by

Naturalisasi Atau Normalisasi, Mana yang Cocok?

Jl.Gunung Sahari misalnya, pinggiran sungai sudah curam. Sungai dan jalan berhimpitan. Bagaimana caranya dibuat landai untuk ekosistem? Gusur jalan?

Masalah kedua, ketinggian air tanah di mayoritas wilayah Jakarta sudah tinggi. Padahal naturalisasi mengandalkan kecepatan serap air sehingga tak heran desainnya mempertahankan kelok sungai. Adanya tanaman/pohon jg melambatkan laju alir.

Selain pengaruh naiknya permukaan air laut sehingga rembesannya meluas ke daratan, dulu memang banyak wilayah Jakarta berupa rawa. Sebab itu daya serap tanah relatif rendah. Bisa dibayangkan sudah berapa jenuh daerah dekat sungai sementara naturalisasi mengandalkan kemampuan serap di badan sungai.

Di rumah saya, dulunya rawa, gali kedalaman 1m-an saja bisa “ketemu” air.

Kelemahan terakhir adalah sulit membendung air yg meluap. Karena konsepnya alami, maka biasanya dipasang bronjong. Andai bronjong setinggi 1m dipasang di sisi jalan sebagai pembendung, air tetap bisa menerobos melalui celah. Tidak efektif.

Ini kenapa sulit menerapkan naturalisasi. Keadaan Jakarta, baik tata ruang dan kondisi tanah sudah tak mendukung.

Sebaliknya, normalisasi tak perlu lahan luas. Andai badan sungai berhimpit dengan jalan, masih bisa dipasang turap tegak lurus, menyangga sekaligus membendung air. Dengan tinggi 1m di atas jalan, maka luapan kurang dr 1 m takkan luber ke jalan. Jika dipasang bronjong, air masih bisa bocor.

Sungai pada normalisasi difungsikan mirip kanal, sekedar pengalir. Air dr hulu cepat dibuang ke laut agar tidak keburu meluap. Karena itu sistem ini pun tergantung dengan kesiagaan pompa di daerah hilir agar pembuangan akhir ke laut lancar.

Bisa dikombinasi? Bisa aja. Tapi andai diselang-seling, daerah yg sudah dinormalisasi bisa ikut tergenang walau luapan belum melewati tanggul. Kenapa? Air bisa “masuk” lewat area yg dinaturalisasi karena di sana tak ada tanggul.

Itu kenapa Jakarta lebih cocok memakai normalisasi dibanding naturalisasi. Kelebihan naturalisasi tidak banyak membantu. Secara visual memang jadi lebih “indah” tapi secara fungsi menekan efek banjir lebih lemah.

Naturalisasi lebih cocok di area hulu Ciliwung seperti Bogor. Selain daratannya lebih tinggi sehingga daya serap air relatif lebih baik, tata ruang di Bogor masih lebih mungkin membebaskan lahan lebih luas.

Sumber : Status Facebook Aldie El Kaezzar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed