by

Politik Ketakutan

Ketidaknyamanan itu berimbas pada kembalinya romantisme terhadap kondisi stabilitas di jaman pemerintahan otoriter yang sangat terkontrol bahkan represif dan tidak menghargai hak asasi manusia.

Kondisi psikologis ini yang biasanya dimanfaatkan oleh politisi-politisi yang ingin mengembalikan cara-cara memerintah dengan otoriter. Mereka permisif bahkan berkontribusi dalam meningkatkan ketidaknyamanan tersebut dengan tujuan membuat orang menjadi bertambah takut, dan dalam ketakutan itu, mereka menawarkan solusi seperti yang dilakukan oleh rezim otoriter sebelumnya.

Dalam pertarungan pilpres 2019 ini, politik ketakutan itu sangat terlihat jelas dipergunakan oleh kubu 02. Mereka mengkampanyekan toleransi kepada intoleransi dengan menggandeng kelompok-kelompok ekstrimis, mereka menyebar hoaks dan ujaran-ujaran kebencian bahkan tidak segan-segan menunjukkan kebohongan secara publik. Semuanya ini dipergunakan agar rakyat menjadi tidak percaya kepada penegakan hukum yang sedang dilakukan oleh pemerintahan sekarang, dan disaat itu, rakyat mencari sosok yang dirasa mampu mengembalikan stabilitas seperti jaman dulu, yang mereka tawarkan.

Pilihannya ada di rakyat sekarang. Apakah ingin kembali ke jaman dulu dimana stabilitas semu itu diciptakan tapi kepastian hukum itu hanya berlaku kepada mereka-mereka yang dekat dengan kekuasaan saja, sedangkan para pengkritik pemerintah dipersekusi, ditahan tanpa proses hukum yang transparan, dikarungin, diculik dan dihilangkan paksa?

Salam,

#IndonesiaTanahAirBeta

Sumber : Status Facebook Alto Luger

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed