by

Palestina (Bukan Barang Dagangan)

Sekedar catatan, tahun 1979 di Camp David, Isarel dan Mesir bisa sepakat. Semenanjung Sinai dikembalikan ke Mesir. Dan janji akan ada pembicaraan tentang ‘otoritas’ Palestina.

September 1993, Arafat dan Yitzhak Rabin, PM Israel tanda-tangani ‘Perjanjian Oslo’. Maka Palestina pun bisa dan boleh ngurus Tepi Barat dan Jalur Gaza. Seperti sekarang.

Imbalannya ? Arafat akan promosikan toleransi terhadap Israel dan akui hak hidup negeri ‘Bintang Daud’ ini.

Sebenarnya sudah sangat lumayan sekaligus realistis. Win-win Solution. Ceng Li . .

Lantas sekarang apakah kita, Indonesia dan warganya, diam2 saja, ketika Israel merusak kesepakatan, nurut kita, dengan membangun perumahan di Tepi Barat, atau Amerika pindahkan Kedubes-nya ke Yerusalem ?

Ya ndak lah. Namun hendaknya ‘menakar’ diri.
Yang jelas ndak cukup hanya dengan riwa-riwi sambil majang bendera Palestina untuk hura-hura, termasuk untuk takbiran dan ‘narik’ THR dengan paksa . . .

Bantu yang mudah dan nyata saja. Bikin kan rumah-sakit, sekolah, atau infrastruktur lainnya. Sesekali lobi sana-sini. Bikin statement ini-itu. Toh sekarang kita anggota Dewan Keamanan PBB. Lalu ?

Sembari perkuat diri kita, agar nanti bisa disegani oleh negeri mana saja. Ini termasuk punya pemimpin ‘perkasa’ yang dihormati dunia.

Kita punya potensi. Sumber Daya Manusia dan Alam yang melimpah. Negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.

Artinya, buat lebih dulu diri kita kuat dan berjaya. Agar di lihat dan di dengar dunia. Supaya kita di dengar dan di lihat juga, jika omong tentang Palestina . . .

Ndak lagi dipandang dengan sebelah mata . ….

Jadi, komen atas ‘riwa-riwi’nya Gubernur DKI sambil ‘èwar-èwèr’ selendang berlogo bendera Palestina, ndak tahu harus omong apa ? Ndak ‘level’ blas !

Jangankan ‘ngurus’ dan ‘bicara’ Palestina, ngurus waduk Pluit saja ndak mampu. Bikin Stadion untuk Persija ‘diatas kertas’ saja ndak bisa. Rumah ‘murah’ yang ‘mbreset’ jadi rumah susun pun cuma “ha-hu-ha-hu’ jika ditanya . . .

Jangankan ‘nglawan’ Amerika, musuh preman Tanah Abang, yang bikin morat-marit area dan jalan, saja ndak bisa apa2

Jangankan bantu bikin rumah sakit untuk Palestina, untuk Jakarta saja cuma bisa buat patung ‘porno’ dari bambu mlungkêr2 yang tidak saja jelek dan ndak ‘matching’ dengan sekitarnya, tapi mahalnya juga ndak kira2 . . .

Sayang sekali memang, ‘Perjuangan’ Rakyat Palestina dan ‘ke-Sakral-an’ Al-Aqsa, cuma jadi ‘barang dagangan’. Murah lagi . . .

Ini ‘Penistaan’ . .

Coba lihat gambar di bawah. Maksud e opo coba . . . ?

Tukang bangunan yang mau bikin ‘wuwungan’ rumah, pasang bendera Merah-Putih diatasnya, disebutnya ‘syirik’.

Lha ini ?! Keliling kampung, bawa ‘tambur’, ditabuh ‘dar dur dar dur’. Sembari sebut asma Allah, takbiran, ‘èwar-èwèr’ bendera. Bendera lain orang. Sudah syirik, lupa negara lagi.

Ini Zakarta, Indonesah, Bung ! Bukan jalur Gaza . .

Sumber : Status Facebook Harun Iskandar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed