Oleh: Niken Satyawati
Baru kali ini saya bertamu ke rumah Bu Noto. Ya, Sujiatmi Notomiharjo, ibunda dari Joko Widodo (Jokowi). Padahal cukup sering saya lewat rumahnya, mengantar barang pesanan pelanggan, tak jauh dari rumah Bu Noto. Biasanya saya hanya memandang saja bagian muka rumah dan halamannya yang tampak dari jalan. Tak ada yang menghalangi pandangan orang lewat bila ingin sekadar melihat rumah itu, karena pintu gerbangnya berupa batang besi yang disambung-sambung renggang, dari tanah hingga beberapa meter ke atas.
Selepas Asar kami tiba di rumah bercat krem di kawasan Sumber, Solo itu. Mungkin kami lagi beruntung. Pintu gerbang terbuka. Kami berdua pun masuk. Pintu rumah juga terbuka. Ternyata di dalam sudah ada tiga jurnalis senior dari radio milik pemerintah yang saya kenal baik. Kami akhirnya tinggal nimbrung. Sebentar kemudian, Bu Noto keluar. Dengan ramah perempuan berusia 71 tahun itu menyalami kami satu per satu.
Dalam kesempatan itu Bu Noto mengungkapkan perasaannya. Tak pernah Bu Noto memiliki ambisi agar anaknya menjadi pejabat ataupun penguasa. Dia hanya ingin anak-anaknya menjadi orang baik dan berguna bagi masyarakat. Bu Noto pun terkenang saat Jokowi masih kecil. “Joko itu anak biasa saja. Dia sekolah SD dan SMP juga biasa saja. Hanya memang saat SMA dia mulai memperlihatkan prestasi.”
Ketika melihat perkembangan itu dan mengamati kepribadiannya, kakak Bu Noto (paman Jokowi) sempat meramalkan, Jokowi akan menjadi orang sukses. “Jokowi sejak kecil adalah anak yang penurut. Dia selalu menenangkan, tak pernah menjengkelkan. Kalau diajak bicara ibunya hanya ‘iya’ dan ‘iya’, tak pernah membantah,” kenangnya. Soal pilihan jalan hidup, Bu Noto mengatakan, anak-anak sendiri yang memutuskan. Termasuk ketika Jokowi memutuskan untuk maju mencalonkan diri sebagai walikota, gubernur dan kini menadi presiden. Walaupun begitu Jokowi selalu memberitahu dan sekaligus meminta restu kepadanya setiap membuat keputusan besar. “Saya hanya bisa merestui, mendukung dan berdoa bagi kebaikanya. Setiap habis salat dan terutama salat Tahajud, saya selalu berdoa semoga dia mampu bekerja dengan sebaik-baiknya.”
Pada satu sisi, Bu Noto tak memungkiri fitnah yang tertuju pada anaknya dan keluarga besarnya. Contohnya ketika dalam Pilpres 2014 lalu yang sangat dahsyat. “Sebenarnya fitnah seperti ini sudah berlangsung sejak Pilgub DKI. Sampai-sampai saya harus menemui tamu, ada dua bus rombongan dari NU karena ingin klarifikasi soal agama Jokowi dan keluarganya,” kisah Bu Noto. “Tapi saat ini fitnahnya jauh lebih hebat.” Bu Noto mengaku biasa-biasa saja menghadapi berbagai fitnah dan serangan pada keluarganya. Yang paling gencar adalah isu lama, yang menyangkut SARA. Namun dirinya maupun keluarga besarnya tak tertarik untuk menanggapi secara berlebihan. “Biar berlalu saja. Soal agama dan isu bahwa ayah Jokowi orang Tionghoa, itu semua tidak benar. Kalau tidak percaya ya sudah,” tandas Bu Noto kalem.
“Selalu pesan kepada anak saya, untuk siap menang dan juga siap kalah. Lakukan persiapan sebaik-baiknya, termasuk siap harta benda yang memang dibutuhkan. Kalau menang harus dijalani dengan baik dan kerja keras. Kalau kalah jangan terlalu larut dalam kesedihan.” ungkap beliau ketika Jokowi masih menghadapi proses pemilihan presiden.
Justru yang cukup membuat Bu Noto khawatir saat ini adalah kesehatan Jokowi. “Dia sejak dulu selalu bekerja sampai larut malam. Apalagi sekarang, hampir tak pernah istirahat. Habis ini sudah ada jadwal itu. Kadang tidak sempat makan. Makanya saya pesan ajudannya, agar Jokowi selalu diingatkan waktunya makan,” tuturnya. Begitulah Bu Noto, ibunda Jokowi. Perempuan yang tegar dan bersahaja. Perempuan yang lanjut usia namun masih terlihat bugar, berkat senam dan jalan pagi yang rutin dilakukannya.
Tak terlalu lama kebersamaan kami dengan Bu Noto. Mungkin hanya satu jam atau lebih sedikit. Habis itu kami satu per satu berpamitan. Dan sebelum beranjak, saya menyempatkan diri minta foto bersama dengan Bu Noto sebagai kenang-kenangan sambil membayangkan almarhumah ibu kandung saya, yang bila masih hidup tentu seusia Bu Noto ini.
Sumber: kompasiana
Comment