by

Muslim KW Lebih Sering Ke Gereja Ketimbang Masjid

Posisiku yang cenderung apa adanya dan mendorong perlunya reformasi teologi Islam yang lebih inklusif nampaknya menarik perhatian kalangan gereja. Mereka rupanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Kristen-Islam Indonesia dalam dua dekade terakhir ini. Keingintahuan ini sangatlah wajar mengingat mereka juga ingin terlibat dalam inklusifitas ini.

Jujur saja, ada banyak sarjana Islam yang ilmunya jauh lebih mumpuni ketimbang aku. Namun tidak semuanya bisa bertahan lama dalam gereja dan duduk berdampingan dengan salib. Maksudnya begini, tidak semua sarjana dan cendekiawan Muslim Indonesia siap menerima kenyataan dirinya difoto di dalam gereja, bersama salib, kemudian diunggah ke media sosial.

Kenapa tidak siap? Sebab foto denga pose tersebut punya konsekuensi yang tidak ringan. Ia dan keluarganya berpotensi akan dirisak. Karirnya bisa rusak. Nasibnya kemungkinan besar masuk “kotak,”

Dan yang paling berat, ia harus siap dilabeli sebagai muslim KW karena pernah berfoto di gereja. Aspek “conformity in group,” merupakan isu penting dalam kehidupan personal banyak orang. Aku sangat paham itu.

Namun, dalam konteks undangan diskusi, ibarat pengemudi ojel online, aku harus siap mengantar penumpang, siapapun mereka, bahkan makhluk adikodrati sekalipun. Tanpa membedakan pelayanan.

Dan kebetulan saja, selama Agustus ini, aku memang lebih sering mengunjungi gereja. Setelah hinggap di GKJ Tuntang Timur, GKJ Tlogo, GKJ Danukusuman, GKI Sangkrah, dan GKI Masaran, kini aku diminta berdialog dengan wargo GKJW Sumbergondang, GKJW Mojokerto, dan GKJW Sukorame.

Semakin KW saja kemuslimanku.

Adakah yang mau ngopi dengan muslim KW ini di acara nanti?

Sumber : Status Facebook Aan Anshori

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed