by

Partai Allah VS Partai Setan

Di Indonesia, waktu Pilpres kemarin, idiom Fir’aun dan Partai Setan juga muncul. Yang saya heran, idiom Partai Allah dan Partai Setan muncul dari orang yang sangat paham IM dan ideologi faksi-faksi pecahannya yang rusak. Disertasinya di University of Chicago (1981) berjudul: “The Muslim Brotherhood in Egypt: Its Rise, Demise and Resurgence.” Pecahan IM garis keras ini hobinya mirip Khawarij, seperti dicirikan Ibn Umar:

انهم انطلقوا الى ايات نزلت في الكفّارِ فجعلوها على المؤمنين

“Mereka gunakan ayat-ayat yang turun untuk orang kafir dan dipakai untuk menyerang kaum mukmin.”

Jelas yang diperangi kelompok seperti Jamâ’ah Islâmiyah itu sesama ahlul qiblat. Nasser dan Sadat Muslim, begitu juga dengan Jokowi. Tetapi, membuat idiom Partai Allah dan Partai Setan dalam kontestasi 01 dan 02 kemarin itu betul-betul rusak. Itu adatnya Khawarij yang diteruskan kelompok-kelompok jihadis pecahan Ikhwan. Dan sekarang, partai yang didirikannya—yang mungkin dibayangkan sebagai Partai Allah, menggelar Kongres dengan jalan begini: Kursi Terbang, Kacah Pecah, 10 Orang Luka. Semua dalam rangka berebut kursi kekuasaan biasa. Apa kata dunia! Karena itu, berpolitik itu biasa sajalah. Tidak perlu menyakralkan politik. Politik itu ujungnya kekuasaan. Kekuasaan dipakai untuk akumulasi kekayaan. Prakteknya begitu! Semua partai, yang basisnya agama, kadang-kadang ingat Allah, kadang-kadang jadi temannya setan. Tidak ada yang mutlak. Ini penting saya utarakan, biar orang tidak mudah dibohongi pakai agama!

Sumber : Status Facebook M Kholid Syeirazi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed