by

Mengapa Saya Memilih Jokowi?

Saya termasuk orang yang “kepo”. Kekepoan saya tentang seorang tokoh tertentu selalu saya tindak lanjuti dengan mencari literatur dan informasi dari berbagai sumber secara berimbang tentang tokoh tersebut. Sejak awal 1990-an Prabowo sudah terdeteksi akan menjadi “rising star”. Bukan karena prestasinya yang hebat tapi karena dia menjadi menantu tokoh yang cukup hebat pada waktu itu. Dan sering melakukan tindakan yang kontroversial.

Terlalu banyak alasan mengapa saya tidak akan pernah memilih Prabowo Subianto. Terlalu banyak pengetahuan yang saya punya tentang dia dari mulai jadi komandan peleton di Kopassus sampai peranannya yang remang-remang di Kerusuhan Mei 1998. Ditambah dia divonis terbukti bersalah dalam tragedi penculikan 23 aktivis tahun 1997 – 1998 yang berujung dia DIPECAT dari dinas kemiliteran. Dan hal ini sudah berulang kali saya gunakan sebagai bahan tulisan saya sebelumnya.

Sebenarnya membandingkan Jokowi dengan Prabowo ibaratnya membandingkan sesuatu yang sangat tidak sebanding. Rekam jejak Jokowi terang benderang, mulai garis keturunannya sampai perfoma kerjanya. Jokowi telah merintis pengabdiannya kepada negeri ini sejak jadi Walikota Solo sampai menjadi gubernur DKI Jakarta dan sekarang jadi Presiden. Semua tahapan dilalui Jokowi dengan mulus hampir tanpa cela.

Hal sebaliknya terjadi pada Prabowo. Tidak ada jejak monumental dari perjalanan karirnya. Sebagai seorang serdadu, dari awal sampai dia dipecat dari dinas ketentaraan tahun 1998 dia selalu bertugas di pasukan tempur. Dia TIDAK PERNAH mempunyai pengalaman memimpin daerah teritorial yang memungkinkan berhubungan dengan masyarakat secara langsung. Jadi Prabowo tidak pernah mempunyai pengalaman menyerap langsung keringat rakyat. Dia tidak pernah tahu apa kebutuhan rakyat yang sebenarnya. Dia tidak pernah berinteraksi langsung dengan rakyat. Bagaimana mungkin orang seperti ini bisa memimpin rakyat dan tahu apa yang dibutuhkan rakyat ?

Berulang kali Prabowo mengolok-olok kinerja Presiden Jokowi membangun infrastruktur di seluruh pelosok negeri. Mengapa ? Karena dia tidak pernah tahu apa kebutuhan rakyat. Dia tidak pernah mengerti bahwa untuk membawa negeri ini melompat lebih tinggi diperlukan pijakan dan landasan infrastruktur yang kuat. Prabowo tidak akan pernah bisa mengerti hal itu, karena dia tidak punya modal atau pengetahuan untuk bisa mengerti.

Prabowo dan kelompoknya selama ini hanya bermain-main di area fitnah dan penyebaran berita bohong. Karena hanya itu yang mereka tahu ada celah dan peluang untuk bisa menang. Perhelatan besar pesta demokrasi dimaknai oleh Prabowo hanya dengan bagaimana dia bisa berkuasa. Dia tidak peduli kerusakan sosial yang ditimbulkannya akibat permainan kotor yang mereka mainkan. Lagi pula semua orang yang pernah dekat dengan Prabowo sangat mahfum sejatinya dia bukan tipikal orang yang demokratis. Bahkan dia punya kecenderungan otoriter. Orang yang pernah dimaki-maki atau pernah di lempar HP pasti setuju dengan pendapat saya.

Jadi bagaimana mungkin saya tidak memilih Jokowi, kalau kualitas kompetitornya seperti seorang Prabowo ?

Saya masih cukup waras untuk bernalar, bahwa tidak akan mungkin saya membiarkan negeri ini jatuh ke tangan orang-orang yang berkualitas seperti para penghujat Jokowi.

Memilih Jokowi untuk periode kedua adalah kewajiban sejarah saya sebagai warga bangsa yang menginginkan negeri ini bangkit dan melompat lebih tinggi. Dan ini catatan monumental yang akan saya torehkan kepada anak cucu bahwa saya telah berkontribusi untuk menjaga negeri dikelola oleh orang yang tepat. Bukan dikelola oleh gerombolan orang yang hanya pandai memanfaatkan suara rakyat menjadi tangga untuk mencapai kekuasaan semata.

Jadi tahu kan kenapa saya pilih Jokowi.
Kalau anda ?

Salam SATU Indonesia,
Rudi S Kamri
10102018

 

Sumber : facebook Rudi S Kamri

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed