by

Nicke Widyawati, Srikandi yang Melampaui Banyak Laki-laki

Dia adalah perempuan yang sering berada di posisi sulit. Berbagai kasus besar sering kali dikaitkan dengan dirinya. Namun kemudian terbukti dia bersih. Politisasi semacam itu bukan hal baru untuk mengincar posisi strategis. Kita tahulah mainan mereka.

Sebenarnya wajar jika Nicke sering kesrempet kasus-kasus besar. Maklum posisinya juga sangat strategis. Sejauh ini, ia telah menunjukkan integritasnya. Ini memang bukan jaminan untuk masa yang akan datang. Tapi yang bisa kita baca adalah track record. Selama itu pula kita harus berbaik sangka.

Perusahaan negara itu adalah tempat yang bising. Ada banyak sekali kepentingan politik yag berkelindan di sana. Seorang direksi BUMN adalah pecatur ulung. Mereka harus bisa mengendalikan berbagai kekuatan yang sedang beradu kuat.

Ada yang dari Istana. Ada yang dari Senayan. Dibutuhkan mental dan kemampuan bermanuver yang hebat untuk menjinakkan keduanya. Pintar saja tidak cukup.

Saya pikir inilah yang disebut etos kepemimpinan. Tidak semua orang diberi anugerah demikian. Saya bukan termasuk orang yang cocok untuk memimpin. Saya tahu diri dan lebih nyaman berdiri di belakang. Hanya orang-orang tertentu yang sanggup berdiri di depan. Apalagi di tempat yang sangat panas bernama kursi direksi BUMN itu.

Menjadi direksi BUMN bukan hanya karena lahan tersebut basah. Itu sudah pasti. Tapi menjadi seorang direksi adalah sebuah prestise, pencapaian yang akan dikenang sepanjang masa. Terlebih jika orang itu mampu membuat terobosan baru. Ia akan menjadi legenda. Oleh sebab itu, meski risikonya sangat besar, perebutan kursi direksi BUMN sering kali riuh. Bahkan rusuh.

Bayangkan saja, kerja direksi BUMN itu diawasi oleh banyak pihak. Ada komisaris, menteri, presiden, DPR, media massa, netizen, SJW, dan tentu saja Tuhan. Hanya orang yang bemental baja saja yang bisa berdiri di titik paling panas itu. Kecakapan untuk membuat keputusan-keputusan genting menjadi pertaruhan. Harus punya etos kerja di atas rata-rata. Jaringan politik kuat. Dan pastinya restu penguasa.

Nicke adalah perempuan, tapi di tengah keriuhan itu ia telah membuktikan kualitasnya. Power dan karisma yang dimilikinya terbukti mampu membuatnya bertahan. Itu menandakan, keberadaan Nicke juga direstui oleh Jokowi. Sebab jika bukan kualitas yang bersangkutan, apa lagi yang mau disorongkan padanya?

Jalan ke depan memang masih panjang. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di sana. Di kursi panas itu begitu banyak kekuatan beradu tegang. Tapi apa yang dicatat sejarah ini patut untuk diabadikan. Bahwa perempuan-perempuan itu layak disebut sebagai srikandi di abad ini. Mereka layak mendapat tempat khusus, sebagai sosok yang pantas dihormati. Sejajar, bahkan melampaui banyak laki-laki.

Di tengah maskulinitas yang lembek, perempuan-perempuan itu berhasil muncul sebagai pemimpin. Bertahan dari gempuran. Bekerja dengan sebenar-benarnya. Bukan hanya pemimpin yang hanya bisa menata kata, harta dan wanita. Seperti gubernur yang untuk menyebut namanya saja berat sekali rasanya…

Sumber : Status Facebook Kajitow Elkayeni

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed