelitan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyimpulkan kira-kira bahwa nenek moyang orang yang bermukim di Nusantara ialah pendatang, bukan penduduk asli.

Penelitian yang diberi judul Genneka Tunggal Ika itu menyimpulkan tidak ada pribumi. Secara genetika, kita semua nonpribumi. Dalam konteks hukum, Presiden BJ Habibie menerbitkan Instruksi Presiden RI Nomor 26/1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Nonpribumi. Instruksi yang ditandatangani pada September 1998 itu menjadi instruksi resmi bagi para menteri hingga para kepala daerah tingkat II.

Sejarah, genetika, dan hukum mengajari kita untuk tak menggunakan istilah pribumi dan nonpribumi. Itu disebabkan kata-kata tersebut bermakna rasial. Itu kira-kira sama dengan istilah ‘negro’ di Amerika sana. UUD 1945 pun mengubah pasal yang berbunyi ‘Presiden ialah orang Indonesia asli’ menjadi ‘Presiden ialah orang Indonesia’.

Namun, sudahlah, kita sudahi perdebatan konteks istilah ‘pribumi’ yang dilontarkan Gubernur Anies Baswedan. Perdebatan itu tidak produktif, tetapi kontraproduktif. Sebetulnya tidak juga bila dibilang perdebatan itu tidak produktif. Paling tidak kita bisa membangun wacana, mengetahui mengapa sebaiknya kita tidak menggunakan kata ‘pribumi’ dan ‘nonpribumi’.

Akan tetapi, masak sih seorang gubernur produktif memantik dan memproduksi perdebatan dan wacana? Di hari pertama ia menjabat pula. Bukankah Gubernur DKI semestinya produktif memenuhi janji-janjinya membangun Jakarta lebih baik lagi?

Sumber : Status Facebook Joko Santoso

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed