by

Perang Rebutan Kebenaran

Otak dan akal manusia tidak kekurangan bahan untuk mencari “kebenaran” demi menyamarkan nafsu mementingkan dirinya sendiri. Ada saja alasan yang dipercaya oleh diri sendiri bahwa perbuatan yang dilakukannya benar dan demi memperjuangkan “kebenaran”.

Benar bagi dirinya sendiri, tapi belum tentu benar bagi orang lain. Benar bagi nafsunya sendiri !!!

Maka itulah yang disebut sebagai KEBENARAN NAFSU, segala sesuatu yang mendatangkan enak, senang, keuntungan dan kemuliaan bagi AKU, itulah yang BENAR !!!

Dengan demikian muncullah kebenaran demi kebenaran ( lebih tepatnya pembenaran demi pembenaran ) yang berasal dari dirinya sendiri, setiap perbuatan selalu dianggap benar oleh dirinya sendiri. Maka berasal dari pembenaran diri sendiri itu, lahirlah perseteruan, perdebatan, sampai peperangan yang tidak pernah berakhir.

Sejarah telah mencatat bahwa peperangan dalam nama agama tidak pernah berakhir, terjadi dimana-mana, sejak ribuan tahun yang lalu, sampai hari ini ; peperangan membela dan memperjuangkan “kebenaran” agama masing-masing masih terus terjadi.

Siapakah yang jadi korban ???

Para pengikutnya yang jadi korban, tapi para boss besar berpesta pora setiap hari, bukan ?

Ujung-ujungnya apa ???

Apalagi kalau bukan sarana memuaskan diri sendiri, menghamba nafsu sendiri ? Uang, kemuliaan, kedudukan, kesombongan, kenikmatan duniawi, dsbnya ? Semuanya demi AKU.

Kalau sebuah komunitas suci, ternyata adalah sarang berkumpulnya para munafik, kenapa harus terus bertahan berada ditengah-tengah serigala berbulu domba ???

Kalau tidak berani berjalan sendiri untuk menjalani kehidupan yang penuh kepalsuan ini dan berani untuk tidak menyembunyikan kemunafikan ditengah-tengah kesucian semu ; bagaimana mungkin KESADARAN akan mampu tumbuh didalam diri untuk menjadi diri sendiri apa adanya ???

Jadi diri sendiri itulah KESADARAN yang sesungguhnya, dengan kekurangan dan kelebihan yang kita miliki, apa adanya, tanpa perlu ada yang disembunyikan. Benar atau tidak benar, tidak perlu harus diakui sebagai kebenaran oleh orang lain, atau pun sebagai kebenaran menurut diri sendiri.

Karena KESADARAN tidak memerlukan pengakuan atau pembenaran dari orang lain atau merasa diri sendiri yang paling benar.

KESADARAN tidak membutuhkan komunitas untuk menyembunyikan diri ; melainkan berani tampil beda sesuai jati diri sendiri.

Sumber : Status Facebook Eddy Pranajaya

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed