by

Mukjizat Vs Sihir, Pengobatan Vs Syair

Dan Rasulullah SAW dibekali dengan kekuatan sastra Al-Quran yang otomatis langsung menumbangkan supremasi bangsa Arab dalam bidang sastra yang tadinya mereka banggakan. Bahkan Al-Quran meanntang para pujangga Arab untuk bisa menirunya.

ِAl-Quran tidak menantang untuk membuat satu kitab yang setara dengan Al-Quran, cukup bikin 10 surat saja, kalau memang mampu.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS. Hud : 13)

Ditantang membuat 10 surat tidak mampu, maka tantangan diturunkan menjadi satu surat saja.

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Al-Baqarah : 23)

Ternyata satu surat pun tidak mampu juga, padahal sudah membentuk team yang terdiri dari para pujangga Arab.

Tapi . . .

Semua mukjizat di bidang sastra itu nampaknya kurang berarti buat kita. Karena kita bukan orang sastra, sehingga tidak bisa membedakan mana sastra atas langit dan mana sastra kolong langit. Mirip kita orang awam masuk galery lukisan abstrak yang penawaran harganya mencapai milyaran. Tidak masuk di akal kita kayak apa keindahan seni lukis aliran abstrak itu, bukan?

Lagian, kalau pun lukisan abstrak itu bagus untuk dijadikan hiasan dinding, kenapa tidak discan jadi jpg dan diprint dengan kualitas terbaik, jadi seindah aslinya. Pasti begitu logika kita orang awam. Logika seperti itu buat mereka yang mengerti seni lukis tentu saja jadi bahan tertawaan.

Kalau kita bandingkan dengan mukjizat Nabi Musa dan Nabi Isa, mukjizat Nabi Muhammad SAW ini jadi unik dan beda sendiri.

Pertama, mukjizat Musa dan Isa itu mudah dipahami oleh siapa saja, karena merupakan barang nyata. Ular besar makan ular kecil, itu nyata dan orang langung percaya. Orang sakit dan orang mati bisa bangun lagi, hidup dan sehat, semua orang mudah memahaminya.

Sedangkan keindahan sastra, itu hanya dipahami oleh segelintir orang saja. Jangankan kita yang bukan Arab, bahkan orang Arab sendiri pun belum tentu paham urusan keindahan sastra.

Kedua

Tapi mukjizat-mukjizat Musa dan Isa pun punya keterbatasan, yaitu hanya dipercaya oleh yang melihat langsung saja. Yang tidak melihat langsung dan hanya dengar ceritanya, pasti tidak otomatis percaya. Jadi kemukjizatannya bersifat temporal, tidak bisa dibuktikan dan tidak berlaku untuk zaman sekarang.

Sebaliknya, mukjizat Nabi Muhammad SAW itu meksi yang paham hanya kalangan terbatas, namun sifatnya abadi sampai hari kiamat. Karena wujudnya Al-Quran, dan Al-Quran tidak akan hilang sampai kiamat. Berarti mukjizatnya bersifat abadi.

Namun untuk bisa merasakan kecanggihan sastra Al-Quran yang tidak tertumbangkan, kita sendiri kudu belajar ilmu sastra Arab yang tinggi. Bukan grammer macam Nahwu Sharaf tapi bidang sastra, yaitu Adab, Balaghah, Bayan, Badi’ dan seterusnya.

Di masa kenabian, para pemimpin orang kafir musyrikin Mekkah rata-rata jagoan sastra semua. Jadi begitu dengar ayat-ayat Al-Quran dibacakan, langsung pada klepek-klepek.

Tapi kita di zaman sekarang yang ngaku sebagai generasi Qurani, meski hafal 30 juz tapi cuma plonga plongo saja dibacakan ayat-ayat AL-Quran yang indah sastranya itu. Kok bisa ?

Soalnya mutlak tidak paham. Inna lillahi wa innaa ilaihi rajiun.

Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat Lc MA

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed