by

PM Mahathir dan Menhan Sabu

Dalam pertemuan Liga Arab yang khusus membahas kasus ini, PM Mahathir bilang, “Kesepakatan ini hanya akan mendatangkan lebih banyak konflik di kawasan dan akan memunculkan kebencian/konflik di tengah miliaran manusia di seluruh dunia.” [1]

Kalimat PM Mahathir ini ‘dalam’ banget. Apa hubungan penjajahan Israel dengan konflik di seluruh dunia? Saya sudah pernah bahas dalam tulisan berjudul “Palestina adalah Kita”. [2]

Tapi sebenarnya ada penjelasan lain soal ini, yang disampaikan Menteri Pertahanan Malaysia, Haji Mohamad bin Sabu. Saat itu beliau bicara dalam forum diskusi “Harapan Baru Dunia Islam: Meneguhkan Hubungan Indonesia – Malaysia” di Aula Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (25/1/2020).

Alhamdulillah saya berkesempatan hadir dan menyimak langsung. Saat itu, saya takjub, kok ada Menhan orang Melayu yang berani mengecam AS? Kalau Menhan Suriah atau Iran yang ngomong sih, biasa aja.

Menhan Sabu mengawali pemaparannya dengan merunut sejarah bahwa sejak dulu, kekuatan angkara murka di dunia ini muncul silih berganti, tapi karakternya sama: selalu merasa sebagai Tuhan dan merasa berhak membunuh siapa saja yang jadi musuhnya. Kekuatan angkara murka pada zaman ini, yaitu AS, juga punya karakter demikian. AS telah melakukan banyak perang di Dunia Muslim, termasuk kasus yang terbaru, AS membunuh Jenderal Qassem Soleimani.

Wow, saat saya mendengar nama Qassem Soleimani, saya langsung antusias. Bukan apa-apa, jarang kan pemimpin negara yang berani sebut nama itu. Padahal semua pada ngaku anti-ISIS. Nah ini, ada jenderal yang sangat berjasa dalam perang melawan ISIS dibunuh AS, tapi kok tidak dikecam?

Saya googling, rupanya sebelumnya PM Mahathir juga mengecam pembunuhan tersebut. Mahathir mengatakan, pembunuhan Soleimani adalah tindakan amoral dan pelanggaran hukum internasional, dan karena itu “negara-negara muslim harus bersatu untuk melindungi diri dari ancaman luar.”[3]

Nah, kembali ke penjelasan Menhan Sabu, kekuatan angkara murka telah memunculkan konflik tak berkesudahan di Timur Tengah. Negara-negara Muslim dilanda berbagai perang. Negara-negara Arab banyak yang jadi proxy kekuatan Barat (AS), negara-negara yang berani melawan ditekan.

Menhan Sabu optimis, kekuatan dunia akan bergeser ke Timur karena kekuatan-kekuatan Barat sudah mulai kelimpungan, baik karena krisis ekonomi maupun karena konflik. 

Ini nyambung dengan pernyataan PM Mahathir, “Trump mundur aja, supaya AS selamat.” Ya, kebijakan perang Trump di Timteng sama sekali tidak membawa keuntungan bagi rakyat AS, uang pajak bukannya untuk menyejahterakan rakyat, tapi malah dipakai berperang. Dan sialnya, perang itu bukan demi membela rakyat AS, melainkan demi membela Israel. “Kepentingan nasional AS sama dengan kepentingan nasional Israel,” demikian mantra yang selalu diucapkan para presiden dan wapres AS.[4]

Mohammad Sabu menyerukan kerjasama yang lebih erat antara Malaysia dan Indonesia. Menurutnya, kedua negara punya modal besar yaitu jumlah penduduk yang sangat besar. Bila bersatu, saling bekerja sama, dan di saat yang sama masing-masing juga memperbaiki diri (misalnya, memberantas korupsi, mencegah kerusakan alam, menjaga keselamatan lingkungan), kedua negara ini bisa menjadi pusat peradaban Muslim, menggantikan Timur Tengah yang semakin porak poranda akibat kerakusan kekuatan Barat. 

Kedua tokoh ini, menurut saya, dengan tepat telah melakukan identifikasi lawan. Ini penting banget, karena banyak kekuatan angkara murka yang berpura-pura jadi teman padahal sebenarnya berniat menikam diam-diam demi penguasaan atas sumber daya alam.


[1]https://www.scmp.com/…/malaysias-mahathir-i-asked-trump-res…
[2]https://www.facebook.com/…/a.2341431836786…/861286764297580/
[3]https://www.tribunnews.com/…/jenderal-iran-qasem-soleimani-…
[4] Video Wapres AS yang menyatakan kesetiaan pada Israel https://www.facebook.com/cerdasgeopolitik/videos/563445700727814/

 
(Sumber: Facebook Dina Sulaeman)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed