by

Menteri-Menteri Bermasalah yang Dipecat Jokowi

 

Tedjo Edhy Purdijatno

Orang ini membuka front permusuhan dengan KPK. Komentarnya yang pedas terhadap institusi anti rasuah itu dikecam netizen. Sampai-sampai Presiden dan Wakil turun tangan. Membikin gaduh di awal jalannya pemerintahan tentu berbahaya. Apalagi saat itu posisi pemerintah dalam parlemen sangat lemah.

Entah agenda apa yang dimiliki Tedjo sehingga terang-terangan berani melawan arus. Aksinya itu seperti duri dalam daging. Sengaja membuat citra Pemerintah buruk di mata rakyat.

Kemudian diketahui, orang ini bergabung dengan partainya Tommy Soeharto, Partai Berkarya. Seorang mantan napi pembunuh hakim agung. Penjudi besar yang memusingkan banyak orang dahulu kala, karena harus menanggung kekalahannya di meja judi luar negeri. Dengan demikian dapat disimpulkan di mana kaki Tedjo bepijak sejak lama.

Saleh Husain

Orang ini dinilai bermasalah karena bekerja bukan pada bidangnya. Seperti data yang dirangkum Center Strategic Nusantara Studies (CSNS), banyak pengusaha yang mengeluh soal perijinan. Dia dianggap tidak mengeluarkan kebijakan apapun yang berimbas positif pada dunia perindustrian. Satu-satunya alasan dia berada di sana karena kedekatan hubungannya dengan Wiranto.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Indonesia Movement Study and Analysis Center. Saleh disebut sebagai salah satu titik terlemah Kabinet Kerja. Ia dianggap membahayakan industri Indonesia, di tengah masuknya era perdagangan bebas. Posisinya saat ini ditempati oleh orang yang tepat, yaitu Airlangga Hartarto, Ketum Golkar.

Sudirman Said

Orang ini selalu mencitrakan dirinya bersih dan cerdas. Soal Papa Minta Saham misalnya, dia memposisikan diri sebagai whistleblower. Seolah-olah dia ingin melawan Freeport. Faktanya, Dirman ini justru memberikan ijin ekspor konsentrat saat sudah ada larangan dari Presiden.

Ia juga ditengarai sedang berupaya mendepak pemain lain di Freeport. Sejak lama sudah diketahui publik, Freeport itu sapi perah para politisi. Geger Papa Minta Saham adalah gerakan dominasi klan Dirman di sana. Mengumpankan pemain lama, agar pemain baru bebas bergerak.

Dirman berpura-pura menggebrak meja, dengan harapan mendapat perhatian. Sebagaimana ketika ia melaporkan anggota DPR ke Mahkamah Kehormatan Dewan, karena menuduh Presiden dan Wakil minta jatah saham 20%. Aksi bikin gaduh itu justru membuatnya didepak.

Rizal Ramli

Orang ini terlihat sangat kuat. Di masa lalu, Rizal itu tercatat dalam banyak lembar sejarah. Sebagaimana Sudirman Said, dalam proses Reformasi, Rizal ini berperan penting dalam memberikan dukungan. Mereka adalah orang-orang yang kerap “dimintai tolong.” Begitu juga ketika ada ide-ide pembangkangan terhadap partai politik, seperti yang pernah digalang oleh para aktivis Kilometer Nol.

Rizal ini terlalu banyak bermain drama. Ia juga mencitrakan dirinya sebagai perwujudan best of the best. Meskipun begitu, sebenarnya dia termasuk orang yang bisa bekerja. Hanya saja selalu bikin gaduh. Rizal juga diketahui bermasalah dengan Pak Wakil.

Namun belakangan, ia mulai mengambil posisi penuh sebagai pihak oposisi. Karena tak punya posisi tawar, Rizal menantang Sri Mulyani berdebat. Tantangan itu diabaikan, tentunya agar Rizal tak mendapat podium dan diuntungkan. Belakangan terlihat jelas ambisinya ingin jadi presiden. Ia tak henti mencaci kebijakan ekonomi Pemerintah yang dinilainya salah kaprah.

Anies Baswedan

Orang ini yang paling licin dari semua politikus. Ia adalah orang yang direkomendasikan Amerika. Sama seperti Soeharto dan SBY, Anies ini bisa disebut sebagai “orang kita”. Ada sebuah bocoran Kawat Diplomatik AS ke CIA, yang mengabarkan soal itu. Keterlibatan Amerika memang tidak terlihat di permukaan. Namun sudah dimaklumi, di setiap periode mereka selalu menanam boneka.

Anehnya, Anies yang liberal ini dianggap sangat islami oleh pengagumnya. Ia juga disanjung-sanjung gerakan islam radikal, proxy Amerika yang lain. Masing-masing proxy ini bergerak tanpa sadar. Seperti pemberontak di Suriah yang konon ada seribu kelompok. Masing-masing kelompok bergerak dengan satu narasi besar, meskipun kepentingannya berbeda. Masing-masing disuplai senjata dan uang, meskipun mereka tak saling mengetahui.

Jejak licin Anies terlihat saat ia mengkudeta posisi Rektor Paramadina. Sumbangsihnya tidak ada, tapi ia menempati posisi puncak dan mengacak-acak universitas itu, dengan mengangkat teman-temannya pada posisi strategis. Ia juga dikabarkan menumpang gerakan Indonesia Mengajar. Tanpa memberikan kontribusi sedikitpun. Sekadar datang memberikan kata-kata berbuih, lalu pergi lagi.

Yang paling telak dari Anies ini adalah ketidak-mampuannya mengelola sebuah kementerian. Selain tak membuat gebrakan apa-apa sebagai Mendikbud, Anies juga melakukan keteledoran penyalahgunaan kebijakan alokasi anggaran sebesar 23 triliun.

Menteri-menteri pecatan Jokowi kebanyakan memang bermasalah. Sebagian masih bisa didaur-ulang. Kesalahan yang fatal membuat mereka terpental. Ambisi politik mereka akhirnya menghalalkan segala cara. Menteri pecatan itu sebagian besar menyeberang dan menggalang kekuatan.

Sekarang menjelang Pilpres ini, menteri-menteri pecatan yang bermasalah itu benar-benar bersatu melawan Jokowi. Barisan sakit hati ini akan melakukan segala upaya. Dua golongan berbeda, liberal-puritan bisa satu suara, dengan tujuan membayar sakit hati mereka. Demi kekuasaan, orang-orang yang dulu dicap sebagai pejuang kebebasan, toleransi, pluralisme, menutup mata terhadap aksi jualan agama. Ajaib memang, tapi begitulah faktanya.

(Sumber: Facebook Kajitow Elkayeni)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed