by

Politisisasi Agama Upaya Tingkatkan Fasisme Agama

Betapa malangnya bangsa Kita hingga Merdeka Sudah 55 Tahun Masih juga dibodohi bahkan sekarang dibodohi oleh bangsanya sendiri dengan menampilkan keturunan Arab yang Tak tau malu terus membodohi bangsa Kita.
Jika masyarakat tau sejak berabad-abad lamanya Belanda menjajah Indonesia selalu dengan memecah belah agama rujukannya agar masyarakat Kita bodoh dan lebih mementingkan agamanya daripada kebangsaan! Hal ini diutarakan oleh Tan Malaka dalam bukunya Republikken Indonesien yang diterbitkan Tahun 1925 dan madilog yang diterbitkan Tahun 1943 , beliau berpendapat Tak Akan merdeka cara berpikir seseorang jika hanya mengikuti dogma apapun termasuk Agama Karena Akan membuat orang lupa untuk merdeka. Agama adalah urusan pribadi kepada Tuhan dan aturan hubungan antar manusia bukan membatasi pola berpikir seseorang.
Pemikiran Tan Malaka mempengaruhi cara berpikir kaum Nasionalis pada saat Itu dan mendorong munculnya ikrar Sumpah Pemuda pada tahun 1928 dimana para tokoh mengikrarkan satu Tanah air, satu Bangsa, satu bahasa, yaitu Indonesia. Tak ada satu agama. kemudian Bung Karno merunmuskan Pancasila adalah ketuhanan yang Maha esa karena Sudah melihat bahwa kepentingan yang utama adalah kebangsaan.
Belanda dengan politik devide et empera selalu melakukan politisasi Agama untuk memadamkan perlawanan para pejuang di Indonesia, Kita masih ingat perang Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol dimana Belanda memecah belah umat islam bahkan mendatangkan Ulama Wahabi dari Timur Tengah yang memecah belah kaum adat dan kaum Paderi yang tadinya bersatu menghadapi Belanda menjadi terpecah , di Minang kaum adat sangat memuliakan perempuan dengan adat matrilineal yang sebenarnya memacu agar laki laki mau bekerja keras tanpa memikirkan materi.
Sedangkan kaum Paderi yang terdiri dari para pendatang suku mandaeling , jawa dan melayu Riau berpihak kepada kaum wahabi sehingga Imam Bonjol menyerah.
Ucapannya yang populer kepada kaumnya ketika Itu menghadapi perpecahan bangsanya sendiri adalah :
“Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito juo. Baa dek kalian?” (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian?).
Pada saat kaumnya lebih memikirkan hal yang sebenarnya bukan hal yang utama yaitu menghadapi perjuangan melawan kolonial mereka malah berperang sendiri hingga akhirnya Imam Bonjol pun menyerah dan dibuang ke Minahasa kemudian tak bisa lagi berdakwah karena disana penduduknya beragama nasrani.
Kemudian pada perang Aceh dimana Belanda akhirnya memenangkan pertarungan dengan Cut Nyak Dien seorang Pahlawan perempuan yang tangguh dan pemberani, Ulama Wahabi suruhan Belanda sukses mensosialisasikan Al Maidah 51 dan perempuan Aceh wajib berjilbab dan patuh pada suami (mungkin hal ini banyak yang tidak tau , silahkan cari literasi dalam bahasa Belanda dan ada beberapa dalam bahasa Inggris ).
Belum lagi bagaimana Belanda menaklukan Kesultanan di makasar dan Tidore di Maluku, Kerajaan Kerajaan di jawa seperti Brawijaya dan Mataram. Tentu kita pernah ingat tokoh -tokoh seperti Cornelius Speelman, Snock Hergenje bahkan Westerling mereka hadir dengan politisasi Agama memecah belah rakyat Indonesia sehingga Belanda bisa menguasai Indonesia dalam waktu yang begitu lama.
Jadi politisasi Agama sebenarnya adalah musuh terselubung yang mengganggu Persatuan dan nasionalisme sejak dulu dan selalu sukses membodohi rakyat Indonesia, akankah sekarang juga sukses membuat rakyat Indonesia menjadi begitu bodoh? dan terbelakang hanya gara- gara segelintir politikus busuk Indonesia menjadi Suriah?
Padahal Indonesia milik seluruh warga negara tanpa diskriminasi ras suku, agama dan antar golongan semua Punya hak dan kewajiban yang sama orang per orang bukan milik elit politik busuk seperti mereka.
Salam Kedaulatan Rakyat
Sumber : Status Facebook Tito Gatsu.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed