by

Pak Jokowi Sang Maestro dengan Jurus Kuda

Bermacam tanggapan muncul, antara yang kecewa, tidak puas, hingga ada yang nyinyir. Ini bagian rumit presiden sebagai eksekutif yang harus mengatur ritme dengan para pelaku legislatif dan yudikatif. Penulis melihat cara berfikir presiden kini lebih menyesuaikan dengan perkembangan jaman era digital. Memandang jauh masa depan Indonesia dengan sistim demokrasi yang memengaruhi sikap inovatif dan reaktif masyarakatnya.

Keputusan yang berani dan tidak populer itu justru menurut penulis menunjukkan perubahan besar leadership pak Jokowi, yang awalnya bak derigen musik yang menjaga agar simfoninya tidak fals. Nah, pada periode kedua ini pantas dijuluki sebagai sang Maestro. Ini adalah julukan keramat bagi orang yang sangat ahli dalam bidang seni seperti komponis, konduktor; empu. Mari kita bahas bagaimana sang Maestro ini mengawali kiprahnya dengan keputusan yang tidak lumrah dan agak misteri dan melawan arus dalam penyusunan kabinetnya.

Membaca Dasar Pemikiran

Presiden dengan hak prerogatifnya memilih para pembantunya di Kabinet Indonesia Maju. Setelah semua terpilih, pemilihan menteri dan wamen itu dapat dinilai sebagai langkah taktis. Akan tetapi gabungan para menteri dan wamen dibawah kepemimpinannya menjadi kekuatan strategis yang berkemampuan untuk mewujudkan tujuan strategis. Oleh karena itu kabinet ini diberi nama Indonesia Maju. Dalam sambutan awal setelah dilantik MPR, Presiden Jokowi menunjukkan dirinya sebagai seorang visioner, melihat dan memprediksi Indonesia pada tahun 2045.

Penulis membaca alur pikiran presiden kita harus melakukan sesuatu, Indonesia tidak bisa maju apabila cara berfikir masyarakat masih menggunakan pola lama bahkan kadaluarsa. Jaman telah berubah, segala sesuatu di dunia kini masuk ke era digital. Mereka yang tidak mau dan mampu menyesuaikan akan terseok-seok, sosok mahluk gaptek yang semakin lama akan semakin ditinggal perkembangan jaman dengan teknologi tinggi.

Langkah taktis presiden yang mensinergikan pembantunya untuk mencapai target strategis membutuhkan inovatif dari para pembantunya di kabinet disertai rasa tanggung jawab memberdayakan maksimal institusi yang dipimpinnya. Tidak ada kata maaf, dalam pertaruhan kehidupan berbangsa dan bernegara, satu tahun kedepan akan ada reward dan punishment.

Meskipun tidak disebut secara eksplisit apa ancaman keamanan nasional, tetapi target pokok pemerintah yang menjadi dasar penyusunan kabinet dibaca publik semakin menguat dan  
berkembangnya radikalisme, ancaman terhadap Pancasila sebagai ideologi negara, disamping bayangan ancaman resesi sebagai imbas perang dagang AS vs China. Dari hasil diskusi penulis dengan mantan Wakil Kabin, KH As’ad Ali saat penulis yang berkolaborasi akan meluncurkan buku “Terorisme Kanan Indonesia”, disampaikan bahwa ancaman terhadap ideologi negara kini makin 
complicated.

Pancasila saat ini dikeroyok oleh faham Neo-Liberalisme (sekuler), Metamorfosis Sosialisme-Komunisme (sekuler) dan sekaligus juga faham Radikal Agama (Khilafah). Pancasila berada ditengah-tengah pertengkaran ideologis antara Sekularisme vs Teokratisme vs Khilafahisme. Hal ini disadari dan difahami oleh Presiden Jokowi, karena apabila Pancasila sampai diganti, Indonesia akan runtuh dan berubah.

Demikian pula presiden memikirkan, kondisi akan berat bila resesi tiba, pertumbuhan ekonomi akan melambat. Gejala resesi dunia mulai terlihat, misalnya China walau mulai terkena resesi, tabungannya kuat, mampu mengatasinya. AS diperkirakan baru tahun depan harus mengatasi resesi, negara-negara Eropa menurut world bank harus menggelontorkan dua triliun dolar untuk penyelamatan. Dengan kondisi saat ini dan mendatang, presiden fokus peraihan investasi, dimana upaya penyelamatan telah dirancang kabinet melalui inovasi maju dan berani. Intinya penulis membaca presiden menekankan Indonesia harus bisa dan mampu survive menghadapi resesi ekonomi dunia apabila tiba di Indonesia.

Kabinet Indonesia Maju

Kabinet ini disusun melalui dua dasar pertimbangan, pertama dengan dasar pemikiran diatas, kedua, presiden memikirkan stabilitas politik, baik parpol pendukung, relawan serta lawan politik. Stabilitas politik bila goyah akan berpengaruh kepada stabilitas keamanan dan ekonomi, secata teori ketiga fakror ini saling memengaruhi. Nah, penulis melihat Presiden Jokowi saat menyusun formasi mirip permainan catur, tiap buah catur harus maju sesuai perannya, langkah taktis untuk mencapai target strategis dan menang.

Kita lihat inovasi presiden misalnya beberapa pos untuk mengamankan ideologi dari tiga ancaman utama dipenjurui oleh empat tokoh yang kokoh, berani dan tegas, Menko Polhukam dijabat Prof Mahfud MD, Menhan Letjen Purn Prabowo, Menteri Agama Jenderal Purn Fahrul Razi dan Mendagri Jenderal Pol Tito Karnavian. Keempat tokoh itu dinilainya kapabel dan akan mampu mengatasi ancaman jangka pendek dan menengah dari mereka yang anti Pancasila, khususnya kelompok Islam sempalan (fundamentalis, radikal dan teroris), khilafahisme.

Di posisi ini Prabowo yang eks lawannya saat pilpres justru diposisikan menjadi ujung tombaknya. Langkah yang dinilai kontroversi ini adalah seperti langkah buah catur kuda, bila di schak kuda, Raja lawan harus geser tidak bisa dilindungi. Prabowo kini dengan diberi power sebagai Menhan, jelas makin berwibawa dan ditakuti para kelompok anti Pancasila. Para politisi manapun saja rasanya tidak ada yang mau head to head dengannya. Kalau Menhan melakukan schack dengan langkah kuda, siapapun dia harus bergeser, atau jatuh.

Kita lihat kini tidak ada kelompok yang disebut radikal berani berceloteh sembarangan. Mahfud, yang profesor ahli hukum, adalah tokoh Islam yang sulit dilawan, Tito adalah seorang ahli dan sudah khatam menangani radikalisme dan terorisme. Fachrul Razi mantan Wapangab, 
humble tetapi tegas, berprinsip dan tidak kompromis, walau sifatnya hanya memberi rekomendasi, tapi mampu menggigit.

Bagaimana dengan pengamanan perekonomian menghadapi ancaman resesi? Presiden memang masih menggunakan beberapa mantan menterinya. Luhut Panjaitan, Menko Maritim diberi wewenang tambahan menangani investasi, Menku masih Sri Mulyani profesional, memiliki jaringan internasional kuat, jelas ada link ke World Bank, Menteri PU Basuki sukses menggawangi infrastruktur, tiga tokoh ini dipercaya mampu mencari jalan keluar. Disamping itu Erick Tohir, pebisnis handal, mantan Ketua TKN dipercaya 
menjadi Meneg BUMN, Nadiem Makariem menteri pendidikan dan kebudayaan, Wisnutama sebagai Menteri Pariwisata. Ketiganya tokoh muda yg berfikiran maju.

Nah, inovasi presiden kini menyesuaikan perkembangan jaman. Dunia sudah memasuki generasi kelima bahkan keenam. Erick dan Nadiem dua tokoh muda yang sukses di era digital. Nadiem yang sukses berinovasi di Gojek, akan meningkatkan pendidikan, mencerdaskan pengetahuan para millenial serta generasi penerus sesuai kebutuhan jaman, yang kini jumlahnya 60 persen dari penduduk.

BUMN akan bergerak lebih bergairah dan maju, menjadi tulang punggung negara. Lapangan kerja penulis yakin akan makin banyak. Inilah inovasi presiden yang yakin para pembantunya, terlebih yang muda-muda juga akan berinovasi demi tanggung jawab kepada amanah, bangsa dan negara. Ini baru secuil contoh tentang optimisme langkah spektakuler presiden serta harapan kita terhadap Kabinet Indonesia Maju.

Kesimpulan dan Penutup

Dari pembahasan diatas, penulis melihat seorang Jokowi, sang Presiden RI sebagai seorang visioner yang memprediksi Indonesia tahun 2045, berani memutuskan memilih pembantunya di kabinet sesuai dengan inovasi dan kebutuhan yang diharapkannya.

Kekuatan Jokowi bukan berasal dari kemenangan. Perjuangannya adalah yang melahirkan kekuatan. Ketika menjadi pemimpin dan menghadapi kesulitan, dia tak menyerah itulah kekuatannya. Melihat karakter dan apa yang diucapkannya, presiden nampaknya akan menilai prestasi anggota kabinet satu tahun kedepan, bila prestasi dibawah target nampaknya akan terjadi reshuffle.

Penulis simpulkan Presiden Jokowi ini tokoh jenius, yang membuat sesuatu menjadi lebih besar, lebih kompleks, dan lebih sukses. Memang dibutuhkan sentuhan jenius dan keberanian untuk melawan arus. Penulis sependapat dengan seorang teman, pakar intelijen yang kita beri julukan profesor, menjuluki pak Jokowi ini “Maestro.”

Benar, kita bangga dipimpin Sang Maestro. Semoga Allah melindungi bangsa dan negara Indonesia serta penduduk dan para pemimpinnya, Aamiin. Salam hormat, PRAY,Old Soldier Never Die.

Jakarta, 31 Oktober 2019

 

(Sumber: Facebook Prayitno Ramelan)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed