by

Pemblokiran Medsos dan Tingginya Penyebaran Lone Wolf di Indonesia

Bagaimana Dian sampai terjebak dalam jaringan teror? Itu semua berkat internet melalui jaringan sosial. Baik Dian maupun orang yang menghubunginya dan memprovokasi dan juga orang yang menjadi “suaminya” adalah bukan bagian dari organisasi teroris sesungguhnya atau mereka disebut leaderless. Tapi orang yang terjaring menjadi agent independent dan berlaku seperti Lone Wolf. Apa itu Lone wolf ? aksi perorangan yang terpapar ideologi radikal. Mereka umumnya berangkat dari pemahaman agama yang dangkal. Ketika hidup dalam tekanan dan hopeless , mereka mendapatkan inspirasi hebat dari seseorang yang dikenalnya lewat sosmed, mengajaknya menjadi sahid untuk mencapai kebahagiaan tanpa akhir di sorga. Kemudian setelah pemaham radikal itu tertanam, melalui sosmed juga mereka belajar cara merakit bom atau merencanakan penyerangan. Hebatnya aktor intelektual dibalik keberadaan Lone Wolf ini tahu bagaimana mengajarkan membuat bom dari kelas murahah ( panci) kepada pelaku sampai yang agak mahal sekelas high explosive. Bahkan yang terlalu bego untuk mengerti meracik bom disarankan serang aparat dengan apa saja, termasuk pisau, contoh kejadian di Masjid yang melukai polisi yang sedang sholat.

Keberadaan dan pertumbuhan lone wolf di Indonesia paling tinggi jumlahnya. Mereka ada dimana mana tersembunyi dalam kehidupan religius namun dalam keadaan awas dan siap kapan saja bisa jadi mesin pembunuh yang massive. Bahkan sangking banyaknya, tercatat yang tertangkap di Turki yang masuk dalam jaringan ISIS sebagian besar orang Indonesia. Mengapa ? karena selama 10 tahun SBY berkuasa memang terjadi pembiaran paham radikalisme ini, dengan terang terangan didepan mata aparat mereka menyatakan anti Pancasila. Dari gerakan ini melahirkan banyak ustadz yang secara sistematis mendatangi masjid , mejelis ilmu, rapat akbar, kampus untuk memprovokasi siapa saja agar ikut dalam melawan kaum kafir demi sahid. Kaum yang termajinalkan mudah sekali terprovokasi ikut dalam barisan radikalisme agama. Ya cara PKI menarik massa diterapkan mereka dengan smart. Tentu dari aktifis ormas radikal, sampai dengan Partai yang kalah pemilu ikut meramaikan. Mutual simbiosis terjadi walau agendanya berbeda beda. Mau tahu siapa mereka? lihatlah setelah kejadian aksi teror yang dilakukan Lone Wolf. Mereka itu tidak mengutuk aksi teror itu tapi justru menggunakan aksi teror itu untuk menyudutkan pemerintah, bahkan memfitnah Polisi sebagai pelaku sesungguhnya atau istilah keren mereka “konspirasi”.

Dari gerakan ini meluas menjadi lahirnya muslim cyber army yang militan menyebarkan kebencian kepada pemerintah yang syah dan membenci siapa saja yang menentang perjuangan mereka. Bahkan mereka tidak segan menyatakan orang islam yang tidak pro mereka sebagai kafir. Dampak dari paparan idiologi radikal ini lebih buruk dari Candu. Kalau inggeris menjatuhkan China dengan menjejalkan candu kepada rakyat china, maka ini sekelompok orang menghancurkan NKRI melalui paham radikalisme atas nama agama. Tidak ada nilai agama yang mereka perjuangkan kecuali mereka membajak Islam untuk melaksanakan syahwatnya.  Merekalah musuh islam yang sesungguhnya.  Upaya pemerintah untuk memblokir akun sosmed yang terindikasi jaringan radikal dan bahkan akan memblokir jaringan sosmed itu sendiri, adalah langkah persuasi yang tepat. Karena negeri ini terlalu besar bila harus hancur oleh sekelompok orang sakit jiwa karena candu agama yang dijejalkan oleh sekelompok orang mengecut. Jangan sampai rakyat yang sudah miskin jadi korban radikalisme. Karena ketika aksi teror terjadi maka yang jadi korban pertama kali adalah pelaku itu sendiri. Sementara aktor intelektualnya sedang asyik dalam pelukan para selir dirumah mewah bersatpam dengan kendaraan mewah di grasi.

Sumber : facebook Erizeli Jely Bandaro

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed