by

Pertanyaan untuk Pendukung Jokowi

Dalam konteks kiwari, sikap anti sangat bisa ditunjukkan di ruang publik. Misalnya anti perbudakan, anda melakukan gugatan sipil ke MK untuk menghapuskan praktik kerja magang yang mirip perbudakan. Hal serupa juga bisa dilakukan dalam koridor yang lain, misalnya tidak suka pada mazhab Syiah atau Ahmadiyah, anda mendorong kriminalisasi mereka berdasarkan SKB 3 menteri.

Apa hubungannya semua itu dengan pasangan Jokowi dan Kyai Ma’ruf? Dalam negara demokrasi yang sehat, keyakinan seseorang adalah hak. Memilih percaya (atau tidak) terhadap suatu keyakinan semestinya dilindungi oleh konstitusi. Negara hadir bukan untuk mengatur iman orang, tapi negara harusnya hadir untuk menjamin siapapun bisa beriman.

Nah, dengan rekam jejak yang panjang, dengan berbagai hal yang telah dilakukan oleh Jokowi selama berkuasa dan juga calon wakil presidennya yang baru, untuk memberikan harapan bahwa periode berikutnya akan lebih baik; pendukung yang terlanjur kecewa semestinya diyakinkan. Mereka perlu diberikan argumen bahwa meski memilih Kyai Ma’ruf, kelompok intoleran akan tetap ditindak tegas, kelompok minoritas dijamin, dan penegakkan hukum akan berjalan tanpa pandang bulu.

Jokowi jelas tidak sempurna. Saya tidak sedang mencari pemimpin yang sempurna, tapi setidaknya ia bisa memenuhi sekian kriteria untuk bisa dianggap cukup baik. Misalnya, Jokowi meski lupa pada Nawacita, relatif bersih dan belum pernah ada gejala terlibat korupsi. Kedua, komitmennya pada pembangunan, meski mencabut subsidi, memberikan bukti dan hasil nyata. Maka dibandingkan calon lain yang belum apa-apa, Jokowi jelas lebih baik.

Pembenaran semcam ini yang coba disampaikan oleh beberapa teman yang kecewa tapi tetap mendukung Jokowi. Dalam hal penegakan hak asasi manusia, proses penyelesaian kasus HAM memang lambat, apalagi lingkar dalam Jokowi banyak orang yang diduga bersalah. Tapi setidaknya ia belum pernah terlibat secara langsung dalam kasus pelanggaran HAM, proses kasus Paniai di Papua juga berjalan, meski sangat-sangat lambat, belum lagi konflik Agraria.

Kita perlu membuat analisis dan pertimbangan. Apakah seseorang lebih banyak buruk atau lebih baik. Upaya memelihara harapan pada seorang calon, jangan sampai memutus daya nalar kritis kita. Jangan sampai upaya mendukug membuat seseorang menjadi bebal, fanatik, dan menanggalkan pikiran rasional demi dukungan terhadap junjungan.

Berbagai kasus Agraria di Indonesia berkaitan dengan upaya membangun infrastruktur. Maka bagaimana anda sebagai pendukung Jokowi bisa meyakinkan korban terdampak untuk bisa mempercayakan suaranya? Bagaimana membela Jokowi di Kulonprogo, Teluk Benoa, Rembang, dan berbagai lokasi yang warganya terusir karena pembangunan?

Itu tugas berat. Sembari memelihara harapan, menjaga nalar kritis, para pendukung Jokowi harus bisa memberikan argumen yang baik, bernas, dan bermutu pada mereka yang kecewa. Yang diusir dari Sampang dan Lombok karena berbeda keyakinan, yang diusir dari Temon untuk membangun Bandara, atau mereka yang diusir karena reklamasi.

Tentu tak semua yang dilakukan Jokowi itu buruk. Pemimpin yang baik bagi saya adalah yang kehadirannya membawa rahmat atau kasih sayang kepada sesama manusia, lingkungan dan komitmennya jelas pada hukum. Di bawah Jokowi KPK bisa menangkap orang-orang PDIP, partai yang menjadi tempat Jokowi mengabdi dan menjadi kader. Bagi saya ini sudah cukup menunjukkan bahwa ia tak campur tangan dalam kerja-kerja KPK

Sampai di sini, mari kita panjatkan Al Fatihah. Semoga tahun depan pemilu berjalan lancar.

 

Sumber : geotimes

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed