by

Peradaban Hoax

Oleh : Kang Abit

Samuel P. Huntington merumuskan tesisnya yang sangat terkenal tentang benturan peradaban dalam kategori “Barat” dan “Timur”. agaknya beliau perlu dibangkitkan dari kuburnya untuk merevisi apa yang sebenarnya terjadi di zaman sekarang. Benturan yang terjadi bukan tentang “Barat dan Timur” tetapi yang terjadi adalah benturan “peradaban hoax dan peradaban fakta”.

Media Sosial menjadi arena pertarungan dalam penyebaran ide dan gagasan, termasuk di dalamnya kelompok yang punya kepentingan mengusung ide fundamentalisme. apa yang dianggap kebenaran yang oleh Foucault ditentukan oleh “regime of truth” kini semakin bias, kebenaran semakin banal dijelaskan ketika aneka jenis hoax dipercaya dalam keseluruhan formasi diskursif yang kadang agak membingungkan tapi itu semua punya benang merah dan mempunyai konteks yang jelas dan utuh.

Dalam konteks penyebaran ide fundamentalisme, hoax menjadi semacam ladang amal untuk membunuh “musuh” secara masif dan brutal. menempatkan diri sebagai bagian yang teraniaya dan orang lain atau kelompok lain sebagai bagian dari “the others” yang harus dimusnahkan pengaruhnya dan dibantai karakternya, sangat sadis.

Ini yang dialami oleh ketua umum PBNU Prof, Kang Yai Said Aqil yang dituduh syiah, liberal dan kafir, Gus Mus, seorang tokoh panutan Nahdliyyin dan Habib Quraish Shihab, Pakar tafsir dengan tumpukan maha karya fenomenal. keduanya dituduh liberal dan telah kafir. Dalam dunia per-hoax-an tidak dikenal “cermin” siapa saya berhak menghakimi orang lain yang berbeda pendapat, entah itu anak tamatan SD, tamatan doktor, atau yang baru belajar mengenal Islam. kesemuanya secara membabi buta mempercayai itu, tanpa harus mengkaji secara ilmiah, empiris mengenal lebih jauh atau memperlajarinya secara utuh.

Agaknya memang ini tantangan generasi yang akan datang, karena tantangan timur bukan berasal dari barat tapi berasal dari peradaban hoax yang sedang dibangun secara masif.

“Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya bahwa kebohongan tersebut adalah sebuah kebenaran.” Joseph Goebbelz, Menteri Propaganda Nazi.

31 Desember 2016**

Sumber : facebook Kang Abit
 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed