by

Mengenang Monumen Ahok

Tak semata mata didatangi warga di kantornya, tiap akhir pekan Ahok kondangan ke rumah warga yang hajatan. Belum pernah ada Gubernur DKI Jakarta yang kondangan ke rumah warga yang tak dikenalnya.

AHOK kasar, ya. Suka maki maki, ya. Tapi kita tahu yang dimaki maki Ahok memang penjahat dan orang orang yang mencuri dan culas tanpa rasa bersalah. Suka melanggar aturan dan belagak pilon.

Dia pernah diteriaki “anjing” di gedung dewan dan dia membalas, “Ya, saya anjing yang menjaga APBD dari para pencuri!”

Kita tahu yang teriak itu bagian dari gerombolan pencuri yang gagal melaksankan aksinya.

Jakarta pernah menjadi kota yang sangat bersih karena ada pasukan berwarna warni, oranya kuning, merah dan baru. Juga layanan warga tanggap karena aplikasi “Clue”.

Menggunakan smartphone dia memantau kinerja anak buahnya. “Saya tahu mana mana kali yang sudah bersih dan belum dibersihkan dari sini, ” katanya sambil memamerkan iPhonenya kepada kami, teman teman redaksi yang khusus menyangi kantornya.

Aplikasi ‘Clue’ sangat efektif. Rakyat bisa mengadukan masalah di satu wilayah dan dia sebagai gubernur memantau apakah keluhan ditanggapi dan diselesaikan.

Jika sampai tiga hari tidak ada tindak lanjut maka lurah wilayah yang beraangkutan kena sanksi

Aplikasi itu bikin senang warga tapi bikin gerah aparat terkait dan para lurah. Karena tak bisa santai. Benar benar harus melayani warga.

Kemana kini pasukan kuning, oranye merah dan biru yang membersihkan ibukota yang kerja nyaris 24 jam, tak boleh ada sampah? Bahkan sepotong rokok pun terserak di jalan.

“Tahu nggak biaya bikin stadion di Jakarta lebih mahal dibanding di Amerika!” ujar Ahok curhat kepada kami. Dia mengisahkan proposal anggaran yang diajukan keadanya. Dan dia menghubungi kerabatnya di Amerika lalu melakukan perbandingan. Gila. Lebih murah bikin geudng di Amerika dibanding di Jakarta!

Dengan APBD yang berlimpah pejabat DKI menggelembungkan (mark up) anggaran suka suka hati. Di tangan Ahok ada e-budgeting, warisan Jokowi yang diteruskan karena transparan. Korupsi ketahuan dari awalnya. Gubernur sebelumnya tak kepikiran melakukannya. Atau pura pira tidak tahu.

Heboh baru baru ini – beli alat pemadam kebakaran yang harganya tiga kali lipat itu – tak jerjadi di era Ahok yang menerapkan e-budgeting.

MAKA yang menurunkan Ahok bulan hanya rakyat yang dijanjikan ayat dan mayat. Melainkan juga para pejabat dari dalam Pemda DKI sendiri yang selama ini enak enak “mark up” anggaran – kerja santai dan bagi bagi proyek dengan anggota dewan.

Mereka menggunakan isu ras dan agama ayat dan mayat yang memang tepat menegnai jantung Ahok.

Warga ibukota yang ingin punya ibukota maju modern dan bersih menyesali kehilangan Ahok. Tapi para kadrun tidak. Mereka biasa makan di tempat kumuh, kaya raya memanfaatkan dengan memanfaatkan kesemrawutan. Berselubung suku dan agama.

Sumber : Status Facebook Supriyanto Martosuwito

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed