by

Novanto, Trump dan Figur Publik Berwajah Meme

Meme sendiri memiliki bentuk yang beragam, umumnya berupa foto dan video. Pembuatan meme juga tidak sulit karena pembuatnya tinggal membubuhkan teks singkat pada gambar atau mengedit video dan menambahkan musik lucu seperlunya. Namun, meme tidak selalu digunakan sebagai sindiran atau representasi kritik. Banyak di antaranya hanya digunakan sebagai hiburan dan guyonan belaka.

Figur Publik “Berwajah” Meme

Berwajah meme di sini berarti figur publik ini banyak dijadikan sasaran pembuatan meme, bukan semata-mata karena wajahnya, melainkan perilaku, perkataan, ataupun keputusan yang diambilnya bersifat kontroversial, eksentrik, dan khas. Hal-hal ini kemudian dirasa layak untuk dikritisi, dikomentari, dan dijadikan bahan guyonan. Beberapa figur publik Indonesia yang sering menjadi sasaran pembuatan meme adalah Seto Mulyadi alias Kak Seto, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Fadli Zon, dan tidak ketinggalan Setya Novanto.

Sama halnya dengan Novanto, pasangan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Anies-Sandi kerap dijadikan bahan meme oleh warganet karena “tingkah” mereka yang, entah sengaja ataupun tidak disengaja, menuai kontroversi di tengah masyarakat. Masih ingat dengan foto Sandi yang menirukan pose burung bangau kala pemotretan baju dinas beberapa hari sebelum pelantikan mereka? Tindakan ini memang tampak seperti ulah kesengajaan dengan niat mengundang gelak tawa mereka yang melihatnya. Alhasil, foto ini kemudian tersebar dan dijadikan memeoleh warganet.

Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, warganet internasional juga secara sepakat memiliki figur-figur yang kerap mereka jadikan bahan guyonan seperti pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin, bahkan eks pimpinan Nazi yang telah lama wafat, Adolf Hitler.

Sebagai presiden AS yang penuh kontroversi, Trump dikenal hobi “curhat” di media sosial Twitter. Baru-baru ini Trump bahkan menuliskan kekesalannya pada Jong-un melalui Twitter. Hal ini dipandang warganet sebagai tindakan yang kekanak-kanakan sehingga tak ayal hal ini segera dijadikan bahan meme oleh para warganet.

Selain kontroversial dan punya ciri khas, mayoritas sasaran pembuatan meme adalah figur-figur yang digolongkan sebagai “musuh” bersama para warganet seperti koruptor ataupun pembuat kebijakan yang menurut mereka tidak pro-rakyat. Jika mungkin ada figur publik yang merasa dirinya tergolong dalam kategori di atas dan secara kebetulan membaca tulisan ini, ketahuilah, warganet itu kejam adanya.

Jeratan hukum yang ditimpakan pada sembilan orang pemilik akun media sosial pembuat meme Setnov tampaknya tidak lantas akan membuat warganet jera membuat meme. Bagaimanapun juga, meme adalah sebuah budaya yang akan terus berkembang sebagai alternatif dan representasi kritik masyarakat secara keseluruhan, dengan mereka yang menggunakan internet sebagai perwakilannya. Lagipula, bukankah banyak hal yang lebih patut diusut oleh para petugas keamanan dibandingkan dengan mengejar warganet pembuat meme?

Para figur publik “berwajah” meme ini, sekali lagi, perlu mengevaluasi polah mereka di muka publik jika tidak ingin lagi-lagi menjadi bahan guyonan di internet. Kecuali jika memang meme menjadi salah satu instrumen branding, maka agendakanlah tindakan, perkataan, dan keputusan Anda sebaik, serapi, dan sepositif mungkin.

Sumber : Geotimes

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed