by

Mengungkap Motif Kampanye Anti Poligami Dalam Kacamata Radikalisme Di Indonesia

Pola yang sama itu pun bisa kelihatan dari kampanye Poligami dan #Indonesiatanpapacaran yang sedang marak dilakukan di Indonesia oleh kelompok-kelompok pendukung Khilafah. Kedua kampanye di atas bertujuan untuk menciptakan perempuan-perempuan dan anak-anak gadis yang tidak boleh berpikir, tidak boleh bernalar dan tidak boleh memiliki rasa. Mereka dipersiapkan sebagai ‘conscious-less human being’ yang siap di-pindah tangankan dari satu lelaki ke lelaki lain demi melancarkan perjuangan dengan melahirkan anak yang sebanyak-banyaknya.

Perempuan dan anak-anak gadis, tidak lagi diperlakukan sebagai manusia yang punya rasa, nalar dan pilihan, tapi hanya sebagai benda yang memiliki kelamin dan rahim yang bisa di’handover’ ke orang lain apabila pemiliknya sudah tidak ada lagi. Tidak lebih dari itu. Oleh karena dianggap sebagai benda, maka penampilan dari perempuan itu tidak penting, dan itu disimbolkan dengan memakai cadar sebagai simbol dari penyerahan diri penuh.

Ini juga bukan soal seks, karena seperti yang sudah dipraktekan oleh ISIS dengan menjadikan kaum minoritas sebagai budak seks, kepuasan seksual itu (akan) diperoleh dari perempuan-perempuan hasil pampasan perang. Jadi istri adalah penghasil keturunan, sedangkan perempuan hasil pampasan perang adalah pemuas nafsu seksual para pria.

Jadi, dalam konteks radikalisme, kampanye poligami dan Indonesia tanpa pacaran itu sama sekali bukan dilandaskan pada soal teologis, tapi sejatinya adalah proses terstruktur untuk merubah perempuan yang berpikir, bernalar dan ber-rasa, menjadi benda yang memiliki kelamin semata.

Nah, anda mau dianggap sebagai properti yang memiliki kelamin saja? Itu pilihan anda.

#IndonesiaTanahAirBeta

Sumber : Status Facebook Alto Luger

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed