by

Mengapa Kita Harus Mempertanyakan Kredibilitas Zakir Naik

Keahlian Zakir Naik dalam memahami al-Quran juga dipertanyakan. Menurut ulama Deoband ini, ia tak memiliki syarat-syarat keilmuan untuk menjadi seorang mufassir. Pengetahuannya tentang gramatika Bahasa Arab juga diragukan. Namun, bagaimana ia bisa tampak seperti ahli tafsir? Itu tak lebih hanya karena ia memang hafal ayat al-Quran berikut artinya bahkan halamannya. Di beberapa kesempatan ia sering mengatakan bahwa terjemahan adalah hal mendasar untuk memahami kitab suci.

Bisa jadi, inilah modalnya. Memang, ia juga hafal Injil dan Bagawat Gita yang menjadikannya tampak fenomenal. Namun, hafal dengan paham tentu hal yang berbeda. Ulama Deoband juga mengatakan, Zakir Naik seringkali menambah-nambahkan makna setiap kali menjelaskan ayat al-Quran sesuai dengan pemahamannya. Ini jelas dilarang, meskipun penafsirannya benar sekalipun.

Sikap dakwah Zakir Naik juga sangat konfrontatif. Ia selalu mengambil posisi benar-salah. Dalam setiap acara debat terbuka, ia tak akan berhenti menjelaskan sampai audiens yang bertanya membenarkan jawabannya. Beberapa pandangannya pun kontroversial. Ia melarang non Muslim mempunyai tempat ibadah di wilayah Muslim. Zakir Naik menjustifikasi tindakan bom bunuh diri dan menolak mengutuk Osama bin Laden. Menurutnya, serangan 11 September merupakan desain Amerika.

Zakir Naik dianggap menyebarkan virus-virus intoleran. Banyak tindakan radikalisme yang “diduga” terinspirasi dari pemikirannya. Yang terakhir yakni serangan teroris di Bangladesh. Salah satu pelakuknya diyakini pengagum Zakir Naik. Tak pelak, pemerintah India sendiri pun melarang acara dakwahnya. Saluran “Peace TV” yang dijadikan media dakwah sekaligus miliknya, juga diputus. Zakir Naik dilarang masuk di beberapa negara seperti Kanada dan Inggris. Sementara ini ia tinggal di Malaysia.

Belum lagi, di India, ulama Deoband sudah mengeluarkan fatwa untuk tidak mendengarkan ceramah Zakir Naik lantaran pengetauan keislamannya tidak cukup mendalam dan tak dapat dipercaya. Di kalangan akademisi studi Islam, ia pun tak pernah jadi rujukan.

Model Islam ala Zakir Naik juga tak cocok untuk konteks keindonesiaan. Lalu, mengapa masih mau menjadikannya panutan?

(Penulis adalah Alumnus Islamic Studies Osmania University, India)

Sumber : islami.co

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed