by

Prabowo, Sang Petarung Yang Pantang Menyerah Meski Selalu Kalah

KEKALAHAN Prabowo tahun 1998 semakin komplit saat dia juga GAGAL mempertahan- kan keutuhan rumah tangganya. Dia bercerai dengan Siti Hediati atau yang kita kenal sebagai Titiek Soeharto. Setelah kegagalan yang beruntun tersebut, dia mengasingkan diri ke Yordania beberapa tahun. Dan pada awal tahun 2000-an dia kembali ke Indonesia dan kemudian menekuni dunia bisnis.

Pada tahun 2004 Prabowo mulai masuk gelanggang politik dengan mengikuti konvensi Calon Presiden dari Partai Golkar. Tapi dia KALAH dan mendapatkan jumlah suara yang paling buncit. Pemenang konvensi saat itu adalah Wiranto. Kegagalan di konvensi Partai Golkar membuat Prabowo mendirikan Partai Gerindra pada tanggal 6 Febuari 2008.

Pada tahun 2009 Prabowo mencoba nasib peruntungannya ikut kontestasi Pilpres 2009 dengan menjadi Cawapres dari Megawati. Tapi lagi-lagi dia GAGAL dan KALAH. Dan yang mengalahkannya adalah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono.

Tapi Prabowo terlahir menjadi petarung sejati. Lima tahun kemudian yaitu tahun 2014 dia mencalonkan diri kembali menjadi Calon Presiden dengan berpasangan dengan Hatta Rajasa. Namun lagi-lagi Prabowo GAGAL dan KALAH LAGI. Kali ini yang mengalahkannya adalah pasangan kuda hitam Jokowi – JK.

Pada kontestasi Pilpres 2019, para analis politik sempat meragukan apakah Prabowo akan kembali ikut gelanggang kompetisi. Premisnya cukup masuk akal. Karena Prabowo tahun ini sudah berumur 68 tahun dan konon kabarnya sumberdaya finansialnya pun sudah berdarah- darah. Tapi rupanya tekat Sang Petarung tidak surut juga. Dia mendapatkan suntikan amunisi dari Sandiaga Uno Sang Cawapres dan kelompok pengusaha lainnya, Prabowo nekat “Rematch” melawan Jokowi.

Dan hasilnya ? 99% Prabowo dipastikan akan KALAH lagi.

Prabowo Subianto adalah seorang petarung yang pantang menyerah. Namun secara realita harus diakui saat ini dia sudah menjadi sosok PETARUNG TUA yang tidak lagi gagah perkasa. Lima tahun lagi kalau dia memaksakan diri kembali berlaga pada Pilpres 2024 usianya sudah 73 tahun. Usia yang sangat renta. Daya gebraknya pun sudah pasti semakin melemah. Dan secara jujur harus diakui kapasitas dan kapabilitas Prabowo sejatinya tidak cocok lagi untuk menjadi Pemimpin di jaman milenial yang serba digital. Pertanyaan berikutnya, masih adakah bandar yang mau membiayai petarung tua yang sudah ringkih dan hampir kehabisan nafas ? Will see.

Semangat yang meluap-luap dan ambisi yang berkobar ternyata tidak cukup mampu menghantarkan Prabowo ke singgasana kursi Istana Negara. Perlu kapabilitas yang sesuai dengan perkembangan zaman dan perilaku yang sederhana untuk mendapatkan mayoritas suara rakyat. Namun demikian apapun yang terjadi, Prabowo harus tetap kita apresiasi dan kita kenang sebagai seorang petarung yang pantang menyerah, meskipun selalu KALAH.

SEJARAH negeri ini akan mencatat Prabowo merupakan petarung handal asal dia mau LEGOWO menerima realita secara tawakal. Kalau dia melakukan hal sebaliknya, jejak hitam kelam akan menjadi persepsi publik dan tercatat dalam sejarah kehidupan seorang Prabowo Subianto.

Mudah-mudahan dalam diri seorang Prabowo masih tersisa rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Bukan seorang petarung yang dikendalikan oleh kelompok radikal yang bertujuan mengkoyak rajutan kebhinekaan Indonesia.

Semoga …..

Salam SATU Indonesia,
27042019

Sumber : Status Facebook Rudi S Kamri

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed