by

Politikus Bau Kencur vs Bau Tanah

 
Tsamara Amany, tak jiper mengaku keturunan Arab tapi pendukung Ahok. Beberapa hari lalu, kita melihat ia berdebat dengan Fahri Hamzah di acara televisi, juga dengan Margarito Kamis. Pikirannya jernih, mampu menjaga emosinya, dan lebih bisa menjaga etika.

Karena keteteran dalam argumentasi, Fahri Hamzah mulai menyerang ke sana-kemari khas dewa mabuk. Dengan jumawa ia mengatakan Tsamara Amany politikus bau kencur. Sebagaimana ketika Margarito Kamis, konon ahli tata-negara itu, dibuat frustrasi dan emosional, sampai mesti menyatakan; “Anda pernah sekolah tidak?”

Selalu saja ketika perdebatan sudah masuk serangan pribadi, kita melihat sesungguhnya yang sedang kita hadapi adalah orang-orang kalap. Tidak adil sejak pikiran. Kebenaran hanya milik mereka semata. Perdebatan lebih dibangun dari konstruk berpikir mereka sendiri. Tidak pernah berawal dan berakhir pada pokok permasalahan.

Tsamara Amany Alatas berani mengungkapkan perasaan dan pendapatnya secara argumentatif. Mahasiswi semester VI Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Paramadina ini, secara lugas mengkritik sikap dan pendapat Wakil Ketua DPR yang kerap memojokkan KPK dan pemerintah. “Di zaman Pak SBY begitu, di era Pak Jokowi sekarang ini juga demikian,” ujar Sammy, begitu panggilannya.

Omongan Fahri soal politikus bau kencur dan partai baru, disanggah Sammy dengan menyebut fenomena terpilihnya Emmanuel Macron (39), Presiden termuda di Prancis. Partai politik Macron baru berdiri selama 14 bulan, tapi berhasil meraih suara mayoritas parlemen Prancis. En Marche, partai politik baru itu menang hingga 43% suara.

Kita tidak tahu dengan mengatakan politikus bau kencur apakah FH memposisikan diri sebagai politikus busuk, atau politikus bau tanah. Tapi itu terlihat bagaimana sisi pandang orang-orang seperti FH dan MK, yang dari dulu selalu memposisikan diri sebagai oposan. Taglinenya pun jadul: Aku oposan maka aku ada.

Munculnya Tsamara Amany, juga Afi Nihaya, dan banyak lagi anak muda yang berani menyatakan pendapatnya, dan bukan pendapat ngawur, adalah harapan. Menurut Mbah Kyai Aristoteles, filsuf Yunani itu, harapan adalah mimpi dari seorang yang terjaga.

 
(Sumber: Facebook Sunardian Wirodono)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed