by

Meniru Virus

Dengan kata lain, fakta menjelaskan, kita masih terus berjibaku berperang melawan mahluk mungil yang ngeyelan ini. Segala cara untuk mencegah potensi penularan kita lakukan. Aktifitas nyaris berhenti. Ekonomi mandeg.

Tapi seberapa kuat kita terus menerus bertahan seperti ini? Para pengusaha berteriak, jika sampai Juni atau Juli kondisi gak berubah, mereka gak sanggup menahan beban. Akan terjadi gelombang PHK besar-besaran. Tsunami ekonomi sama menakutkannya dengan serangan virus.

Kita pada akhirnya dipaksa keadaan untuk berdamai. Hidup harus berjalan terus, ditemukan atau belum ditemukan vaksin. Kita harus keluar rumah lagi. Bergerak lagi. Cari rezeki dan beraktifitas. Dan kita akan memasuki kehidupan normal yang baru. Kehidupan yang memahami ada mahluk mungil berbahaya yang selalu mengintai.

Kehidupan normal baru adalah kehidupan yang menjadikan standar kesehatan sebagai pertimbangan utama. Masker menjadi pakaian wajib saat keluar rumah. Cuci tangan menjadi kebiasaan. Menjaga jarak menjadi hal yang lumrah.

Tidak bisa lagi Anda ciuman sembarangan. Apalagi dengan orang yang gak dikenal. Bahaya banget. Setidak ada dua mahluk mengintai saat Anda berciuman dengan orang gak dikenal : virus Corona dan pasangan resmi Anda!

Keduanya sama bahayanya kalau sudah ngamuk.

Slogan permen Kiss, gak cocok lagi : kiss before your kiss. Makan aja permen lu sendiri, gak usah mimpi ciuman. 

Slogan mengharum nafas juga gak tepat lagi. Buat apa nafas harum kalau bervirus? 

Anak-anak kecil juga harus mulai diajarkan gak sembarangan mau dicium orang dewasa. Bayi harus melengos bila disentuh pipi gembilnya. Cium tangan adalah metode penularan virus dari anak muda kepada orang dewasa yang paling mengerikan. Pura-pura santun, padahal sedang menusukkan mesih pembunuh.

Jabat tangan akan dihindari. 

Kehidupan newnormal ini pada intinya menghindari sebanyak-banyaknya pertemuan dengan orang lain. Kalau gak penting-penting amat, mendingan gak usah ketemu dulu deh. Apalagi kalau cuma mau nagih utang. 

Otomatis bisnis yang mengandalkan pertemuan antar manusia akan layu. Bioskop, pertunjukan, hiburan (malam mau siang), wedding, olahraga, kafe, pameran, akan kena imbasnya. 

Demikian juga ritual-ritual keagamaan berjemaah : haji, umroh, sholat Jumat, misa, kebaktian, tabligh akbar, upacara keagamaan, akan malas didatangi jemaah. Kecuali jemaahnya Bahar Smith.

Dengan kata lain, hidup harus jalan terus. Meski virus terus bertebaran di sekitar kita. Akal sehat kita mengatakan, jika vaksin dan obat belum ditemukan, kita juga gak bisa begini terus. Jalan satu-satunya kita meniru perilaku virus untuk menghadapi mereka.

Jika virus cepat sekali bermutasi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Sepertinya kita juga harus lebih pandai beradaptasi. KIta menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Hidup berdampingan dengan virus. 

Jika virus bisa bertahan hidup dengan berdaptasi. Kenapa kita tidak bisa beradaptasi juga seperti mereka. Bukankah teori Darwin tentang survival of the fittest, bukan menunjukan mereka yang paling kuat yang akan bertahan. Tetapi mereka yang bisa beradaptasilah yang akan langgeng.

Dinosaurus kurang apa coba. Paling besar. Paling kuat. Paling rakus, khususnya sejenis Raptor dan Trex. Mereka berada di puncak rantai makanan. Tapi toh, akhirnya mereka punah. Sementara kecoak –yang gampang digeprok dengan sendal jepit– sejak zaman Nabi Adam sampai zaman Adam Levine ternyata masih bisa bertahan hidup. 

“Kalau saya sih, mau PSBB berapa lama juga gak masalah, mas. Wong saya makannya numpang disini terus,” ujar Kumkum. 

Dia baru saja menghabiskan lontong bumbu dan pastel isi irisan wortel dan kentang. Dengan dua gelas es kepala muda. Hidangan buka puasa di rumahku.

(www.ekokuntadhi.id)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed