Oleh: Muhamad Abdul Kadir Martoprawiro
Dan Bagi Ustadz Pimpinan Demo di Berbagai Kota di Indonesia yang Meneriakkan “Save Aleppo” pada Desember 6 Tahun Lalu
Demo anti-Bashar 6 tahun lalu di Indonesia itu, dilakukan setelah demo 212. Untuk apa? Saya kira untuk menjaga momentum gairah keislaman yang membuncah saat itu. Demo 212 hanya di Jakarta, sedangkan demo Save Aleppo dilakukan di kota-kota besar seluruh Indonesia.
Saat saya menulis 5 tahun lalu tentang kebohongan media Barat tentang Suriah, beberapa teman meragukan tulisan saya. Bahkan seorang mantan mahasiswa saya bersedih, karena dosen yang dihormatinya, mau saja dibohongi oleh Bashar Al Assad, Presiden Suriah sang pembantai anak-anak.
Pada saat itu, 5 tahun lalu itu, bagi yang masih meragukan tulisan saya, saya tuliskan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, untuk mereka jawab:
(1) Catatan sejarah menunjukkan, demo besar atau pemberontakan rakyat jauh lebih banyak diarahkan ke ibukota negara, supaya kalau ibukota jatuh, negara langsung dikuasai. Lihat di Mesir, Cina, dll. Mengapa pemberontakan rakyat Syria dilakukan di Aleppo yang jauh di utara Syria, dekat perbatasan dengan Turki, padahal Damascus, ibukota Syria, ada di selatan? Mengapa berbeda sekali dengan catatan sejarah?
(2) Media barat melaporkan demo di Syria pada 2010-2011 sebagai demo oleh “tiny opposition”. Bagaimana menjelaskan eskalasi pemberontakan, dari tiny opposition ini, menjadi perang sipil yang besar pada 2011, kecuali karena adanya milisi dari luar Syria (Al-Qaeda, ISIS) yang masuk ke Syria? Yang di media barat disebut “pemberontakan rakyat Syria”?
(3) Wikileaks membocorkan surat rahasia dari Amerika Serikat kepada Kedutaan Besarnya di Syria pada rentang 2005-2006, yang isinya meminta untuk mencari cara agar Bashar al-Assad salah langkah terhadap rakyatnya. Surat lain mengusulkan agar menyebarkan kebencian antara Sunni dan Syi’ah. Untuk apa AS mengirim surat rahasia tersebut ke kedubesnya?
(4) Pada referendum 2000 dan 2007, Bashar al-Assad menang berturut-turut dengan suara 99,7% dan 99,82%, dengan tingkat partisipasi yang jauh lebih besar dari pemilu di AS. Pada Pemilu multi-kandidat pada 2014, Bashar al-Assad menang dengan 88,7%, calon kedua 4,3% dan calon ketiga 7%. Apakah masuk akal, ada pemberontakan sebesar itu, padahal Bashar al-Assad masih dipercaya rakyatnya? Perhatikan, pemimpin oposisi yang ikut menggerakkan demo damai untuk demokratisasi di Syria, tidak dibungkam, justru dipersilakan untuk ikut pemilu, dan hanya memperoleh 7%. Dan pengamat dari lebih 30 negara di dunia, menyatakan bahwa pemilu itu “free, fair, and transparent”.
(5) Kalau memang lebih dari 4 juta pengungsi Syria ke luar negeri, disebabkan oleh kekejaman Bashar al-Assad, mengapa pada Pemilu Syria 2014, yang juga dilaksanakan di berbagai kedubes Syria di luar negeri, termasuk di tempat yang banyak pengungsi Syria, Bashar al-Assad menang mutlak di SEMUA kedubes Syria di luar negeri tsb?
(6) Mengapa kandidat ke-2 pada Pemilu 2014 (pengusaha papan atas di Syria) dan kandidat ke-3 yang pemimpin oposisi, setelah kalah bukan bergabung ke pemberontak, justru sebaliknya menyampaikan bahwa mereka mendukung Bashar al-Assad berdasarkan hasil Pemilu tsb?
(7) Seluruh media Amerika Serikat menyebarkan video pembantaian rakyat tak berdosa, termasuk wanita dan anak-anak, di Ghouta, Syria pada 21 Agustus 2013, pada hari itu juga. Foto-foto itu diperoleh dari pihak oposisi yang berada di Ghouta, untuk menunjukkan kekejaman dan kebiadaban pemerintahan Bashar al-Assad. Mengapa justru tim peneliti dari MIT, universitas besar di Amerika Serikat, tidak setuju dengan berita-berita media mereka sendiri?
(Bom dengan senjata kimia Sarin, “katanya” dijatuhkan pada 21 Agustus 2013 oleh tentara Syria. Mengapa pada foto anak-anak kecil yang mati, masih banyak orang dewasa yang berjalan-jalan di antara mayat-mayat itu? Padahal kimiawan MIT mengatakan, zat kimia berbahaya itu masih punya pengaruh minimal hingga 3 hari sejak dijatuhkan di situ? Padahal foto itu sudah disebar pada tanggal yang sama? Kalau pun tidak mati, seharusnya akan ada dampak serius bagi mereka yang tidak memakai masker, demikian kata kimiawan MIT. Mengapa orang-orang itu terlihat sehat-sehat saja, di tengah mayat yang bergelimpangan karena Sarin?
(9) Untuk TPS di luar negeri, di kedubes Syria, tidak ada yang memaksa pengungsi itu untuk datang ke kedubes, tapi rakyat Syria datang berbondong-bondong yang berarti tingkat partisipasinya tinggi. Mengapa demikian? Bisa dijelaskan?
Itu 9 pertanyaan yang saya tuliskan di kolom komentar 5 tahun lalu, saat beberapa teman meragukan tulisan saya.
(Sumber: Facebook DDB)
Comment