by

Mengapa Nadiem?

Nah kira-kira begitu kegelisahan teman-teman dari tenaga pendidik (utamanya di perguruan tinggi) terhadap penunjukan sosok Nadiem ini.

Khawatirnya sosok Nadiem malah makin menyuburkan salah kaprah soal definisi ‘KESUKSESAN’ ini, terutama di bidang PENDIDIKAN.

Tidakkah kita lelah dengan dunia yang makin ke sini menuntut generasi terkini untuk cepat-cepat cari uang yang banyak hahaha.

Sudah saatnya kita sama-sama sadar tentang pentingnya ILMU yang pernah saya tulis dulu merupakan harta yang paling tidak menyusahkan, paling mudah di bawa ke mana-mana. ILMU itu spesial, makin banyak kita beri eh makin banyak yang kita terima.

Jangan semua-mua diukur pakek receh ama uang kertas gitu hehehe.

I got the point. Paham banget insya Allah. Tapi bukan berarti setuju hehehe.

Saya mah tetap percaya, who can tell where the road goes, only time … seperti lirik lagunya Enya.

Coba berilah kesempatan dulu buat Nadiem Makarim. Kita tunggu gebrakan-gebrakan beliau. Diawasi terus.

Semoga kritikan-kritikan yang masuk bisa menjadi pertimbangan beliau dan tim di Kemendikbud.

Kalau nanti gak perform kan tinggal diganti, dulu udah pernah kan? Hehehhehe.

Tapi buat teman-teman lain ya jangan diolok-olok lah kritikan dari kalangan pengajar dan pendidik ini hehehe. Dianggap old school lah, dinosaurus yang gak peka perubahan zaman lah, dst dst dst.

Santai ajaaaaaaaaaaaa.

Coba yuk, kita lihat dari sudut pandang mereka. Sebagian sudah saya tulis di atas.

“Real education should consist of drawing the goodness and the best out of our own students. What better books can there be than the book of humanity.“
Cesar Chavez

Think about it.

Have a nice weekend 

Sumber : Status Facebook Jihan Davincka

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed