by

NU Tak Ributkan Kartu, Langsung Terjun Ke Asmat

Perasaanku sedikit lega ketika speedboat sampai di distrik Agast. Di sini kami beruntung karena salah satu pengurus NU setempat adalah salah satu tetua adat di kampungnya. Beliau bernama Bapak Leo Rahamtulloh Piripas ketua Badan Musyawarah Kampung (BAMUSKAM). Kehadiran beliau membuat kami bisa disambut hangat oleh masyarakat Asmat. Hambatan komunikasi dan memahami kultur warga setempat yang dialami oleh beberapa NGO lain setidaknya tidak terlalu kami pusingkan.

Untuk meninjau bagaimana kondisi anak-anak Asmat, Pak Lea mengajak kita untuk silaturahmi terlebih dahulu dengan tetua adat di Kampung Syuru. Kami diterima oleh para tetua di rumah adat. Mereka sebut itu JEW. Di tempat inilah kami mengutarakan kedatangan kami. Pak Leo menjadi menjadi penyambung lidah di antara kami. Ditemani kopi dan rokok perbincangan menjadi semakin gayeng dan akhirnya forum tetua adat mempersilahkan kami untuk menjalankan program di Kampung Syuru.

Di sepanjang jalan kami menyusuri rumah-rumah, banyak sekali anak-anak Asmat yang ingin di foto dengan segala tingakh lucunya. Nampaknya merekapun merasa sangat bahagia atas kedatangan kami. Hanya saja ada sedikit pemandangan yang ganjil menurutku. Anak-anak balita di sini seringkali makan buah kedondong dengan dicampur micin dan jg penyedap rasa lainnya. Kata mama-mama itu sudah menjadi cemilan anak-anak. Akhir-akhir aku jg baru tahu kenapa ingus anak-anak seolah tak pernah berhenti itu karena setiap hari mereka minum air mentah. Memang air bersih di Asmat hanya mengandalkan air hujan.

Keesokan hari kami Bersama tim local mengumpulkan sekitar 300 anak untuk menjalani screening dengan Pak Dokter. Selain itu, anak-anak juga mendapatkan vitamin, susu, dan biscuit. Dari hasil screening sekitar 14 anak terindikasi kurang gizi. Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah karena ini baru screening satu kampung. 
Salah satu anak yang masuk dalam list kami adalah Susana. Umurnya 1,5 tahun. Namun Susana hanya memiliki berat badan 4 kg. Dalam sehari Susana hanya makan nasi atau sagu dua kali. Di waktu pagi ia hanya minum teh atau kopi. Waktu kami beri susu dan biscuit, tangan Susana gemetar. Kata dokter ia kurang banyak protein.

Untuk memonitoring anak-anak ini NU Peduli Kemanusiaan Bersama tim local mendirikan rumah gizi. Atau Bahasa local mereka sebut CEM GIZI. CEM GIZI ini akan menjadi tempat anak-anak diberikan asupan gizi lebih. Setiap minggu dalam 4 kali mereka akan datang di CEM GIZI untuk diberikan asupan makanan bergizi.
Para pembaca yang budiman CEM GIZI ini akan menjadi rumah bagi anak-anak Asmat supaya tetap bisa sehat seperti anak-anak Indonesia lainnya. Oleh karena itu, NU CARE-LAZISNU juga melakukan penggalang dana untuk anak-anak Asmat di https://kitabisa.com/NUpeduliAsmat

Banyak cerita yang belum bisa aku tuliskan tentang pengalaman berhargaku di Asmat. Ini adalah kali pertamaku menginjakan kaki di tanah Asmat dan begitu pula akan tertancap dalam lembaran hidupku. Orang bilang ASMAT adalah kepanjangan dari Asal Mau Tahan. Dan nampaknya aku belum teruji sepenuhnya untuk menjadi ASMAT.
Catatanku
Moh. Agus Fuat
Ketua BEM FIB UI 2016
TIM NU PEDULI KEMANUSIAAN 
#NUPEDULIKEMANUSIAAN
#ASMAT
#GIZIBURUK

Sumber : Status Facebook Agus Fuad

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed