by

Peluang AHY Dampingi Jokowi

Suka gak suka, regenerasi itu penting. Dan keluarga pakdhe sudah memutuskan untuk TIDAK masuk kancah politik.

Ini artinya, visi dan misi pakdhe akan putus d tahun 2024, bila tidak ada pewarisnya.

Dari diskusiku sebelumnya, banyak yg melihat AHY belum punya pengalaman. Masih hijau, belum punya prestasi, belum terlihat.

Bagai membeli kucing dalam karung.

Aku justru melihatnya seperti membeli kanvas kosong. Seperti apa lukisannya, tergantung tangan sang pelukis. Sebuah gelas tampa isi, yg masih sanggup menampung dari manisnya teh sampai pahitnya kopi.

Seorang sosok ideal untuk regenerasi.

#JejakMamiPapi

“Kanvasnya burem kwek, ada coretan mami papi d situ”

Kata seseorang dalam diskusiku sebelumnya.

Org tua mana sih? Yg tdk ingin mewariskan pelajaran hidup pada anaknya? Akupun yakin kok, papi mami AHY, bila anda pikirkan secara objective juga gak 100% jelek. Wong kalau mau jujur pakdhe pun gak 100% bagus kok.

Suka gak suka, gak sedikit kok, jalan yg pakdhe lalui bisa d lalui dgn cepat krn landasannya sudah d siapkan oleh papi yg peragu dan baperan itu.

Aku justru melihat potensi yg besar, bila AHY si anak bisa menyerap yg terbaik dari 2 sumber yg baik.

#LukaLamaAhoker

“AHY jahat waktu pilgub DKI k Ahok!!”

Kata seorang lagi dalam diskusiku.

Pilgub itu adalah arena peperangan. Itu dulu yg harus d sadari. Dan AHY pemain baru d bidang politik. Baru terjun langsung jadi cagub.

Yg aku liat justru besar peran konsultan AHY dalam performance AHY d pilgub. Ketika masuk pilgub, menurutku AHY sebetulnya belum memiliki pendapat politik sendiri. Semua yg d katakannya adalah pendapat umum oponent Ahok d pilgub.

Coba perhatikan, adakah AHY menyatakan pandangan politiknya selain dalam rangka pilgub? Sampai sekarangpun aku belum pernah dengar pandangan politiknya sendiri.

Saat itu konsultan paling berpengaruh bagi AHY adalah pepo, jangan heran suara AHY seperti suara pepo. Krn tidak ada pembanding, maka AHY menyerap semua yg d tuangkan pepo. Sisi baik maupun buruknya.

Pertanyaan pentingnya adalah, bila ada tokoh yg d pandang AHY sebagai panutan, dapatkan AHY juga menyerap ilmunya? Bagaimana bila tokoh tersebut adalah seorang krempeng dari Solo yg planga plonga, tetapi mampu meruntuhkan KMP?

Ahoker jg tidak boleh melupakan pilgub DKI, sepahit apapun itu.

Kekalahan Ahok, sebenarnya bisa d hindari, bila pemilih AHY mangalihkan suaranya untuk Ahok. Mengantagoniskan secara berlebihan terhadap AHY adalah salah satu faktor penyebab pemilih AHY enggan memilih Ahok.

Akupun salah satu org yg mungkin mengantagoniskan secara berlebihan ketika itu.

#RelakahPepo?

“Mana mau pepo, anak penerus dinastinya d pengaruhi org lain?”

Politik itu cair. Dan sang mantan bukan org bodoh. Pepo pun tahu betapa kecilnya peluang PD d pilpres 2019. Pepo jg tau AHY hopeless d pilpres bila tak ada yg menggandeng. Pepo tentunya sadar hal itu.

Pilgub DKI adalah kursus kilat mempersiapkan AHY untuk 2019. Tetapi 2019 pun terlalu cepat, harapan selanjutnya adalah 2024. Apakah ada peluang lebih baik bagi dinasti pepo untuk tetap exist d panggung politik daripada AHY bernaung d bawah sayap tokoh terkuat dalam pilpres 2019?

Mendapat pengaruh dari pakdhe cuma harga kecil dari semua keuntungan yg bisa d dapat. Pepo jg nyadar kok, kalau pakdhe gak seluruhnya jelek.

Cuma gengsi aja mengakuinya.

Post power syndrome itu hal yg lumrah. Tanya aja Amien Rais kalau gak percaya.

#TokohMudaLain

“Mungkin lo bener kwek, tapi masih ada tokoh muda yg lebih kompeten. Lebih ketauan prestasinya.”

Ini kembali lagi pada kendala gelas dan kanvas.

Aku adalah org yg percaya, bahwa reputasi adalah beban yg memberatkan si pembawa.

Prestasi adalah beban reputasi. Nama besar, tingginya ilmu, jabatan, semua itu adalah beban reputasi.

Dan aku khawatir, bila sang tokoh sudah membawa ransel reputasinya dari awal, malah menghalanginya menyerap data secara optimal.

Tapi bagaimanapun, argumen ini bukanlah argumen yg kuat. Aku masih terbuka untuk tokoh2 tersebut. Beberapa tokoh muda aku pandang top markotop untuk menjadi pendamping pakdhe.

Walaupun begitu, AHY memiliki nilai plus yg tdk d miliki tokoh muda lainnya. Yg menurutku dapat menyeimbangkan kekurangannya d bidang ini.

Akan ku bahas d bagian terakhir.

#CukupMenteri

“Sekarang AHY cukup jadi menteri aja, bisa juga kok, kalau tujuannya regenerasi.”

Aku jg semula berpikir begitu. Tapi, bila kupikirkan lagi, tidak ada posisi lebih ideal untuk “belajar” dan menyerap ilmu pakdhe daripada sebagai wapres.

Menteri justru kurang ideal. Menteri, sebagai hiasan sekalipun, memiliki target yg d harapkan. Dan bila hanya sebagai hiasan, apa yg mau d pelajari? Buang2 anggaran APBN saja.

Menyerahkan jabatan menteri strategis pada anak bawang? Seriously? Bayangkan jabatan PUPR d pegang oleh AHY yg nol pengalaman. Apakah bakal jadi tuh jalan tol dan bandara?

Ingat, kalau gak ada infrastruktur, Fadli Zon bisa kekurangan bahan nyinyiran. Kan kasihan dia.

Jadi mentri hiasan gak berguna, jadi mentri strategis beresiko.

Maka itu menurutku jabatan paling ideal adalah wapres.

Jujur aja lah. Dari awal menjabat 2014 sampai 2018, apakah pakdhe yg punya stamina superman on steroid terlihat seperti org yg butuh wakil? Dari 2014 sampai 2018 kuatkah wakilnya mengikuti kinerja pakdhe?

Lalu, apa peran wakil selama ini? Apa prestasinya?

Aman bukan? Posisi wapres untuk belajar?

#NilaiPlusAHY

Akupun melihat, ada nilai plus pada AHY, yg tdk d miliki calon lainnya.

Yup. Pertama2, suka gak suka, AHY membawa gerbong PD. Seperti JK dulu membawa gerbong Golkar.

Kedua, faktor militer. Sekali lagi, suka gak suka, masih ada pemilih yg berpandangan pemimpin sebaiknya dari militer. Aku tdk terlalu peduli, tetapi faktor militer seperti memberi jaminan bahwa sang calon benar2 cinta tanah air (bila doktrin militernya masih kuat).

Ketiga, faktor fisik. Let’s be honest. Secara fisik, AHY lebih keren dan enak d pandang daripada Gatot, Moeldoko, Wiranto, dan SBY d gabung sekaligus. Tentu ada satu dua biji buibu yg bakal terhipnotis coblos AHY krn faktor fisik tersebut.

Keempat, dan ini salah satu keunggulan terpenting yg hanya d miliki AHY.

Ada papi baperan dan mami galak siap meletus, membela si anak kapanpun dmanapun.

Menjadi pendamping siapapun AHY, mami dan papi siap menjitak penghalangnya. Pembelaan gratis bila pakdhe merangkulnya.

(kwek)

Sumber : facebook Aldi Bhumi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed