by

Pendukung Khilafah, Silahkan Keluar Dari NKRI

Saat ini sudah memasuki 8 tahun
revolusi Libya tanpa perubahan positif. Pasca tergulingnya Muammar Khadafi tahun 2011. Negara Libya malah terjebak dalam kekacauan dan kerusuhan tanpa akhir. Perebutan kekuasaan antar faksi, pembunuhan dimana-mana, perbudakan, perebutan wilayah dan Libya terbelah menjadi dua bagian, barat dan timur.

Impian dan harapan rakyat Libya tentang kemakmuran ala Khilafah Hizbut Tahrir hanya omong kosong. Faktanya, Libya sekarang justru dikelilingi oleh penjahat dan para gembong perang dimana-mana, kemiskinan meningkat tajam dan rakyat tidak berdaya apa-apa.

Gerombolan Hizbut Tahrir dan gabungan kelompok radikal lainnya serta politikus haus kekuasaan telah berhasil mencuci otak rakyat Libya dengan dogma-dogma sempit dan harapan palsu kemakmuran ala Khilafah.

Padahal dulu, negara Libya di era Khadafi berkuasa. Rakyatnya hidup makmur dan sentosa, semua kebutuhan rakyatnya dipenuhi oleh pemerintahan Khadafi. Pendidikan, Kesehatan dan listrik, semua gratis.

Bahkan di Libya, setiap pasangan yang baru menikah akan mendapatkan $50.000 sebagai biaya untuk membeli apartemen dan memulai hidup baru. Begitu juga setiap ibu yang baru melahirkan anak, akan mendapatkan tunjangan sebesar $5000 untuk sang ibu dan buah hatinya. Kurang enak apa lagi.

Itulah yang namanya kufur nikmat, tidak mensyukuri apa yang sudah dirasakan. Kini rakyat Libya sangat menyesal karena telah menggulingkan Muammar Khadafi, pemimpin kharismatik yang disegani dunia internasional.

Lalu apa hubungannya ormas radikal Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan Libya hingga mau berdemo menuntut penggulingan Khadafi, 8 tahun yang lalu.

Sebagaimana kita ketahui, Hizbut Tahrir sebagai induknya semangnya HTI adalah salah satu pelopor tergulingnya Khadafi. Hizbut Tahrir sering memfitnah Khadafi, menghasut dan memprovokasi rakyat Libya dengan dogma-dogma sempit akan keindahan dan kemakmuran ala Khilafah.

Polanya hampir sama dengan
kader-kader HTI di Indonesia yang
sering memfitnah Jokowi kafir, anti Islam,
lalu menghasut dan memprovokasi rakyat
dengan iming-iming surgawi bahwa Khilafah
adalah solusi bagi kemakmuran Indonesia.

Bukan hanya di Libya ! Hizbut Tahrir
juga melakukan hal yang sama diberbagai negara di Timur Tengah. Hasilnya pun sama.

Yakni kehancuran negara-negara tersebut,
nasi sudah menjadi bubur, mereka menyesal karena terprovokasi oleh Hizbut Tahrir.

Akibat perilaku ormas radikal itu.
Banyak negara-negara di Timur Tengah akhirnya membubarkan Hizbut Tahrir dan dilabeli sebagai organisasi teroris.

Melihat gambaran nyata peristiwa diatas, Marilah kita belajar dari apa yang terjadi di Libya dan negara timur tengah lainnya.

Ormas Radikal HTI memang sampah,
walaupun sudah dibubarkan oleh Pak Jokowi. Tapi kader-rkader radikal HTI masih banyak berkeliaran menyebarkan fitnah keji, memprovokasi dan menghasut umat.

Sebelum terlambat dan sebelum
nasi jadi bubur. Baiknya, kader-kader radikal HTI dan sekutunya tidak boleh dibiarkan
terus menerus berkeliaran di masyarakat.
Kita harus LAWAN dan jangan TAKUT.

Kita patut bersyukur,
Pak Jokowi menang pilpres,
kita tidak bisa membayangkan jika HTI dan gerombolan
radikalnya menjadi penguasa di negeri ini.

Kita juga patut bersyukur, kemenangan
Jokowi ini tak lepas dari pembelajaran rakyat Indonesia terkait pelaksanaan pilkada Jakarta.
Rakyat makin cerdas. Ayat mayat sudah tidak menjadi Dagangan Politik yg laku lagi.

[Saleh]

#JagaNKRI
#BravoTNIPolri

Sumber : Status Facebook Didik Muhadi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed