by

Politik Masjid Pilkada Yang Meretakkan Keluarga

“Setelah Pilkada, hubungan sosial ya biasalah. Tapi hubungan agama, cap seseorang itu berada di barisan mana, sudah jadi hukum,” ucapnya.

Akumulasi dari pelbagai masalah itu yang membuat Ghafur dan Firmansyah diperiksa Panwaslu Kota Jakarta Selatan pada Rabu, 15 Maret 2017. Sebelumnya, mereka sempat mangkir dua kali dari panggilan Panwaslu.

Ghafur adalah pengajar di sekolah As-Syafi’iyyah, Pondok Gede, dan Firmansyah ialah guru dan wakil kepala sekolah di sebuah madrasah ibtidaiyah (setara SD) di Pondok Pinang. Sementara Rasyidin adalah Ketua Yayasan tempat mengajar Firmansyah.

Di akhir perbincangan dengan Firmansyah, salah satu dari ketiga rekannya mengulurkan tangan kanan ke arah saya sembari minta saya bersumpah untuk “memberitakan yang baik-baik saja”. Saat bersumpah, saya difoto dan divideokan, sambil mengancam: Jika berita yang saya bikin tak sesuai keinginan mereka, mereka berjanji akan mencari keberadaan saya.

Selain itu mereka memastikan saya beragama Islam dengan memeriksa KTP dan meminta kartu nama saya. Saat wawancara berlangsung pun ketiga rekan Firmansyah secara bergantian memotret, memvideokan, dan secara serentak menganggap pertanyaan saya tak relevan dan menganggap saya pendukung Ahok.

 

Mendepak Ahli Waris Masjid

“Masjid itu bukan dari bapaknya (Rasyidin). Enggak ada ceritanya itu dia ahli waris. Itu ngaku-ngaku,” kata Firmansyah. Ia bersikukuh Masjid Darussalam tak dimiliki keluarga Rasyidin secara turun-temurun.

Di ruang tamu yang dihiasi 6 bingkai foto pertemuan antara Rasyidin dan Ahok plus kakak angkat Ahok, Andi Analta Baso Amier, Rasyidin menuturkan secara perlahan silsilah keluarga besarnya. Sejak abad 19, keluarganya bernama Ki Tua Rasman pindah ke Jakarta dari Kediri, Jawa Timur. Rasman lantas membangun Masjid Darussalam bercorak arsitektur khas Jawa Timur. Masjid ini kemudian diurus oleh anaknya, Bihan, yang seterusnya diwariskan kepada Rasyidin Nawi.

“Saya keturunan keenam. Saya ahli waris masjid itu, tapi yang memecat bukan ahli waris. Saya ketawa saja. Saya ahli waris tulen,” tutur Rasyidin di rumahnya. Ia menambahkan, sentimen Firmansyah terhadap dirinya karena ia, sebagai ketua yayasan sekolah, tidak memilih Firmansyah sebagai kepala sekolah.

Rasyidin mengatakan Firmansyah dan Ghafur tak berhubungan dengan garis darah pendiri Masjid Darussalam. Namun ia berkata jika Firmansyah masih memiliki hubungan darah dengannya. “Waktu nenek saya jadi janda menikah dengan kakeknya dia yang jadi duda. Firmansyah itu cicitnya,” ungkapnya.

Rasyidin mengisahkan, Masjid Darussalam direnovasi berkat sumbangan Rp100 juta dari Fauzi Bowo saat menjabat sekretaris daerah Jakarta. Rasyidin saat itu menjadi bendahara pengurus masjid. Awalnya Rasyidin tinggal di RT5/RW02 selama sekitar 60 tahun. Pada pertengahan 2009 ia pindah ke Jalan Haji Muhi VIII.

Sebagai pembina Masjid Darussalam, ia tak pernah luput untuk diundang ketika ada rapat. Pertama kali ia tak diundang saat pengurus masjid mengadakan rapat kerja di Bogor. “Tahu-tahu,” katanya, “warga yang bukan pengurus masjid mengirimkan surat pemecatan ke rumah saya.”

“Dipecat karena saya koordinator kelu‎rahan pemenangan Tim Ahok. Itu kelurahan Pondok Pinang dan Pondok Indah, ada 90 TPS. Jangan lihat Cina-nya, kita Pilkada, bukan lagi pilih pemimpin agama. Kalaupun gubernur orang Islam, harus berkualitas, ilmunya bagus. Orang Masjid Darussalam benci banget sama Ahok,” ujarnya.

Rasyidin mengistilahkan hubungan saudaranya dengan Ahok sebagai “cubit daging kena tulang.” Ia menjadi bagian dari keluarga besar sejak kakak angkat Ahok, Andi Baso Amier, menjadi keluarga dari menantunya. Selain itu, yang membuatnya semakin mantap memilih Ahok berkat saudaranya, Ruslan Amsyari, yang jadi anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Hanura dari Dapil Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Pesanggrahan, Cilandak, dan Setiabudi. Ruslan sendiri tinggal di Jalan Pondok Setia, RT7/RW06, Pondok Pinang.

“Saya sudah dijauhi pemilih Anies sejak Pilkada. Ini Pilkada, saya tidak mau ribut. Saya malu kalau ribut. Saya tidak sakit hati. Ya sudahlah, jalannya seperti ini memang untuk menangkan Ahok. ‎Banyak orang luar kayak Cilandak yang datang, mereka kasih support. Saya jadi kuat. Setelah Pilkada, harus selesai ini masalah,” kata mantan ketua RW 02 sejak 1992 hingga 2009 ini.

Selain Firmansyah, ada anggota saudaranya yang menjauhi Rasyidin. Ini terjadi ketika adik dari istrinya menikahi seorang petinggi MUI tingkat kecamatan di Pondok Pinang, Hasanuddin Alwi, di tengah momen Pilkada yang masih panas.

“Dia ngawinin tapi saya tidak diundang. Dianggapnya uang saya haram. Itu lagi Pilkada berjalan. Biasanya satu minggu bisa 7 kali undangan. Sekarang sudah jarang yang undang saya,” ujarnya.

Kini jabatan Rasyidin sebagai pembina Masjid Darussalam sudah digantikan dengan Danu. Di masa luang, Rasyidin sempat diminta seorang pengurus masjid untuk kembali masuk Islam. Dengan memilih Ahok, Rasyidin dianggap telah pindah agama.

“Saya disuruh syahadat lagi sama orang Masjid Darussalam itu. Itu ulama bukan, kyai juga bukan,” tutupnya.**

Sumber : tirto

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed