by

Penyair Bajingan

Oleh: Kajitow Elkayeni
 

Di dunia ini, setidaknya ada dua hal yang menurut saya sangat absurd, menjadi jomblo (padahal sebenarnya ada banyak kesempatan) dan menjadi penyair. Jika dua hal ini kebetulan ada pada dirimu, kelar nasibmu Mblo.

Jomblo mungkin persoalan pilihan, tapi menjadi penyair rata-rata adalah karena nasib. Jarang ada orang yang bercita-cita jadi penyair sejak kecil. Kalau ada anak yang demikian, cepat periksakan ke dokter. Barangkali sedang demam. Menjadi penyair paling banyak adalah karena faktor kecelakaan.

Dulu Gusmus sering ditunjuk oleh Gusdur untuk bikin puisi dan membacakannya. Alhasil sampai sekarang, menjadi penyair terpaksa dijalaninya. Sebagian orang malah lebih absurd. Nulis beberapa status melambai di Facebook, dapat banyak jempol, lalu bikin buku kumpulan puisi. Jadilah ia penyair.

Menjadi penyair tidak perlu ruwet seperti profesi lain. Kau tahu penari, mereka harus terus berlatih setiap hari. Pelukis harus mengukur ketepatan warna yang dicampurnya. Pemain sepak bola kadang sampai cidera. Tapi penyair, kau hanya perlu melamun, jadilah puisi.

Tapi benarkah semudah itu jadi penyair?

Tentu saja tidak. Itu kan seperti anggapan banyak jomblo, bahwa dengan membuat status manis di Facebook saja nasibnya otomatis akan berubah. Mbahmu. Menjadi penyair hakikatnya perlu proses dan latihan. Sama seperti profesi lain. Penyair harus memiliki etos kapujanggan. Nyuroso, nggrahito, nyusastro. Dalam versi ngetrennya barangkali, punya sense of poetic, berintegritas, punya skill penulisan.

Denny JA konon ingin jadi penyair. Menurutnya puisi terlalu rumit, maka perlu disederhanakan. Dibuatlah Puisi-esai itu. Tokoh sastra senior manggut-manggut. Maklum dapat amplop. Denny didaulat jadi tokoh sastra paling berpengaruh. Akibatnya, seperti membuat motor matic untuk cewek. Sekarang emak-emak jadi raja jalanan. Kapok. Mereka tidak memiliki skill, tapi dicari-carikan jalan mudah. Rusaklah dunia.

Sebagian orang masih percaya mitos, bahwa penyair itu manusia agung. Mereka kelompok yang suka bersunyi, dekat dengan Tuhan, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan. Maka kemudian, sebagian perempuan menjadi korban rayuan. Ada yang dijebak, ada yang karena memang oon nauzubillah.

Penyair suci model pujangga kerajaan sudah lama berakhir. Kau akan temui banyak penyair di cafe, panggung perayaan, dan inbox Facebook. Merekalah manusia kekinian yang disebut Anindita sebagai sastrawan sosialita. Faktanya lebih dari itu lho.

Saya tidak mengerti kenapa orang-orang marah. Justru mestinya kita heran, Anindita itu dari mana saja kok baru ngeh? Jarang piknik ya Mbak?

Kalaupun ada sastrawan yang marah, mestinya mereka marah karena Anindita mengutip Barthes dengan sembarangan, tak sesuai konteks. Ini gelagat vickynisasi yang menciderai ilmu pengetahuan. Atau jangan-jangan mereka juga tak paham? Ya sudahlah.

Ada (banyak) penyair yang didanai asing untuk kepentingan mereka. Jokowi baru mengundang investor asing saja pada ribut. Indonesia dijual, katanya. Tapi penyair top kalian jadi “gundik kepentingan” sejak kau belum kenal puisi Mblo. Dan kamu tenang-tenang saja. Iya kamu yang lagi manggut-manggut itu. Jadi, corong kebenaran kalian telah dibungkam. Propaganda kebudayaan sedang berlangsung. Bangunlah dari mimpi indahmu tentang manusia suci itu.

Ada (banyak) penyair melakukan perkosaan. Iya, perkosaan, kasus yang lagi marak itu. Modusnya banyak, di antaranya dengan modal nama besarnya, karismanya, kepiawaiannya. Kau masih berharap kasusnya kelar? Lekaslah cuci muka sana.

Ada (banyak) penyair yang suka memplagiat. Iya, tindakan mencuri karya orang lain untuk diaku. Ini kebiasaan mencontek yang begitu dijiwai hingga dewasa. Hingga menjadi tokoh. Jangan heran banyak koruptor di negaramu ini. Penyairnya saja begitu.

Penyair-penyair demikian tadi itu bukan tak hebat, mereka jagoan di bidangnya. Mereka mumpuni dan layak. Tapi penyair-penyair seperti itu hakikatnya ya hanya penyair bajingan. Mereka menjual etos kapujanggan demi materi, demi kepuasan ragawi.

Tapi jangan khawatir, banyak juga yang baik. Mereka yang tak suka pura-pura. Hidupnya bersahaja. Kata-katanya malah kadang keras dan suka memaki. Yang perlu kau waspadai adalah penyair bajingan. Mereka yang berlagak santun. Yang masuk ke inboxmu itu dengan rayuan gombal. Eh, jangan-jangan kau sudah jadi korban?

 

(Sumber: Facebook Kajitow Elkayeni)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed