by

“Perang” yang Kita Menangkan

Setelah penangkapan, polisi dihadapkan aneka polemik yang bisa berujung pada tudingan bahwa mereka bertindak represif pada rakyat. Tindakan polisi yang berhati-hati itu dipandang sebagai lembek dan lemah. Kesan ini ditangkap baik oleh para pentolan penyebar hoax. 

Mereka terus mengipas-ngipas pendukung mereka agar hati dan otak mereka panas. Karena itu setelah pelaku ujaran penggalan Jokowi dan janda tiga anak yang absen kentu ditangkap, sebaran hoax justru malahan makin seru dan muncul pelaku – pelaku baru

Pasukan bunuh diri itu terus menabrakkan dirinya dengan bom hoax di media sosial. Konter informasi kemudian gencar dengan hujan laporan ke polisi. Akibatnya, bagi mereka yang berjuang melawan hoax, bulan puasa yang harusnya bulan sejuk malahan jadi bulan amarah membara. 

Karena itu, ada baiknya para pelawan hoax sedikit mundur untuk sekedar menarik nafas dan mengembalikan akal sehat yang sudah mulai terkikis oleh dentuman bom hoax pelaku bom bunuh diri medsos itu. 

Caranya adalah dengan terus menerus mengabarkan perkembangan perolehan suara dan langkah – langkah pemerintah serta aparat keamanan menurunkan tensi ketegangan.

Silahkan minum teh manis atau es buah sambi memblokir mereka yang menebarkan hoax. Cara ini bisa efektif untuk meredam aksi-aksi provokasi mereka yang dibutakan oleh pengelakan masif bahwa jagoannya kalah telak. 

Dengan memblokir mereka, maka ruang gerak para pemakan sampah akan terbatas. Cara itu akan membuat mereka terpojok pada sudut yang sempit. Hingga mereka tambah frustasi hingga akhirnya mereka berkelahi sendiri.

Dengan mengasingkan mereka di lini masa kita, maka hanya postingan kredibel yang tertangkap alogaritma Facebook. Dan mesin mereka akan membatasi postingan aneh. 

Aksi blokir massal dan berhenti menyebarkan postingan hoax dengan harapan mereka ditangkap polisi, akan meredam emosi kita yang memang sengaja disulut agar melayani rasa frustrasi mereka. 

Jadi biarkan mereka mampus sendirian. Karena kemenangan Jokowi sudah tidak bisa ditahan oleh siapapun.

Termasuk para pensiunan jenderal pitak yang kini tanpa malu menjadi bidak dan budak menyebarkan agitasi dan hoax.. 
 

(Sumber: facebook Budi Setiawan)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed