by

Merusak Moral Bangsa dengan Kedok Agama

Bagaimana cara menghancurkan mental para tahanan? Ada empat taktik utama yang digunakan. Pertama, menjadikan para tahanan saling bermusuhan. Dengan demikian tidak ada rasa kesetiakawanan lagi antara mereka karena hubungan mereka dihancurkan satu sama lain.
Kedua, membuat diri sendiri merasa tidak berharga dengan meminta mereka mengakui atau menceritakan kesalahan dan keburukan yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka di depan para sesama tahanan. Dengan demikian kepercayaan dan harga diri mereka digerus sedikit demi sedikit.
Ketiga, menghilangkan kesetiaan pada atasan dan negara. Para prajurit diruntuhkan kesetiaan dan hormatnya pada atasan dan negara mereka. Tidak ada lagi rasa hormat dari para prajurit pada atasan mereka atau pun pada negara. Jadi ketika ada kolonel yang mengingatkan anak buahnya untuk tidak minum air dari sawah karena sudah tercemar maka sang prajurit akan menolak mematuhinya karena tidak ada lagi kepangkatan yang perlu dipatuhi.
Keempat, menyembunyikan hal-hal positif dan membanjiri mereka dengan berita-berita negatif. Dengan demikian para tahanan ini akan merasakan hidupnya tidak lagi berharga dan merasa tidak ada lagi yang perlu dipertahankan dalam hidup ini.
Taktik ini berhasil membuat para tahanan menjadi putus asa dan tidak memiliki keinginan hidup lebih lama. Begitu semangat hidup mereka hancur maka tak lama kemudian mereka akan mati tanpa penyakit yang jelas. Semua kisah ini bisa dibaca pada buku ‘HOW FULL IS YOUR BUCKET’ karya Tom Rath dan Donald O. Clifton PhD. Buku setebal 130 halaman ini termasuk New York Times #1 Bestseller.
Apa yang terjadi saat ini? Saat ini kita bisa melihat melihat betapa miripnya suasana yang terbangun di masyarakat. Saat ini rakyat Indonesia seperti terbelah dua karena adanya pilpres. Bukan hanya sesama warga. Bahkan sesama muslim terbelah dan saling bermusuhan dengan tajam. Ada pihak –pihak tertentu yang bahkan menuduh dengan terang-terangan bahwa pemerintahan Indonesia adalah pemerintahan thagut dan nantinya siapa yang patuh pada pemerintah akan dianggap mati kafir.
Organisasi politik HTI bahkan bertindak lebih jauh dengan memprovokasi umat Islam Indonesia agar merasa tidak berharga dan bersalah karena tidak berjuang menegakkan khilafah. Umat Islam diajarkan untuk kufur terhadap nikmat kemerdekaan dan berdirinya bangsa dan negara NKRI karena bukan berbentuk khilafah.
Strategi ketiga adalah yang paling menyolok dari Strategi Perang Korea ini, yaitu upaya untuk menghilangkan kesetiaan dan ketaatan pada bangsa dan negara. Ada pihak-pihak tertentu yang terus dan secara sistematis, terstruktur, dan massif terus menggosok-gosok warga Indonesia untuk tidak lagi setia dan taat pada bangsa dan negaranya.
Selama ini warga muslim Indonesia diajak untuk melakukan makar pada bangsa dan negaranya sendiri dengan menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara thagut yang tidak layak untuk diikuti dan patut ditentang oleh HTI secara terbuka. Hal ini menyebabkan banyak warga muslim Indonesia, khususnya, kehilangan kepatuhan dan kesetiaannya pada pemerintah, bangsa dan negaranya. Mereka malah merindukan adanya Negara Islam ala HTI.
Strategi keempat yang terus menerus dihembuskan, yaitu dengan mendiskreditkan pemerintah dengan terus menerus memberitakan hal-hal buruk tentang kepemerintahan yang sedang berjalan ini. Mereka dengan sistematis terus melontarkan berita-berita buruk dan bahkan berita-berita fitnah untuk menjelek-jelekkan pemerintah yang sedang berjalan saat ini. Berita di media sosial penuh dengan fitnah terhadap pemerintah kita dan meski pun telah banyak yang ditangkap dan dipenjarakan tapi para penyebar berita bohong dan fitnah ini seolah tidak pernah habis.
Mereka bahkan beralasan bahwa fitnah yang mereka lontarkan adalah sekedar kritik yang sah dalam pemerintahan yang demokratis. Tentu saja mereka sebenarnya tahu beda antara fitnah dan kritik tapi mereka memang berlindung pada alasan tersebut. Mereka secara terus menerus meniup-niupkan bahwa tak pernah sedikit pun ada hal yang baik dari pemerintah, bangsa dan negara Indonesia yang berazaskan demokrasi dan yang ada hanyalah keburukan dan kemungkaran.
HTI bahkan bertindak lebih jauh dengan memprovokasi Umat Islam bahwa hidup di alam demokrasi adalah sebuah kesalahan dan dosa yang tidak ada harganya. Itu sebabnya maka HTI kemudian dibrangus dan dilarang oleh pemerintah sebagaimana di berbagai negara di dunia ini karena virus yang disebarkannya sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara.
Yang lebih buruk lagi adalah karena mereka menggunakan kedok dakwah dan agama yang mereka selewengkan untuk menipu umat yang tidak sadar akan keburukan yang mereka sebarkan. Mereka menggunakan kedok sebagai organisasi massa padahal apa yang mereka lakukan adalah kegiatan politik untuk mengkhianati perjuangan bangsa demi sebuah ideologi politik dari negara asing yang di negara asalnya pun mereka ditolak dan dilarang.
Apakah benar bahwa keadaan bangsa dan negara kita saat ini lebih buruk? Cobalah bikin riset sederhana tentang persepsi.
Saya sudah melakukan sebuah riset sederhana dengan sebuah pertanyaan sederhana di Facebook saya seperti ini . “Menurutmu… Apakah keadaan bangsa dan negara Indonesia semakin baik atau semakin buruk?
Alhamdulillah dari sekitar 80 orang 90% menjawab ‘semakin baik’ dan kurang dari 10% yang menjawab ‘ semakin buruk’. Itu artinya hanya sedikit yang merasa bahwa kondisi bangsa dan negara kita semakin buruk. Tapi tentu saja apa yang ada di FB saya bakal berbeda diametral dengan FB orang yang berada di pihak yang suka mencari dan menyebarkan keburukan pemerintah, bangsa, dan negaranya sendiri. Birds with the same feather will flock together.
Kalau tidak percaya, tanyailah mereka yang telah terpapar oleh virus pemikiran HTI. Anda tidak akan menemukan sedikit pun kebaikan pemerintah, bangsa, dan negara Indonesia di mata mereka. Semuanya buruk, gelap tertutup thagut, dan tanpa harapan karena memang itu yang selalu mereka suntikkan pada umat Islam selama ini.
Apa yang bisa kita lakukan?
SEBARKAN KEBAIKAN dan ajarkan semua orang untuk BERSYUKUR. Negara dan bangsa Indonesia yang kita miliki saat ini haruslah kita syukuri. Ini semua adalah karunia dari Allah SWT. Jangan selalu mencari keburukan dan kesalahan dari pemerintah. Kalau ada hal yang kurang baik maka itu adalah kewajiban kita bersama untuk memperbaikinya. Jangan malah dijadikan sebagai amunisi untuk menghantam dan menghancurkan apa yang telah dibangun oleh bangsa dan negara ini. Ingatlah peringatan Tuhan dalam ayatnya. “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An Nahl: 92)
Wallahu a’lam bisshowab
Surabaya, 23 Oktober 2018
Salam
(Sumber: Diskusi dengan Babok/Satria Dharma)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed