by

Pamer

Karena kalau sholat di mushola, gak akan ada orang yang liat. Buat apa sholat kalau gak keliatan orang? Padahal dia adalah tokoh. Tokoh 212. Wajahnya seting tampil di TV. Jadi orang harus tahu jika dia sholat.

“Lho, sholat kan untuk Allah, bukan untuk ditonton manusia?”

“Hahahahahaha… Pikiranmu kayak santri polos. Coba bayangkan jika sholat di mushola, efek apa yang didapat? Gak ada. Orang sembahyang di mushola itu biasa. Berbeda kalau sembahyang di lobby. Semua mata memandang. Dia jadi pusat perhatian. Orang menyangka dia manusia paling sholeh sebioskop. Sambil memamerkan, gue dong sholat. Lu kagak.”

“Tapi lobby itu kotor. Sepatu hilir mudik disana. Apakah sholatnya syah?”

“Gak penting syah atau tidak. Yang penting jadi tontonan. Ini bukan sekadar ibadah. Ini adalah drama. Penonton Indonesia suka sinetron.”

“Ada nasehat yang bilang, jika kamu menunjukan kealiman berlebihan, sebetulnya kamu sedang menyembunyikan sesuatu. Apa betul?”

“Iya. Orang-orang jenis itu beranggapan Tuhan buta. Gak bisa melihat ke dasar hati manusia. Dia suudzon sama Tuhan.”

Saya pernah menyaksikan wajah orang ini di ILC. Berkoar-koar soal syariat. Berkoar-koar soal agama. Ternyata semua cuma drama.

 

(Sumber: Facebook Eko Kuntadhi)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed